Kebetulan hari kedua Alan tidak ada pertandingan,kemarin ia menang sebagai langkah awal usahanya mempertahankan gelar captain basket di sekolah.
Anin yang hari ini menjaga di lapangan outdoor harus bersabar dengan kedatangan Alan.
"Nin follow instagram gue sini"Mereka sedang duduk di koridor pinggir lapangan karena tidak kedapatan tempat di tribun.
"Apa namanya?"Tanya Anin yang males mengelak,biarkan saja ia juga tidak begitu aktif di instagram.
"Sini gue aja yang ngetik"
Lagi-lagi Anin hanya menurut,menyalakan ponselnya,mengetik sederetan angka,membuka aplikasi instagram dan menyerahkan ponselnya ke Alan.Entah mengapa hari ini ia sangat malas untuk berdebat bersama Alan.
"Anin sini deh"Panggil Caca yang seperti meminta bantuan.
Anin berjalan ke arah Caca dan melupakan ponselnya yang masih di tangan Alan.
Alan tersenyum melihat Anin pergi dan melupakan ponselnya,ia keluar dari halaman instagram berniat melihat isi galeri Anin,Apa Anin suka selfi seperti kebanyakan cewek?,tanya Alan pada dirinya sendiri.
Namun, sama dengan Sesil,Alan di kaget kan dengan wallpeper yang digunakan Anin masih foto yang sama dengan apa yang Sesil lihat beberapa minggu lalu.
Alan segera membuka galeri Anin, tidak banyak foto,hanya ada foto Anin dengan keluarganya dan beberapa foto Anin sedang berada di tempat wisata yang cukup terkenal. Namun,jika di scroll lebih jauh ke bawah Alan kembali menemukan foto Anin dengan laki-laki yang sama seperti di wallpeper. Semakin di scroll semakin membuat hati Alan bergejolak, bukan hanya satu atau dua tapi begitu banyak foto Anin dengan laki-laki itu.
"Udah kan?"Anin datang membuat Alan tersentak.
"Sekarang gue mengerti kenapa lo nolak gue, karena lo udah punya pacar kan"Alan menghadapkan foto Anin ke arah orangnya.
Anin terkejut tidak menyangka Alan harus tau secepat ini.
"Namanya Dika, dia mantan gue, udah meninggal 8 bulan yang lalu karena gagal ginjal yang udah di deritanya selama 5 tahun"Perkataan Anin membuat Alan terdiam beberapa saat.
Anin mengambil ponselnya yang di pegang Alan dengan perlahan."Itu alasan gue ga bisa menerima lo, karena lo juga belum bisa membuat gue bener-benar jatuh cinta dan melupakan Dika"
Anin tersenyum,senyum sendu yang pertama kali Alan lihat mampu membuat hati Alan seperti tersayat setelahnya Anin pergi meninggalkan Alan yang masih terdiam mencoba menerjemahkan perkataan Anin.
.........
Anin mengirim pesan menanyakan keberadaan Sesil. Ternyata Sesil sedang ada di ruang mading sendirian,Anin segera pergi dari area lapangan melupakan tugasnya untuk sejenak.
Anin yang melihat Sesil tengah menulis langsung menghampiri dan memeluk Sesil dengan erat.
Sesil membalas pelukan Anin"Lah kenapa lo?"Sesil sangat heran temannya berubah menjadi sosok yang aneh.
"Gapapa, hanya butuh pelukan"Jawab Anin tanpa melepaskan pelukannya.
Sesil pun begitu mengelus punggung Anin, seperti memberikan ketenangan. Anin tersenyum, ia senang ada Sesil disini, Sesil tidak menggantikan Key ia hanya sosok baru saat Key tidak bisa memberikan pelukan.
Sesil pun begitu, selama ia sekolah di SMA Mentari ia tidak pernah memiliki sahabat tempatnya berkeluh kesah, bukan Sesil tidak mau bergaul hanya saja ia belum menemukan arti sahabat yang sebenarnya. Ia bersyukur bisa bertemu Anin, sosok perempuan yang menurutnya adalah gadis paling sempurna yang pernah ia temui, walau ia tau tidak ada yang sempurna di dunia ini.
............
Anin keluar bersama Sesil dari ruang mading,tidak ada percakapan yang berarti.Anin hanya belum siap menceritakan apa jawaban dari pertanyaan besar yang sudah ia ceritakan ke Alan. Mereka berjalan ke lapangan bersiap untuk menonton kelasnya bermain.
"Anin... "Luthfi temen sekelasnya datang membuat langkah mereka terhenti.
Setelah menghampiri Anin dan mengatur nafasnya "Hari ini kelas kita main futsal"
"Tau"Respons Anin singkat.
"Dia udah tau lebih dulu dari pada lo kali, informasi lo ga penting banget"Cibir Sesil.
"Bukan itu maksud gue,"Luthfi menggantung ucapannya.
"Apa jangan setengah-setengah"Kini Sesil yang semakin sensi dengan Lutfi.
"Ga ada minum gratis?"Luthfi melanjutkan omongannya yang terputus."Selalu ada aqua gelas setiap harinya di pinggir lapangan"Jelas Anin, ia sempet terheran dari kemarin juga sudah tersedia minum untuk siswa yang sedang bermain, kemana ia dari kemarin?apa dua kardus air mineral tidak terlihat oleh mata telanjang?
"Bukan itu maksud gue"Katanya lagi dengan kalimat yang sama.
"Apa sih bukan maksud gue mulu"Ucap Sesil kali ini mencoba bersabar.
"Minuman yang manis-manis gitu?" Tanyanya dengan suara polos yang sebenarnya jika di dengar inginnya menonjok saja muka putihnya.
"Adanya air mineral"Kata Anin.
"Buat kelas kita aja nin,ga ada gitu?" Tanyanya lagi.
Anin menarik nafas lalu berkata "Kita menyediakan minum untuk pemain,jika lo mau yang manis-manis ya beli sendiri, kalau mau gratis hanya untuk kelas kita minta aja sama bendahara kelas kita,jangan sama gue karena gue tidak mengurusi itu."
Setelah itu Anin langsung melanjutkan langkahnya "Makanya mikir"Cibir Sesil kemudian ikut kembali berjalan.
Luthfi menggaruk kepalanya "Susah banget sih ngomong sama Anin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa [Selesai]
Teen FictionDitulis sejak 2018 dan selesai pada 2021 * Bercerita tentang seorang gadis cantik dan pintar Gadis yang jarang berbicara,tak mudah bergaul dan sangat tertutup Hari-hari yang ia lalui sangat lah datar Sekolah,rumah,tidur,makan,belajar dan terus saja...