60.Pamitan

18 3 0
                                    

Hari ketiga Alan belum sadarkan diri, sebelum berangkat ke Bogor Anin menyempatkan untuk datang ke rumah sakit. Setelah dua hari kemarin Anin selalu datang sepulang sekolah, kali ini sebelum ia berangkat sekolah.

"Rasanya berat lan, lagi-lagi Anin harus ninggalin Alan yang lagi di rumah sakit"Saat datang Anin terus seperti itu,mengajak bicara Alan padahal tau bahwa Alan tidak menjawabnya.

"Alan jangan nunggin Anin pulang ya, Alan boleh membuka mata saat Anin belum kembali"

"Janji untuk ga pergi ya lan, cukup Dika aja yang ninggalin Anin. Alan harus buka mata untuk denger permintaan maaf Anin"Jika Alan benar-benar mau semuanya selesai, Anin tidak masalah. Yang Anin mau hanya ia meminta maaf kepada Alan, menyelesaikan sesuatu yang belum tuntas.

"Anin akan pulang besok sore, kalau sempat Anin akan datang, kalau terlalu cape Anin akan kesini lagi minggu pagi. Alan baik-baik ya disini, Anin pamit"

Anin menatap sendu Alan mengingat kejadian saat Anin pamit untuk pergi ke Semarang. Kali ini ia pergi dengan perasaan sakit berbeda dengan saat ke Semarang ia pergi dengan jantung yang berdegup.

"Eh nin? "Kaget Adrian ketika mereka berpas-pasan di depan pintu.

"Adrian ga sekolah?"

"Nanti nungguin mama Alan datang gue baru pamit berangkat"Adrian melirik jam ditangannya "Tumben kesininya pagi"Adrian tau bahwa Anin selalu datang mengunjungi Alan tetapi biasanya sepulang sekolah. Padahal Adrian hanya meninggalkan Alan sebentar ke toilet, tidak menyangka akan ada Anin.

"Gue mau seminar ke Bogor sampai besok jadi sebelum berangkat gue mampir"Penjelasan Anin membuat Adrian mengangguk mengerti.

"Nak Adrian maaf tante lama tadi ada sedikit masalah di rumah"Suara tante Citra sukses sembuat keduanya menatap yang sama. "Eh ada Anin juga pagi-pagi kesini"

"Iya tante"Senyum Anin ramah.

"Tante Adrian pamit ya,udah semakin siang soalnya"

"Anin juga tante"Sambung Anin cepat.

"Yaudah hati-hati ya"Keduanya mencium tangan Citra lalu berjalan cepat ke arah lift. "Mobil lo di parkir dimana? "Tanya Anin begitu mereka sampai depan lobby rumah sakit. Adrian yang tengah melihat ponsel kini menatap Anin "Semalem gue naik motor, tapi motornya dibawa temen gue. Gue balik naik ojek online kayanya"

"Ayo gue anter"Ujar Anin.

"Jangan, nanti lo bakal telat"Tolak Adrian.

"Gapapa"Entah malaikat baik mungkin sedang menguasai Anin "Ayo cepet sebelum kita bener-benet telat kalau lo ngajak berdebat terus"

Adrian menurut ia mengikuti Anin menuju mobil Anin diparkirkan. "Biar gue yang bawa"Usul Adrian,tanpa berdebat lagi Anin melempar kunci mobilnya dan berjalan ke kursi samping kemudi.
"Kok bisa motornya lo kasih temen lo"Tanya Anin.

"Temen gue berangkatnya ada yang boncengan, terus semalem ujan biar temen gue ga muter-muter ngaterin gue kasih pinjem aja supaya langsung pulang sendiri-sendiri"Anin terdiam, bisa-bisanya Adrian bersikap seperti itu, kenapa ia baik sekali?

Membiarkan temannya supaya tidak kerepotan sedangkan dia harus merepotkan dirinya sendiri.

"Kenapa lo baik banget si? "Adrian terkekeh mendengar pertanyaan Anin yang menurutnya tidak masuk akal.

"Gue percaya hal baik akan mendapatkan balasan baik. Ga usah jauh-jauh seperti sekarang aja gue relain motor gue di bawa temen gue balasannya gue naik mobil,ama cewek cantik lagi"Jawab Adrian dengan tertawa ringan di akhirnya.

Anin berdecak "Hidup bukan hanya tentang mengambil apa yang kita tanam"

Sudut bibir Adrian terangkat "Kalau bukan kita yang ngambil orang-orang yang kita sayang yang mengambilnya"

Rasa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang