"Apa?"Sewot Anin yang melihat Alan terus tersenyum kearahnya ketika ia baru turun dari mobil Ari.
"Kangen"Alan terus berjalan disebelah Anin.
"Gue bangga banget sama lo"Ucap Alan tulus.
"Caca juara satu, lo ga bangga?"Tanya Anin sambil sesekali melirik Alan.
"Gue ga ngomongin Caca, gue bahas tentang Anin. Selamat ya"
"Iya Alannnnnnnn, terimakasih "Saat Anin memanggil nama Alan entah kenapa Alan sangat suka mendengarnya tetapi tetap ia lebih suka jika Anin memanggilnya lengkap seperti di rumah sakit waktu itu karena sangat jarang orang memanggilnya Alanta.
Alan berjalan tetapi matanya terus menatap wajah Anin. Gadis ini terlalu sempurna bagi Alan.
.........
Sesil yang melihat Alan di parkiran sekolah memutuskan untuk langsung menghapirinya.
"Lan"Panggilan Sesil membuat Alan tidak jadi melajukan motornya.
"Gue mau bicara"Kata Sesil lagi.
"Besok aja gue lagi buru-buru"
"Tentang Anin"Sela Sesil cepat.
"Apa cepetan"
"Lusa---"
"Lan ayo cepetan"Panggilan teman Alan membuat keduanya refleks melihat laki-laki yang berada di atas motor dekat gerbang.
"Gue ga sempet sil kalau emang penting DM aja"Seusai mengucapkan itu Alan melajukan motornya cepat.
Sesil bercak "Gimana mau DM kalau permintaan mengikuti gue aja belom di konfirmasi. Dongo juga tuh orang"
Dengan terus mendumel Sesil kembali menuju motornya untuk pulang ke rumah.
.........
"Halo selamat pagi"Alan kembali menghampiri Anin yang baru saja turun dari mobil,ia hanya terkekeh.
"Selamat pagi juga Alan"Entah kenapa sapaan Alan benar-benar membuat Anin tertawa sambil menjawabnya.
Anin menatap Alan bingung tumben sekali sudah dua hari berturut-turun Alan datang sekolah cukup pagi.
"Nin gue dateng pagi karena semalem di telpon Damas, katanya pagi-pagi baru dateng disuruh ke ruangannya pak Adi"
Seakan tau kebingungan Anin, Alan mulai bercerita sambil mereka berjalan melewati koridor.
"Pak Adi nanya soal kejadin perut lo bukan?" Tanya Anin, Alan menggelengkan kepala,tentu saja ia merasa tidak nyaman dengan arah pembahasan Anin.
"Pak Adi bilang tahun depan gue di pastiin bisa ikut olimpiade"Jawabnya sambil tersenyum.
"Tahun depan lo kan udah kelas duabelas lan"Tentu saja Anin bingung biasanya yang ikut olimpiade kan anak kelas sebelas.
"Iyaa tapi buat gue spesial, aduh seneng banget Pak Adi ngasih gue kesempatan.Ga sabar tahun depan bawa pulang medali juara satu"
Anin terkekeh melihat Alan yang begitu antusias "Janji ya juara satu, kalau enggak.... "Ucapan Anin menggantung.
"Kalau iya cium ya"Ledek Alan cepat sambil tertawa menggoda.
"Ngasal"Jawab Anin sambil mempercepat langkahnya.
Alan tersenyum melihat Anin yang salah tinggkah. "Pulang sekolah kerjain tugas ekonomi bisa? " Tanya Alan sembari kembali menyamakan lagi langkahnya dengan Anin.
"Gue selalu bisa ga sibuk kaya lo"Sindir Anin, sebenarnya sejak kemarin Anin sudah mengajak Alan namun laki-laki itu menolak dengan alasan apalagi kalau buka ingin main.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa [Selesai]
Teen FictionDitulis sejak 2018 dan selesai pada 2021 * Bercerita tentang seorang gadis cantik dan pintar Gadis yang jarang berbicara,tak mudah bergaul dan sangat tertutup Hari-hari yang ia lalui sangat lah datar Sekolah,rumah,tidur,makan,belajar dan terus saja...