59.Kejadian malam itu

16 3 1
                                    

Mendengar pintu terketuk berkali-kali,Anin bangun dari tidurnya dengan nyawa yang belum sepenuhnya kumpul ia berjalan kearah pintu dan membukanya.

Ternyata Dirgan yang datang sambil membawa paper bag, ia segera masuk begitu pintu terbuka dan langsung menutupnya kembali.

"Semalam tidurnya nyenyak?"Tanya Dirgan basa-basi sambil melihat lukisan yang Anin buat.

"Lukisan ini buat gue ya, thank you" Ujar Dirga seenaknya sambil memegang dua lukisan yang membuat Anin baru bisa tidur jam tiga pagi.

"Itu baju, sana mandi. Gue tunggu lo di bawah untuk sarapan"Setelah mengatakan itu Dirgan berjalan keluar kamar tentu saja dengan dua kanvas di tangannya.

Anin tidak menjawab, setelah nyawanya benar-benar terkumpul baru ia berjalan ke kamar mandi.

Setelah mandi, Anin langsung keluar kamar dan benar saja dugaannya di depan kamar ia sudah di tunggu oleh pak Mus dan beberapa rekannya.

"Sudah ditunggu,silahkan lewat sini"Ucap Pak Mus ramah, Anin mengangguk lalu berjalan di belakangnya tentu saja di belakang Anin pun di kawal ketat.

"Selamat makan"Ucap Dirgan.

Anin tidak membalasnya ia hanya melirik sebentar lalu segera makan.
Sehabis sarapan Anin diantar ke ruangan yang ada pianonya dengan gembira Anin duduk dan mulai memainkan sebuah melodi.

"Hai"Setelah selesai mengangkat panggilan telpon tanpa permisi Dirgan duduk disebelah Anin.

"Ayo nanyikan sebuah lagu"Suruh Dirgan.

"Sebenarnya gue ga mahir banget main piano, gue lebih suka gitar"

"Sayangnya gue ga ada gitar, tadi saat lo main piano juga bagus kok ayo coba dulu"

Anin menarik nafas lalu menghembuskannya "It's been a long day without you, my friend"Anin mulai bernyanyi.

"And I'll tell you all about it when I see you again"Terjadi jeda, Anin mengalihkan tatapan matanya melihat Dirgan yang tersenyum di sebelahnya.

Merasa canggung Anin segera kembali melihat piano untuk melanjutkan memainkannya.

"We've come a long way from where we began
Oh, I'll tell you all about it when I see you again"

Dirgan masih terus menatap Anin tanpa jeda, dengan senyum tipis Anin kembali melanjutkan "When I see you again"

Suara ketukan pintu membuat keduanya melihat arah yang sama, tak lama kemudian dilihat pak Mus masuk "Ada Pak Dimas datang mencari"

Dirgan segera berdiri dari duduknya "Papah nyari saya?"

Pak Mus mengangguk "Iya"

"Tunggu sini ya, jangan keluar"Dengan tergesa Dirgan berjalan meninggalkan ruangan tersebut.

.........

Malam harinya Alan datang bersama teman-temannya ke rumah Dirgan. Sesuai kesepakatan awalnya Alan,Adrian,Rey,dan Amar-orang yang sangat berpengaruh di kelas dua belas. Mereka akan masuk lebih duluan sisanya akan menunggu di depan rumah Dirgan.

Rencana awal adalah mereka akan bernegosiasi dengan Dirgan. Saat keadaannya memaksakan mereka untuk berkelahi Adrian akan mengirimkan pesan dan yang laiinya akan masuk kedalam.

Mereka berempat memasuki halaman rumah Dirgan yang luas dengan berjalan kaki karena kendaraan mereka ditinggal di depan gerbang.

"Hai boys,how are you?" Dirgan  menyambut mereka di pintu rumah.

Rasa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang