Anin benar-benar pulang bareng Alan.Saat motor mulai melaju,Alan juga belum membuka suara.
"Anin"Suara Alan terdengar pelan mungkin karena jalanan riuh ditambah ia memakai helm full face.
"Nin,Damas bawa motornya keceng banget,gue mau ngebut.Takut ketinggalan gue ga tau rumah Damas. Pegangan aja kalau mau"
Anin memegang sebelah jaket Alan hanya untuk berjaga-jaga agar dirinya tidak terpental kebelakang.
Sesampainya di rumah Damas, mereka langsung dibawa masuk menuju lantai dua.Masuk di sebuah ruangnya yang ada piano dan beberapa gitar. Damas menyuruh mereka duduk di sofa yang tersedia sementara ia pamit untuk sekedar menaruh tas di kamarnya.
"Kita dengerin lagunya dulu ya, sebenarnya gue sama Asiyla punya beberapa referensi sih, tapi kita memutuskan untuk lagu bahasa Indonesia aja"Setelah Damas berkata seperti itu,ia langsung menyalakan lagunya.
Jangan tanyakan perasaanku
Jika kau pun tak bisa beralih
Dari masa lalu yang menghantuimu
Karena sungguh ini tidak adil"lagunya siapa ya, ga pernah dengar"
Guma Anin dalam hati.Bukan maksudku menyakitimu
Namun tak mudah 'tuk melupakan
Cerita panjang yang pernah aku lalui
Tolong yakinkan saja ragukuPergi saja engkau pergi dariku
Biar kubunuh perasaan untukmu
Meski berat melangkah
Hatiku hanya tak siap terlukaBeri kisah kita sedikit waktu
Semesta mengirim dirimu untukku
Kita adalah rasa yang tepat
Di waktu yang salah"Kok lagunya seperti menceritakan apa yang gue alami"Kata Anin dan Alan di hatinya masing-masing.
"Gimana?mau itu aja apa ganti"Tanya Asiyla begitu lagu selesai.
"Terserah"Jawab Anin dan Alan bersamaan. Keduanya saling tatap sesaat lalu kembali mengalihkan tatapannya. Sedangkan Damas dan Asiyla mencoba menahan tawanya.
Setelah selesai pembagian lirik, Alan dan Damas mencoba alat musiknya masing-masing sedangkan Anin dan Asiyla mengahapalkan liriknya.
"ceklek" kenop pintu yang terbuka menampakan Rey dengan muka terkejutnya.
...............
"Eh Rey jangan naik dulu,tolongin mama nganter ini ke rumah Adi"Ketika Rey baru pulang sekolah dan bersiap untuk masuk ke kamarnya,namun sang mama malah meminta tolong membuat Rey sedikit kesal.
"Apa lagi si itu mah"Kata Rey dengan suara kesal namun tetap mengambil paper bag yang di berikan sang mama.
"Udah kasih aja, inget ya jangan kamu tinggalin di ruang tamu atau meja makan atau apapun itu"Kata sang mama memberi peringatan.
"Mah om Adi sama tante Risa pasti ga ada di rumah"Ucap Rey yang sadar tante dan om nya adalah orang yang sangat sibuk.
"Ya kamu kasih Damas atau asisten rumah tangganya. Pokonya jangan..." Belum selesai bicara pun Rey segera keluar dari rumah sehingga suara mamanya sudah tidak didengar lagi.
Rey asal saja masuk ke rumah Damas tanpa permisi lagi, ia dapat bernafas lega melihat motor Damas terparkir di depan rumah yang artinya ia ada di rumah.
Setelah berkeliling menyusuri lantai satu Rey tidak juga menemukan Damas dan memutuskan untuk ke kamar Damas. Namun belum sempat Rey masuk ke kamar Damas suara piano dari ruangan di sebelah kamar Damas membuat penasaran.
Ketika kenop pintu dibuka,Rey terkejut ternyata Damas tidak sendirian di ruangan itu.
"Ngapain lo"Kata Damas menyadari lamunan Rey.
"Nih titipan dari mama"Rey asal masuk saja menyerah tepat di depan Damas.
"Taruh aja napa di ruang tamu"Suruh Damas sambil terus memainkan pianonya.
"Beberapa minggu lalu gue taruh oleh-oleh dari Papah di ruang tamu malah di tumbak kucing lo, sekarang mau taruh di ruang tamu lagi?nanti kalau di buat jatuh sama kucing lo lagi gue yang disalahin sama mama"
Perkataan panjang Rey membuat semuanya berhenti dari aktivitasnya. Disaat Anin menatap heran Rey,Asiyla dan Alan menahan tawanya agar tidak meledak.
Tanpa banyak bicara lagi Damas menerima paper bag itu dan Rey segera keluar tanpa permisi. Setelah Rey keluar tawa Asiyla dan Alan pecah.
"Kenapa si lo berdua"Heran Damas.
"Sepupu lo lucu, kocak aja dia di suruh-suruh orang tuanya"Jelas Asiyla.
Damas mengangguk paham "Udah biasa"
...............
Setelah berlatih hingga sore, Alan menghantar pulang Anin. Anin tidak punya pilihan lain selain berkata iya. Tadi ia memang tak banyak berinteraksi dengan Alan. Meraka hanya bicara saat penting saja. Damas dan Asiyla yang tidak tau dengan masalah Anin dan Alan seenaknya saja menyuruh mereka pulang bareng tidak tau saja bahwa mereka sangat canggung saat berdua.
"Makasih"Ucap Anin begitu sampai rumahnya.
"Maaf ya nin belum bisa ngertiin lo"
Alan tersenyum.
"Gue ga minta di mengerti lan"Alan melepas helmnya. "Kita mulai semua hal baik dari awal ya nin."
"Kita bisa temenan kan"Kata Alan yang melihat muka Anin mulai berubah.
"Iya"Singkat tapi bisa membuat Alan tersenyum.
"Gue pamit ya, gue mampirnya next time aja kalau lo udah bisa ngomong "Mau mampir ga?""Alan terkekeh diakhirinya karena mencoba menirukan suara perempuan.
Anin hanya bisa menahan tawanya, yang dikata Alan benar. Beberapa kali Alan menghantarnya pulang tetapi Anin tidak pernah menawarkan untuk mampir ke rumahnya.
Setelah Alan pergi,Anin masuk ke dalam rumah sambil terus tersenyum.Entahlah apa yang membuat terus tersenyum seperti itu.
............
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa [Selesai]
Teen FictionDitulis sejak 2018 dan selesai pada 2021 * Bercerita tentang seorang gadis cantik dan pintar Gadis yang jarang berbicara,tak mudah bergaul dan sangat tertutup Hari-hari yang ia lalui sangat lah datar Sekolah,rumah,tidur,makan,belajar dan terus saja...