23.Misteri Warkop

109 7 1
                                    

Bel pulang berbarengan dengan keluarnya pengawas di ruangan Anin. Semua berdesakan untuk keluar kelas, berbeda dengan Anin yang sama sekali tidak bergerak dari posisinya.

Tidak lama Alan datang dengan senyuman yang tidak pernah berubah manisnya.

"Kak Ari pulang kapan?"Tanya Alan setelah berada di koridor lantai bawah. Ia baru mengajak Anin bicara karena dari tadi sedang berfikir.

"Hari ini"

Perasaan tidak jelas tiba-tiba dirasakan Alan. Ia sedikit sedih. Mungkin. Karena kepulangan Ari berarti berhentinya ia menghantar jemput Anin.

"Jadi Senin, lo berangkat sama kak Ari?"Pertanyaan Alan dibalas anggukan Anin.

Setelah mobil keluar dari daerah sekolah,Alan memulai pembicaraan kembali."Kaki kapan sembuh?"

"Senin kali"Jawab Anin spontan. Alan menghembuskan nafasnya mencoba bersabar berbicara dengan Anin.

Ketika Alan ingin kembali bertanya agar mencaikan suasana, ponselnya berdering,sehingga pertanyaan ia urungkan.

"Yoi kenapa"Sapa Alan ramah, bisa Anin pastikan bahwa Alan menerima telepon dari temannya.

"Iya nanti gue kesana kalau udah selesai nganterin bidadari kembali ke surga"Ucap Alan kembali sambil melirik Anin.Sedangkan Anin yang tadinya menatap Alan harus memalingkan wajahnya.

"Calon pacar, doain aja"Alan tertawa sambil kembali melihat Anin yang masih memalingkan wajahnya ke jendela.

Setelah Alan selesai menelepon dan meletakkan ponsel ke sampinya, Anin menatap Alan.

"Abis ini mau main kemana?" Pertanyaan Anin sukses membuat Alan terheran."Warkop belakang sekolah ya?"

Semenjak Anin menjabat sebagai Ketua Osis,banyak seluk-beluk yang Anin pelajari dari sekolah Mentari, termasuk masalah Warkop belakang sekolah yang menjadi tempat anak-anak nongkrong. Katanya Warkop itu tersembunyi,berada di gang sempit yang sulit ditemukan.

"Iya"Kini gantian Alan yang menjawab singkat, seolah tidak nyaman dengan pertanyaan Anin.

"Biasanya kalau main disana pada ngapain sih? "
"Sejak kapan lo jadi kepo begini"Suara Alan terdengar sensi, Anin kembali melihat sosok berbeda dari Alan.

Anin yang tadinya menghadap Alan,memutar tubuhnya 90 derajat.Ia memilih diam, tidak ingin menanggapi perkataan Alan.

Setelah sampai rumah Anin.
Dan Alan mendorong sampai teras, Alan mengacak-ngacak puncak rambut Anin dan berjongkok depannya.

"Lo salah interogasi orang, gue tau maksud lo tanya tentang Warkop itu, jangan putus asa ya berusaha interogasi orang, dan inget jangan sampai salah cari mangsa lagi"Alan tersenyum,berdiri dan mengedipkan sebelah matanya.

Anin tak beraksi apa-apa, ia berusaha menetralkan ekspresinya walau sebenarnya ia terkejut dengan perkataan Alan.Sebelum benar-benar pergi Alan melambaikan tangan ke arah Anin.

............

Malam harinya Anin berniat menelpon Caca. Tidak lama menunggu,sambungan telepon tersambung.

"Selamat malam ibu ketua, ada apa gerangan menelepon?"

Tidak bisa dipungkiri sapaan lucu Caca membuat Anin terkekeh.

"Kata kamu, kita harus mencari tau tentang Warkop itu, tadi aku mencoba nanya Alan tapi... "

Belum selesai Anin berbicara suara Caca yang tertawa keras membuat Anin menjauhkan ponselnya dari telinga.

"Ca,kenapa tertawa?"Anin memutuskan kembali berbicara karena Caca tidak kunjung selesai tertawa.

"Kamu aneh, lagian kenapa tanya Alan,ga bakal dikasih tau apa-apa. Aku aja yang temenan udah lama sama dia ga pernah dikasih tau sedikit pun tentang Warkop itu, dia selalu ngalihin pembicaraan setiap ditanya tentang itu"

"Nin, Alan itu pernah jadi Osis, kamu tau itu kan, yang artinya dia pernah diposisi kita, yang ga tau apa-apa tentang Warkop itu, dia pernah di posisi susahnya mencari info tentang Warkop itu"

"Aku heran ca, kenapa susah banget dapet informasi tentang Warkop itu, lagian Alan kalau dia pernah ada di posisi kita,dia tau susahnya cari informasi, aturan dia kasih tau kita kek"

Di sebrang sana Caca tersenyum,kalimat panjang yang keluar dari bibir Anin membuatnya merasa tidak bawel sendirian.

"Ga semudah itu nin, banyak banget hal yang kita ga tau kalau kita ga masuk ke dalam lingkungan itu, tapi yang aku tau emang kaya ada kesepakatan untuk orang-orang yang nongkrong disana"

"Kesepakatan apa? "
"Aku kurang tau"
"Kak Damas tau banyak tentang Warkop itu? "
"Sepertinya kak Damas tau lebih banyak dari pada aku,tapi yang aku tau apa yang kak Damas tau,dia skip sendiri ga disebarin ke banyak orang "

Anin mengangguk walau Caca ga liat ia menganggukkan kepala.

"Yaudah, segitu aja Ca, babay"
"bay"

Setelah sambungan terputus Anin melamun,memikirkan masalah itu, seorang Anin yang biasanya tidak peduli,sekarang menjadi sangat peduli hanya karna Warkop. Anin heran, sekolah sebagus Mentari ada masalah belakang layar yang aneh.

Tidak mau banyak berfikir, Anin memilih tertidur,tubuhnya butuh istirahat.

............

Rasa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang