39.Jadian

31 3 0
                                    

Hari ketiga di semester baru ini,Anin bertemu Sesil di gerbang depan tempat ia diturunkan kak Ari, akhirnya Anin ikut naik motor Sesil menuju parkiran.

"Anin liat ke mading dulu yu"Ajak Sesil sambil berjalan keluar parkiran.

"Ngapain?"Heran Anin.

"Katanya bu Dira naro hasil ulangan di mading, dan dia urutin seangkatan siapa yang nilainya paling bagus"Mendengar penuturan Sesil membuat Anin terlihat bersemangat.

Mading sudah terlihat ramai, Anin dan Sesil harus mengantri bergantian untuk melihat itu.

Anin terseyum begitu melihat namanya berada di urutan paling pertama, penglihatan menggeser ke kanan melihat nilainya yang sempurna, itu berati ia benar semua menjawabnya.

"Anin keren banget si kamu padahal itu kan setengah materinya belum di pelajari dan buat semester ini"Anin melihat ke samping ternyata Caca sudah berada di sebelahnya.

"Pantes lo milih geografi buat olimpiade"Kini Anin menengok ke kiri sudah ada Alan. Anin menanggapinya dengan tersenyum "Gausah berlebihan ah, kalian juga keren"

Anin kembali melihat kertas yang terpasang di mading,di bawah namanya ada nama Alan dan Caca yang memiliki selisih nilai yang tipis.

"Nin ayo ke kelas"Ajak Sesil. Anin mengiyakan.

"Dadah Anin aku lewat tangga sana aja ya,lebih dekat ke kelas aku"Pamit Caca.

"Iya ca"Jawab Anin seadanya. Tanpa sadar Alan terus berjalan di sebelah.

"Kenapa ga lewat tangga sana?"Tanya Anin yang tau kelasnya Alan sama dengan Caca.

"Gapapa, mau nganterin lo aja"Jawab Alan.
"Kan jadinya muter-muter"
"Gapapa kalau muternya sama lo mah"Jawaban Alan tidak digubris oleh Anin,kini ia sudah mulai terbiasa dengan penuturan Alan.

"Alan... Anin... "Keduanya kompak menengok ke belakang melihat Caca yang berlari ke arahnya.

"Kenapa ca? "Tanya Anin.

"Mau lewat sini aja ah, lewat sana tumben ada anak IPA pada nongkrong di tangga"Jawabnya dengan nafas yang terengah-engah.

"Bukan tumben ca, setiap pagi emang anak IPA nongkrong disana, cuma lo aja yang datengnya kepagian jadi ga pernah ketemu"Jelas Alan yang memang datang sekolah tidak sepagi Caca.

Caca mengangguk sambil terus mereka yang naik tangga "Nanti istirahat ke kantin bareng yu nin"Ajak Caca.

"Boleh"Jawab Anin
"Nanti kita ketemuan di kantin aja ya"

............

"Aninda gue suka sama lo, Aninda dimana pun lo berada, please temui gue disini" Seorang laki-laki yang berpenampilan cukup berantakan, menjadi pusat perhatian pada jam istirahat pertama.

Sebagian murid tidak peduli dan melanjutkan langkahnya ke kantin. Namun sebagian murid yang tidak lapar memilih berdiam di koridor tepi lapangan, ada juga yang berada di selasar depan kelas lantai atas.

Caca yang kebetulan ingin ke kantin segera berjalan cepat ke arah kantin, ia tau Anin berada di kantin.

"Anin, Anin, Kak Rey nembak lo di lapangan"Caca datang dengan tergopoh gopoh.

"Kak Rey kelas XII-IPA 3 ca? " Yang terlihat terkejut justru bukan Anin melainkan Sesil.

"Iya.Cepat lo samperin ke lapangan nin, dia nungguin lo"
"Males ah"

Sesil dan Caca menatap Anin tidak sabaran keduanya memberika kode lantas dengan serempak menarik Anin dari duduknya.

Sesampainya di pinggir lapangan, ternyata kondisinya lebih ramai dari sebelumnya.

Rey menatap kedatangan Anin dengan penuh harap, ia tersenyum. Anin menatap ngerih saat Rey sudah memegang bunga dan di belakangnya 3 teman Rey membawa kain putih panjang yang diberi pilok dengan tulisan "say yes to our happiness"

"Samperin nin biar masalahnya kelar"Anin menengok ke samping, ternyata itu Alan.

Dengan sedikit terpaksa Anin memasuki tengah lapangan yang di sambut gemuruh teriakan murid murid yang memenuhi koridor.

"Nin"Rey berkata begitu Anin mendekat.
"Gue ga bisa kak sorry"Pekataan Rey langsung di potong. Tanganya ia biarkan di genggam Rey.

"Nin kenapa? " Pertanyaan Rey tidak bisa Anin jawab, ingin sekali ia membentak atau mengeluarkan kata-kata kasar agar Rey kapok. Tapi ia tidak mau Rey malu, ia pun sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk belajar dewasa dan menahan ucapanya agar tidak membuat orang lain sakit hati.

"Kalau ga mau ga usah di paksa"Alan datang dan langsung melepas paksa genggaman tangan Rey di tangan Anin.

"Lo siapa ikut campur"Rey langsung meninju pelipis Alan, Alan yang tak terima pun membalasnya. Terjadi perkelahian, Anin terdiam ia tidak berani memisahkan karena takut ia yang terkena. Sedangkan murid laki-laki yang melihat pun tidak berani memisahkan.

Hanya Damas yang datang bersama Risky dan Asep berani memisahkan. Risky menarik Alan menjauh sedangkan Rey yang emosinya sudah tidak terkontrol di tarik paksa Damas bersama Asep. Pak Adi datang langsung menyuruh mereka ke ruang BK dan membubarkan murid.

Anin menunggu Alan di UKS, ia sudah memberikan pesan singkat bahwa ia ingin mengobati luka Alan dan menunggu Alan di UKS.

Alan datang, lukanya belum di obati apa-apa, bahkan darah yang mengalir di pelipisnya tampak hampir mengering karena di diamkan.

"Alan di hukum apa? "Tanya Anin di sela-sela membersihkan luka Alan.

"Ga di hukum apa-apa, cuma dikasih surat peringatan aja"Alan menerawang, beberapa bulan yang lalu ia datang ke UKS bersama Anin untuk mengobati luka di siku Anin.

"Alan ga di skors?"Dari peraturan yang Anin tau, sanksi dari berkelahi adalah skors apalagi perkelahian itu bisa di sebut besar karena terjadi di lapangan dan di tonton banyak murid.

"Harusnya di skors tapi gimana gue berantem sama cucu yang punya Yayasan,tambahan bentar lagi kita mau olimpiade. Gue ga bisa ga sekolah karena harus mempersiapkan segala halnya"Anin mengangguk mengerti, beberapa hari terakhir memang ia dan teman-temanya yang ikut olimpiade sedang mempersiapkan diri untuk olimpiade yang sudah tinggal dua minggu lagi.

"Maaf ya,"Ucapan dari mulut Anin itu terdengar begitu tulus. Mereka berjalan keluar UKS karena sudah selesai.

"Alan sayang Anin, Alan ga mau Anin ada yang gangguin"

Anin tersentuh mendengar penuturan Alan, benar-benar tersentuh kali ini, Anin hanya bisa tersenyum.

"Makasih Alan"
"Sama-sama, kan gue pacar boongan lo,jadi akan siap sedia untuk Anin" Alan yang masih terbawa suasan beberapa minggu lalu saat Anin menganggap Alan pacar bohongannya.

"Ya kalau gitu beneran aja"Celetukan Anin membuat langkah Alan terhenti.
"Serius?"Tanya Alan yang tidak percaya.
"Gue kelihatan bercanda?" Tanya balik Anin, Alan lantas menggelengkan cepat.

Anin melanjutkan langkahnya yang tadi di hentikan Alan. "Jadi kita pacaran nih?" Tanya Alan memastikan.

Anin mengangguk "Tapi ada syaratnya"
"Apa, apapun gue turutin"Jawab Alan.

"Gue pacar lo maka izinin gue untuk tau semua hal tentang lo"
"Semua hal? "Alan tampak tidak mengerti.

"Iya semuanya tentang hidup lo, dunia lo, lingkungan lo, pergaulan lo"
Tanpa berpikir panjang Alan mengangguk, ia tentu saja sangat tidak keberatan "Deal"Katanya tidak berfikir panjang ia terlihat begitu senang.

Aneh, ada perasaan tidak tega melihat Alan yang bahagia saat Anin meyakinkan diri bahwa Alan dimanfaatkan untuk kelancaran misinya. Cinta Alan yang tulus, kebahagiaannya yang sederhana, kebaikannya untuk Anin. Anin tersenyum miris begitu mengingatnya. Anin benar-benar takut jika akan menyakiti Alan kedepanya.

Rasa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang