Keesokan harinya Anin kembali bersekolah memakai kursi roda. Hari ini ia diantar Ari, bukan lagi sampai depan gerbang tetapi sampai depan kelas.Kelasnya lantai 3 yang sudah dipastikan naik tangga dua kali, dengan dibantu Sesil setiap naik tangga Ari harus menggendong Anin dan kursi roda di bawa Sesil.
Jangan tanya keadaan sekolah pagi itu,seperti pagi-pagi pada sekolah umumnya yang sangat ramai, ditambah kedatangan si ketua Osis yang memakai kursi roda membuat Anin jadi pusat perhatian,semua orang berbisik-bisik apa yang terjadi dengan Ketua Osisnya. Oh iya, selain Anin,Ari pun sama-sama menjadi pusat perhatian,ya mungkin karena ketampanannya.
Anin duduk tidak memakai kursi yang di sediakan sekolah, ia tetap duduk di kursi roda.
"Anin kamu kenapa? "Caca datang langsung bertanya,entah dari mana ia tau Anin terjatuh, sepertinya kabar itu sudah menjadi rahasia umum.
Anin tersenyum "I'm fine ca,"elak Anin.
"Katanya gara-gara Alan"Ucap Caca pelan, sebenarnya ia tidak enak hati jika harus bertanya seperti itu di samping ia teman Anin, ia juga temenan sama Alan bahkan jauh lebih dulu. Tapi apalah daya jiwanya sangat penasaran.
"Ah kata siapa"Anin terkekeh kecil."Selama kaki aku bermasalah,Osis aku serahin kamu sama Angga ya,nanti kamu tinggal kasih laporannya aja ke aku"Alih Anin, ia tidak mau membahas tentang Alan dulu pagi ini.
"Siap ibu ketos kuu, nanti aku lanjutkan kegiatan razia tiap harinya ya"Kata Caca."Kalau menurut aku ca, razia itu diadakan secara dadakan, dan tidak setiap hari,"sanggah Anin.
"Yaudah deh, ikutin bu ketos aja"
Tidak lama bel masuk berbunyi,Caca pamit ke kelas,dan tidak lama kemudian guru jam pelajaran pertama datang.
.....................
"Mau ke kantin nin? "Tanya Sesil setelah guru keluar dari kelas.
"Emang lo mau gendong gue ke kantin? "Anin berbalik tanya, pertanyaan logis,sedangkan Sesil hanya terkekeh kecil menertawakan kebodohannya.
"Yaudah gue nemenin lo aja"
"Emang ga laper? "Pertanyaan itu lebih ke sebuah sindiran,setau Anin saat istirahat Sesil selalu lapar."Enggak.Diet,hehe"Cengir Sesil. Anin hanya tersenyum melihat kelakuan temannya, ia segera mengambil kotak bekalnya di tas.
"Anin"Sebuah panggilan yang membuatnya terpaksa kembali berbalik badan.
"Sesil, gue mau duduk di situ, lo bisa pindah bentar kan"Tanpa ada perdebatan Sesil segera pindah ke bangku lain, ia paham bahwa bakal ada pembicaraan serius antara Anin dan Alan.
"Anin,"Anin menengok ke sebelah kananya. "Maaf,"Alan tersenyum,senyuman itu lagi, senyum manis yang sebenarnya tidak ingin Anin lihat.
"Izinin gue untuk nebus semuanya ya, izinin gue buat menghantar jemput lo, izinin gue untuk gendong lo di tangga"
"Anin, please "Alan masih terus memohon kepada Anin, walau sebenarnya ia sadar bahwa apa yang ia lakukan seperti orang yang meminta belas kasihan.
"Gue baik-baik aja, ada kak Ari juga"Akhirnya Anin membukan suara, sedikit melegakan perasaan Alan.
"Tapi ga selalu kak Ari punya waktu, dia kan juga punya kesibukan sama kampusnya,"Alan masih saja tidak ingin menyerah membujuk Anin.
Perkaan Alan membuat Anin teringat percakapannya dengan Ari pagi tadi, apa kedatangan Alan sebuah pertanda? Apa justru Ari yang merencanakan semuanya?
