47.Peringatan

16 2 0
                                    

Risky keluar rumah sakit saat jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam, ia mengendarai motor dengan santai. Diliatnya beberapa pasang mata pejalan kaki yang menatapnya heran. Mungkin karena pakaiannya yang lusuh dengan kolor yang tidak sebagus motornya.

Namun Risky mengabaikannya,ditambah ada dua motor yang berjalan memepet motornya disisi kanan dan kiri membuatnya harus menambah kecepatan motornya.

'tuh orang punya masalah hidup apa si sama gue, perasaan gue ga pernah punya musuh' ucapnya dalam hati saat menyadari dua motor itu seakan sedang mengejarnya.

"Woy kenapa cepet-cepet?"Risky menengok kesamping kanan saat mendengar suara itu. Dua orang boncengan dengan helm full face yang menutupi wajahnya.

"Takut berakhir di rumah sakit seperti Alan dan Bayu ya? "Kini orang sebelah kanannya yang berbicara.

Terdengar samar suara tertawa,Risky semakin menambah kecepatan motornya, ia cukup ngerih menghadapi empat orang ini.

Terjadi kejar-kejaran hingga Risky menghentikan motornya di depan pos satpam kompleksnya.

"Kang tolong kang mereka begal"Ucap Risky kepada empat orang satpam yang sedang berjaga itu.

Tanpa lebih mendekat lagi dua motor itu segera berbalik arah dan pergi saat mendapatkan tatapan intimidasi dari satpam itu.

"Ky, baik baik aja kan? " Kata salah satu satpam yang sudah mengenal Risky.

Risky mengangguk sambil tersenyum ramah "Saya gapapa kang hatur nuhun ya. Tolong bukain portalnya"

Portal pun di buka oleh pak satpam dan Risky kembali menaiki motor menuju rumahnya. Rumahnya sudah sepi pasti bunda dan ayahnya sudah tidur. Ia segera menuju kamar.

Risky meletakan ranselnya di meja belajar lalu duduk di pinggir kasurnya. "Kok mereka bisa tau ya gue temennya Alan"

Risky yakin sebenarnya mereka tidak mengenalnya, mereka hanya mengenal Alan dan mengira Risky ada hubungannya dengan Alan.

"Apa karena gue keluar dari rumah sakit dan mereka tau Alan sedang di rawat disitu,tapi kan yang di rawat disitu ga cuma Alan"

Risky mengaruk kepalanya, pikiranya kusut, ia sangat bingung. "Mampus kolor basket gue"Risky menatap horor pahanya yang dilapisi kolor basket dengan lambang SMA Mentari juga warna celana yang khas banget dari Mentari. Risky yakin mereka mengenali Risky dari situ.

"Mentari punya musuh ya? perasaan dari dulu adem ayem aja"

............

Malam terakhir Alan di rumah sakit sebelum besok pagi ia diizinkan pulang. Sudah malam, ia berniat menghubungi Anin karena sejak kepergian Anin ke Semarang Alan sama sekali tidak berkomunikasi dengan Anin.

Di sisi berbeda Anin baru saja selesai mandi, hari keduanya di Semarang. Anin segera mengambil ponselnya yang berbunyi karena tertera nama Alan ia memutuskan untuk mengangkat telepon sambil berjalan kearah balkon kamar hotelnya.

"Hei"Suara Alan terlebih dahulu terdengar.

"Kenapa?"Ucap Anin tanpa basa basi.

Terdengar suara Alan terkekeh "Udah kangen gue belum? "

"Pertanyaan macam apa itu"Jawab Anin. Beruntung pemandangan kota Semarang didepannya tidak membuatnya terlalu kesal.

"Belum istirahat?Besok kan lo mau perang?" Pertanyaan Alan refleks membuat Anin menjauhkan ponsel dari telinganya untuk melihat jam.

"Gue baru pulang,baru selesai mandi"Alan langsung paham maksud Anin, memang hari pertamanya di Semarang untuk istirahat setelah sampai mengurus data dan administrasi lalu hari keduanya olimpiade anak Ipa tentu saja anak Ips ikut menyaksikan lalu besok anak Ips yang akan berperang dan disaksikan anak Ipa.

Rasa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang