Sepulang sekolah,Caca menunggu Anin di depan kelas untuk pergi ke ruang Osis bersama.
"Haii Sesil"Sapa Caca ramah sambil melambaikan tangan saat Anin dan Sesil keluar kelas.
"Haii Caca"Balas Sesil tidak kalah ramah.
Tidak peduli dengan basa-basi kedua temannya,Anin langsung berbelok ke kanan untuk jalan ke ruang Osis.
"Eehh Anin tungguin, bay Sesil"Caca segera berjalan terburu-buru.
"Nin beberapa anak Osis kelas sepuluh suka ada yang nanya ke aku tau, katanya kita kok suka rapat ga ngajak-ngajak"Kata Caca begitu langkah mereka seimbang.
"Kok dia tau kita mau rapat?"
"Ya kan Asep pas ngajak rapat sempat salah grup dia malah ngomong di grup besar"Ah tadi malam Anin tidak engeh soal chat itu.
"Yaudah biarin aja, bilang aja rapat inti"
"Iya aku bilang gitu kok sama yang rapat kemarin-kemarin aku bilang itu bukan rapat cuma main aja"Anin hanya mengacungkan jempolnya di depan muka Caca.
"Oh iya aku lupa minta hoodie aku sama Alan, elahh"Anin berjalan seraya menghentak-hentakan kakinya "Lagian dia juga biasanya nyamperin aku"Omelan Anin membuat Caca terkekeh.
"Mungkin Alan lupa,tadi dia ga masuk kelas nin, dia latihan basket katanya buat pertandingan persahabatan sabtu ini"
"Oh ya?"Kaget Anin, Alan kok ga cerita apa-apa ya ke Anin.
"Iyaa dapet undangan dadakan katanya, tadinya Mentari ga di undang, terus dia gantiin SMA apa gitu,cuma empat sekolah doang si yang aku denger"
Anin mengangguk-angguk,sekarang bagaimana nasib hoodienya. "Nin nonton yu, mau ga? Di SMA Bintang"
"Boleh,nanti aku coba ajak Sesil deh.Aku ga tau sekolahnya,berangkat bareng ya"
Caca tersenyum senang ia tidak perlu mengeluarkan ongkos "Siappp"
Mereka masuk ruang Osis beda dengan sebelumnya, belum ada yang menunggu kursi depan.
"Anjir gue kira gue telat"Suara Risky membuat Anin segera menghapus pesan yang akan ia kirimkan ke Alan.
"Udah selesai latihanya? "Tanya Caca.
Risky mengangguk lalu duduk,nafasnya masih tidak beraturan pertanda ia lari dari lapangan ke sini.
"Alan tau lo mau rapat? "Tanya Anin.
Sambil mengelap keringat dengan handuk kecil Risky menjawab "Tau, oh iya tadinya gue mau bawain hoodie lo nin, Alannya ga mau katanya dia mau ngasih sendiri ke lo"
Anin tersenyum mendengarnya "Dia tadi bilang mau nungguin lo di parkiran, sekarang dia mau mandi dulu si sama makan katanya"Lanjut Risky.
"Oh yaudah ky"Ucap Anin.
"Panas banget nih ruangan AC nyalah ga si"Ucap Risky dengan tangan mengipas-ngipas di depan muka sambil melihat posisi AC.
Suara pintu kembali terbuka Asep datang dengan Angga "Pantesan bau-bau aneh pas masuk, lo ky"Ucap Asep sambil duduk.
"Yaampun kak kaya orang ga keurus lo"Sahut Angga memanas-manasi. Bagaimana tidak, rambut lepek, baju basket penuh keringat dan sendal jepit hitam.
"Brisik lo berdua, gue ga bau ya kan nin? "Ujar Risky meminta persetujuan Anin.
Refleks Anin melihat Risky lalu bergantian ke Angga dan Asep yang mengisyaratkan untuk membantu mereka menghujat Risky.
"Enggak kok"Jawab Anin jujur, ia hanya mau bersikap seimbang, walau penampilan Risky aneh seperti itu tetap saja pasti Risky di pandang keren oleh sebagian ciwi-ciwi Mentari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa [Selesai]
Teen FictionDitulis sejak 2018 dan selesai pada 2021 * Bercerita tentang seorang gadis cantik dan pintar Gadis yang jarang berbicara,tak mudah bergaul dan sangat tertutup Hari-hari yang ia lalui sangat lah datar Sekolah,rumah,tidur,makan,belajar dan terus saja...