Keesokan harinya,hari Selasa Anin masih terus menghabiskan waktunya di ruang Osis. Mengatur jadwal pertandingan untuk enam hari kedepan.Lalu mengatur susunan acara untuk hari ke-7.
"Seperti yang udah gue bagi menjadi 2 kelompok kita bagi adil hari pertama kelompok gue yang jaga indoor,kelompok Angga yang di outdoor,besoknya tukeran dan terus begitu"Ucap Anin.
"Pokoknya semua sudah punya tugas masing-masing, siapa yang jagain murid biar ga rusuh,siapa yang ngurus konsumsi,siapa yang ngatur waktu, pokoknya gue mau semuanya jalan sesuai rencana ya"Sambung Anin lagi.
"Anin mau nambahin"Izin Caca. Anin menyetujuinya dengan menggangguk.
"Untuk Amanda, Dini, Suci, dan Naina pokoknya jangan pergi dari area lapangan karena kalian kan yang megang data siswa"Kata Caca."Iya kak"
"Nin kalau menurut aku dia ga usah tukeran lapangan, Amanda sama Suci kan megang data anak futsal, Dini sama Naina anak basket,kalau mereka tukeran kaya agak ribet jadinya"Usul Caca.
"Terserah kalau pada setuju"Anin hanya takut ada kecemburuan tugas jika selama 6 hari Dini dan Naina terus di lapangan adem sedangkan Amanda dan Suci harus panas-panasan selama 6 hari.
"Aku si yes"Celetuk Risky.
"Ga ada yang minta pendapat lo" Sewot Caca.
"Gue juga anggota berhak mengeluarkan pendapat"Balas Risky ga mau kalah.
"Tapi belum disuruh mengeluarkan pendapat Risky"
"Suk----"
"Yaudah sesuai dengan pendapat Caca aja,kalian setujukan? "Tanpa menunggu mereka selesai berdebat Anin langsung memotong perkataan Risky. Perdebatan saat rapat memang wajar tapi sudah tidak wajar jika yang berdebat Caca dan Risky bikin satu ruangan sakit telinga.
"Setuju kak"
...............
"Haii geulis"Sapa Alan dengan logat sundanya.
Anin hanya melirik sekilas lalu fokus kembali ke layar laptopnya. Anin yang lagi sendirian di ruang Osis di hampiri oleh Alan yang tidak jelas ada keperluan apa. Apa pun keperluan Alan sebenarnya Anin yakin itu tidak penting.
"Nin jadwal udah diatur ya?" Pertanyaan Alan hanya mendapat anggukan kepala dari Anin.
"Padahal gue mau ada negosiasi"Ucapnya dengan kekehan khas Alan.
Anin menatap Alan dengan penasaran menunggu perkataan selanjutnya dari mulut cowok itu.
"Kelas XI IPS 1 kasih lawan yang ringan aja, kaya XI IPA 1 tuh misalnya dia kan pada pinter baca buku doang,hahaha"Alan tertawa, sedangkan Anin hanya menatap dengan ketidak-mengertian.
"Mau liat jadwalnya dong "Kata Alan lagi setelah sadar bahwa yang ia katakan barusan sebenarnya tidak lucu.
"Ga boleh"
"Pelit, masa ga boleh di kasih tau kan harus ada persiapan jangan tiba-tiba suruh main"
"Tunggu waktu yang tepat"
"Kaya cinta lo buat gue ya?"Gombal receh Alan mulai keluar.
"Basi"Balas Anin kesal padahal mah cukup terkejut dengan respons Alan yang tidak bisa di tebak.
"Tapi cinta gue buat lo ga bakal basi kok"
"Apaan sih lan, kalau ga ada keperluan mending keluar deh"
"Yaudah tapi jangan kangen ya, nomer telepon gue masih sama tinggal hubungi aja,bersedia 2x24 jam" Setelah ngomong panjang Alan benar-benar keluar dari ruang Osis.
Alan keluar dan berpapasan dengan Risky setelah sedikit jauh dari ruang Osis.
"Eh abis ngapain lo? "Tegur Risky duluan.
"Biasa godain bidadari"Jawabnya dengan santai."Oh iya ky,yang ngatur jadwal siapa? "
"Biasa yang sudah ahli, gua, Caca, sama Asep,ikut tangan campur Anin si.Kenapa?"Risky balik tanya karena setaunya kan Alan sudah tau kalau biasanya ia menjadi salah satu yang mengatur jadwal pertandingan.
"Lo udah beri lawan yang terbaik kan buat kelas kita"Ucap Alan sambil menaik-turun kan alisnya.
"Sialan lo"Risky tertawa dengan penuturan Alan karena ia tau maksud kata terbaik adalah lawan yang gampang di kalahin.
"Hahaha"ketika Alan ingin melanjutkan langkahnya,ia teringat sesuatu"Oh iya kapan diumumkan jadwalnya?"
"Yailah ga sabaran amat lo bro,hari ini kayanya, nungguin keputusan Anin aja"Jelas Risky.
"Oke gua duluan ya"Pamit Alan sambil menepuk bahu Risky.
"Sialan Alan,sakit bego"Risky mengusap bahunya sedangkan Alan berjalan sambil tertawa.
.........
"Lan, siap-siap tahun ini kelas gue yang bakal menang dan secara langsung gelar captain sekolah ini bakal jadi milik gue"
Alan yang sedang memejamkan matanya di kelas membuka sebelah mata kiri melihat cowok yang dari dulu tidak pernah akur dengannya.
"Apa yang udah punya gue,selamanya buat gue, jangan banyak mimpi"Jawab Alan santai sambil kembali memejamkan matanya.
"Liat aja nanti"Ucapnya sambil menahan emosi.
Alan tertawa remeh "Tahun lalu juga lo bilang gitu, tapi apa yang menang kelas gue."
Laki-laki itu sudah mengangkat tangannya yang terkepal bersiap untuk melukai wajah tampan Alan,tetapi ia urungkan karena kedatangan Risky.Ia memilih segera keluar kelas tidak ingin berkelahi dengan Alan karena Alan akan di bantu Risky dan ia akan kalah.
"Ngapain tuh anak curut kesini"Risky langsung duduk di kursinya sebelah Alan.
"Biasa ngajak ribut"Alan menjawab tanpa membuka matanya.
"Nih jadwal"Risky meletakkan selembar kertas di atas meja tepat sebelah kaki Alan yang naik.
Alan langsung menurunkan kakinya dan duduk tegap melihat struktur data yang ada pada selembar kertas fotocopy-an.
"Tidak terlihat buruk"Ucapnya tanpa berhenti melihat.
"Setiap kelas di kasih satu lembar, jangan ilang ya, itu yang lain belum liat"Risky berdiri dari duduknya "Gue duluan mau ngasih ke kelas lain dulu"
Alan hanya mengangguk membiarkan Risky menghilang di balik pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa [Selesai]
Teen FictionDitulis sejak 2018 dan selesai pada 2021 * Bercerita tentang seorang gadis cantik dan pintar Gadis yang jarang berbicara,tak mudah bergaul dan sangat tertutup Hari-hari yang ia lalui sangat lah datar Sekolah,rumah,tidur,makan,belajar dan terus saja...