57.Sebuah Fakta

16 3 1
                                    

Dengan mantap Risky melangkahkan kaki ke kamar Alan. Setelah bertanya ke mamanya Alan tante Citra bilang Alan ada di kamar bersama satu temannya.

Risky membuka pintu setelah mengetuk,tatapan tajam Alan langsung menyambutnya begitu ia masuk.

"Lan, Anin di culik sama orang yang  ga dikenal, kayanya ada sangkut pautnya sama lo"Ucap Risky lalu dengan posisi masih berdiri.

Tanpa berniat jawab pertanyaan Risky,Alan mengalihkan pandanganya ke Adrian seolah meminta penjelasan tentang apa yang Risky ucapkan.

Adrian menyerahkan ponselnya membiarkan Alan melihat foto yang sengaja ingin ia tunjukan.

Alan melirik foto itu sambil menghisap dalam-dalam sebatang rokok,ia menatap acuh foto Anin yang tengah memejamkan mata di sebuah sofa. Foto yang baru saja Adrian dapatkan dari Dirgan.

"Padahal sebelumnya gue udah kasih peringatan supaya mereka tidak terus cari tau tantang kita"Ucap Adrian sambil mengambil kembali ponselnya.

"Jadi lo tau kalau mereka sengaja nyelidikin kita?"Tanya Alan tidak percaya.

"Beberapa kali gue liat Asep lagi cari tau tentang kita dan dia juga pernah ngikutin motor gue sepulang sekolah"Adrian mulai menjelaskan "Gue ga bisa ngomong sama Asep tapi gue udah peringatin teman lo tuh, si Caca,sorry lan gue ga bilang ke lo karena gue ga mau lo jadi berantem sama Caca atau Risky,untuk Anin gue sendiri ga tau kalau Anin juga ikut dan manfaatin lo"

"Lo masih mau diem aja lan, liat Anin kaya gitu?"Tanya Risky frustrasi yang melihat Alan tidak peduli.

"Salah sendiri,ini resiko yang harus dia terima"

"Sebenarnya Anin ga mau tapi dia di paksa kita, maaf lan gue terpaksa untuk ikut melakukan itu karena tujuan gue awalnya cuma mau lo jadian sama Anin karena gue mau liat lo bahagia"Jelas Risky, sudah berbusa mulutnya untuk selalu menjelaskan ke Alan tapi lagi-lagi Alan hanya menganggapnya angin lalu.

"Alasan lo basi"

"Ya terserah lo mau percaya apa enggak tapi dengan keadaan kaya gini gue ga bisa bohong lan, Anin butuh lo dan teman-teman lo buat bantu"

"Gue sama temen-temen gue ga bisa bantu"

"Bohong, gue tau sebenarnya lo mampu tapi dendam lo yang bikin lo ga mau buat bantu"Kata Risky bergetar, tentu saja sebagai temanya Risky sangat khawatir dengan Anin dan ia benci melihat Alan yang terlihat biasa saja.

"Kalau lo sayang Anin seharusnya lo berkorban lan,lo pengecut,lo pengecut karena lo ga bisa terima keadaan bahwa lo mencintai sendirian"Ucapan Risky membuat Alan berdiri, ia langsung mendorong kedua bahu Risky sampai Risky oleng.

Adrian langsung menahan Alan agar tidak memukul Risky. "Ternyata lo ga tau dan ga pernah tau tentang hidup gue ky"Ucap Alan dengan tatapan yang masih kecewa merasa dikhianati oleh temanya sendiri "Keluar lo dari kamar gue"Tunjuk Alan ke arah pintu.
Risky berbalik keluar dengan perasaan hampa,ia tidak menyangka bahwa pertemanan ia dengan Alan harus regang seperti ini, tanpa pamitan lagi dengan Citra ia berjalan ke arah motornya.

"Ky"Dengan sedikit berlari Adrian menghapiri motor Risky. "Nanti gue bantu bujuk Alan, sabar ya"Kata Adrian sambil menepuk bahu Risky.

"Makasih ya Adrian"Ucap Risky

"Jujur aja ini berat buat gue sama temen-temen gue ky, Dirgan bukan lawan yang remeh"Kata Adrian.

"Gue sangat senang kalau lo mau cerita"Risky ingin Adrian menceritakan semuanya karena ucapan Adrian tadi tidak bisa Risky mengerti.

"Dirgan itu udah kuliah, dia alumni Mentari. Dirgan sering main ke warkop sama temen-temennya yang juga alumni Mentari, gue dan temen-temen sambut baik mereka karena gue pikir mereka emang mau berteman baik sama kita-kita"

Adrian memberi jeda untuk dia menghembuskan nafasnya, entah kenapa Risky yakin bahwa ada beban berat yang sedang ia tanggung di pundaknya.

"Ternyata ada sindikat narkoba disekitar gue,terkadang Dirgan jadiin warkop sebagai tempat transaksi narkoba, dan jujur gue sama temen-temen gue ga tau apa-apa. Kita ga pernah ikut-ikutan mereka. Gue baru tau ternyata kenapa Dirgan nyuruh anak-anak yang nongkrong di warkop untuk tutup rapat-rapat informasi di dalam warkop. Gue marah begitu pula temen-teman karena Dirgan menjadikan tempat nongkrong kita jadi tempat transaksi barang haram. Kita rengang beberapa kali berkelahi, gue ama temen-temen milih cabut dari warkop ya kita jadi musuh,Dirgan selalu panik takut kita bongkar rahasianya. Makanya ky gue udah peringati Caca untuk kalian stop cari tau. Karena gue tau kalau sampai ada yang bikin keselamatan dia terancam kalau sampai orang luar warkop tau maka dia ga akan segan-segan buat orang itu celaka."

"Gue ga tau kalau masalahnya seribet itu, niat awal gue sama anak-anak osis sebenarnya mau cari tau tentang warkop dan temen-temen lo, anak Mentari. Kalau kita tau kalau bahayanya sebesar ini kita pasti akan mudur dari awal"Jelas Risky,Adrian tau bahwa ada sebuah penyesalan dari Risky.

"Ya gimana semuanya udah terlanjur, gue janji gue akan bantu kalian"Ucapan dan tatapan mata Adrian mampu membuat Risky dapat bernafas lega.

Setelah perbincangan itu Risky pulang dan Adrian kembali ke kamar Alan untuk menemani Alan yang sedang kusut. Dalam perjalanan pulang ia terus memikirkan Adrian.

"Gue kasih clue ya, ada satu orang angkatan lo yang memegang pengaruh sangat besar di warkop itu, jujur waktu gue jadi ketua gue ga berhasil menginterogasinya walau keadaannya dia adik kelas gue"

Itu adalah perkataan Damas yang sempat ia berikan ke Anin, dan Risky sempat diceritakan pula dari Anin. Sekarang Risky tau, ia yakin bahwa teman angkatannya yang memegang pengaruh di warkop adalah Adrian,Adrian memiliki koneksi yang lebih dari Alan.

Risky jadi salut dengan laki-laki itu,dia baik walau dia tidak berteman baik sama Anin tapi dia mau bantu membujuk Alan,membantu Anin.

.........

Risky datang ke rumah Caca, ia menjelaskan semuanya kepada Caca, Asep dan Angga apa yang ia dengar dari Adrian. Mereka sama-sama berfikir apa yang akan mereka lakukan.

"Lo pada mau pulangin mobil Anin dengan bilang Anin diculik? Gue ga ikutan ah gue takut ya harus ketemu bokap nyokap nya nanti kita harus bilang apa? "Ujar Angga.

Risky berdecak "Cemen banget dah lo"

"Emang lo berani? "Tantang Angga.

"Berani tapi temenin"

"Ogah"

"Ogah"

Ucap Angga dan Asep bersamaan.

"Ca bilang aja Anin nginep di rumah lo"Usul Asep tiba-tiba.

Caca terdiam, ia seperti orang frustrasi bingung untuk memikirkan ide.

"Nah chat aja pura-pura lo itu Anin dan bilang hp nya Anin ilang"Tambah Angga.

"Bedon dah lo, emang Caca punya kontak orang tuanya Anin? "Jawab Risky lebih logis.

Caca masih terdiam, ia tentu saja tidak punya, tapi...

"Caca ga punya nomer telepon orang tuanya Anin. Tapi apa Caca DM kakaknya Anin aja kali ya?"

"Nah pinter"Jawab Asep.

Caca langsung mengambil ponselnya dan membuka instagram.Ia terpaksa berbohong karena tidak punya ide lagi selain itu.

Rasa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang