Anin datang pagi-pagi kerumah dengan senyum paling manisnya juga dengan hati yang gugup saat ia harus ketemu Alan lagi.
Anin sadar bahwa ternyata ia salah, membuka kamar rawat Alan tanpa mengetuk pintunya membuat senyuman itu sirnah begitu saja. Sebuah kenyataan bahwa Alan tengah disuapi makan dengan mantanya, Ina.
Karena keduanya sudah terlanjur melihat, Anin tetap masuk kamar itu dengan senyum tipis yang coba ia ciptakan."Seperti biasa lan, dari mama"Anin menaruh paper bag di nakas yang terlihat penuh. Anin memang cerita ke mamanya Alan masuk rumah sakit,tapi hanya bilang bahwa Alan kecelakaan motor.
Bingung dengan situasinya Alan hanya mengangguk "Makasih"
"Gue keknya harus pulang ya"Ujar Ina yang sadar dengan situasi ini. Sebenarnya Ina tidak tau masalahnya, ia hanya tau bahwa mereka sudah selesai karena tadi Alan sempat menjelaskan sedikit saat ia bertanya kemana Anin.
Ina meletakan sendok diatas piring yang berada di atas meja otomasis di atas tempat tidur Alan lalu segera mengambil tasnya.
"Cepet sembuh lan, gue pamit"Ina sengaja menepuk bahu Alan beberapa kali,tidak lupa ia tersenyum kearah Anin sambil menganggukan kepalanya ramah.
"Makasih ya na"Ucapan tersirat dari Alan. Makasih sudah datang,makasih sadar situasi untuk memilih pamit dan makasih karena ia tetap menjadi gadis baik yang ramah kepada banyak orang.
"Anin lega keadaan Alan lebih baik"Ucap Anin tidak lama setelah pintu terdengar tertutup.
Anin memilih untuk duduk di kursi yang tadinya ditempati Ina sambil melihat Alan yang tersenyum canggung.
"Makasih Alan udah datang malam itu, maaf baru sempat datang lagi karena Anin kemarin ada seminar"
"Tau kok"Jawaban Alan membuat Anin terdiam, bagaimana Alan bisa tau?Anin jadi teringat percakapannya semalam dengan Adrian.
+
"Halo nin akhirnya lo bisa dihubungin ya"Begitu sambunganya terhubung suara Adrian langsung terdengar.
Anin hanya terkekeh dengan suara Adrian yang terdengar antusias "Alan udah sadar nin, katanya ga lama setelah kita pergi tapi gue baru dikasih kabar sama tante Citra si tadi sore"
Fakta itu membuat hati Anin hangat mendengarnya, ternyata keputusannya untuk menelpon balik Adrian adalah pilihan yang tepat.
"Syukur deh, makasih ya Adrian infonya"Walau Anin sudah tau tapi ia memilih pura-pura tidak tau,merasakan Adrian yang semangat membuatnya tidak enak.
Suara kekehan Adrian membuat terheran "Lo doang kayanya yang manggil gue lengkap gitu, Adrian"
Anin tertawa mendengarnya, ia pun memang tidak jarang memanggil orang dengan nama lengkapnya.
"Serius tau"Mendengar Anin tertawa membuat Adrian curiga bahwa Anin mengiranya berbohong "Kebanyakan orang manggil gue an an aja,terus Alan dan temen deket gue manggil yan, kalau Rey doang khusus manggil drian sekarang lo juga malah paling lengkap"
Cerita Adrian malah membuat Anin tambah tertawa "Ga sekalian cerita keluarga lo manggil apa? Random banget sih lo"
Adrian ikut tertawa "Pertanyaan lo juga random ya nin kalau dirumah gue dipanggil de dong"
Entah lelucon receh itu kembali membuatnya tetawa,bisa-bisanya Adrian bangga dengan panggilan itu "Ohh lo anak bungsu ya? "
"Yoii, gue bilangin ya nin. Lo harus merasa spesial karena cuma lo doang yang belum masuk rumah gue belum ketemu mama gue tapi udah tau dirumah gue dipanggil ade"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa [Selesai]
Teen FictionDitulis sejak 2018 dan selesai pada 2021 * Bercerita tentang seorang gadis cantik dan pintar Gadis yang jarang berbicara,tak mudah bergaul dan sangat tertutup Hari-hari yang ia lalui sangat lah datar Sekolah,rumah,tidur,makan,belajar dan terus saja...