Flashback on
"Nin"Panggilan Ari membuat Anin berdeham singkat.
"Sebenarnya besok adalah keberangkatan gue ke Gunung Bromo, jadi selama gue telat atau ga bisa jemput lo itu karena gue sibuk jadi panitia dalam trip itu, gue emang belum bilang mama sama papah,karena niatnya emang mau bilang pas H-1 tapi pas H-1 lo malah maya gini dan sekarang gue bingung, bisa ga untuk ikut,gue ga enak kalau ga ikut karena gue punya tanggung jawab disitu membimbing adik angkatan"
Anin diam, bingung ingin merespons apa. Ari yang biasanya tidak banyak bicara tiba-tiba bicara panjang lebar.
"Lo jujur aja sama papah, paling bisa mengerti dan mengantar gue ke sekolah"Saran Anin.
"Tapi gue ga enak nin sama papah,lo tau kan dia sibuk banget ,dia mungkin bisa nganterin, tapi kalau jemput ga mungkin bisa"Ari selalu saja begitu,terkadang mengorbankan kepentingannya demi keluarga.
"Udah lah jangan dipikirin, nanti juga ada jalan keluarnya"
Anin mengangguk ia salut dengan Ari walau kakaknya menyebalkan tetapi dia selalu percaya setiap masalah selalu ada jalan keluarnya dan tidak perlu di bawa pusing.
Flashback of
Apa benar ya? Anin yang selama ini egois, tidak ingin pergi ke sekolah sendiri selalu merepotkan Ari yang jelas-jelas punya kegiatan kampus yang banyak.
Ari selalu saja berkorban untuk dirinya, Ari yang sering disalahkan atas penderitaan yang dialami Anin. Anin jadi teringat kejadian pada saat Ari mengajari Anin bersepeda,Anin yang terjatuh membuat Ari harus kena marah sang papah. Dan pada saat itu kepolosan Anin berusia 7 tahun selalu bertanya."Kenapa Kak Ari selalu di marahi papah sedangkan Anin tidak pernah"
Dan kedewasaan Ari berusia 10 tahun yang berkata "Kak Ari anak laki-laki patas dimarahi papah,kalau anak perempuan tidak pantas dibentak-bentak dan dimarahi"
Rasanya sekarang Anin ingin sekali menemui Ari, memeluknya dan berkata maaf atas semua keegoisannya.Anin menyayangi Ari dan Anin yakin,Ari pasti sangat menyayanginya.
Mungkin ini saatnya Anin yang berkorban untuk Ari, berkorban mengesampingkan keegoisnya.Ini semua karena Ari, bukan karena Alan, ia yakin itu.
"Nin"Itu adalah panggilan yang kesekian kalinya karena Alan melihat Anin melamun.
"Gimana? Mau ya? Please "Alan menyatukan kedua tangannya memohon di depan Anin.
"Iya"Singkat,padat,dan jelas namun mampu membuat Alan tersenyum lebar.
"Makasih nin, makasih karena sudah memberi kesempatan buat gue menebus kesalahan gue"Alan tidak pernah berhenti tersenyum, ia senang walaupun awalnya datang ke kelas Anin adalah sebuah keraguan, tetapi sekarang ia tidak pernah menyesal karena terus berusaha.
Anin yang tidak banyak bicara itu pun hanya menganggukan kepala.
"Udah ya gue pamit ke kelas, ga enak tuh udah diliatin sekelas"Setelah Alan mengatakan itu, Anin segera memutar kepalanya,memang benar ia melihat teman-temannya yang sedang menatap kearanya dengan tatapan berbeda.
Anin lagi-lagi hanya mengangguk membalas Alan yang melambaikan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa [Selesai]
Teen FictionDitulis sejak 2018 dan selesai pada 2021 * Bercerita tentang seorang gadis cantik dan pintar Gadis yang jarang berbicara,tak mudah bergaul dan sangat tertutup Hari-hari yang ia lalui sangat lah datar Sekolah,rumah,tidur,makan,belajar dan terus saja...