49.Selamat Ulang Tahun Aninda

21 2 0
                                    

Rebahan sore Anin harus diganggu karena kamarnya di ketok,kata asisten rumah tangga yang bekerja dirumahnya ada tamu seorang laki-laki yang mencari Anin dan mengaku temannya.

Anin sudah dapat menebak bahwa itu adalah Alan dan benar saja tebakan Anin. Mungkin karena seingatnya cuma Alan teman laki-laki yang tau rumahnya.

"Ngapain?"Tanya Anin langsung.

"Duduk dulu dong, gue mau ngomong"Ucap Alan.

"Gue ambilin minum dulu"

"Nin"Panggilan Alan membuat Anin menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang.

"Lo ga nawarin gue mau minum apa?"
"Apa? "Sebenarnya itu pertanyaan yang Anin sangat hindari.

"Es tes manis"Alan tersenyum seakan tidak berdosa meminta macam-macam di rumah orang.

"Gue males seduh teh, males getok es batu. Air putih aja,sehat"Jawab Anin serius.

Alan hanya tertawa takjub dengan kelakuan Anin yang di luar dugaanya.

Anin kembali dengan air putih di gelas dan meletakannya di meja lalu ikut duduk di sofa.

"Selamat ulang tahun Aninda"Ucap Alan sambil memberikan kotak hadiah ke Anin yang baru saja ia keluarkan dari tasnya.

Anin terkekeh tidak menyangka Alan akan mengetahuinya karena sedari pagi di sekolah tadi mereka tidak ketemu, dan tentu saja karena Alan yang sengaja menghindar.

"Terimakasih" Ucapnya lalu menerima kotak itu.Didalam kotak itu terdapat kotak lagi. Senyumnya lalu sirna saat melihat sebuah kalung yang tampak sangat indah.

Iya Alan memutuskan untuk memberikan Anin sebuah kalung, jika cincin terlalu formal maka ia memilih kalung yang akan selalu Anin pakai. Tadinya ia sempat terfikir untuk membelikan baju atau sepatu tetapi Alan kan tidak tau ukuran badan dan kaki Anin.

"Gue tau ini ga murah"Anin menaruh lagi kalung itu dan menutup kotaknya "Maaf, gue ga bisa terima"lalu Anin meletakan kotak itu diatas meja. Sebenarnya definisi mahalnya tidak seharga langit juga tetapi untuk kantong anak SMA itu termasuk mahal.

"Kenapa nin? "Alan terlihat sangat kecewa hayalanya yang akan dipeluk Anin sirnah begitu saja. Memang Alan terlalu halusinasi, ia berfikir Anin akan berteriak senang lalu memeluknya.

"Itu berlebihan, mending lo jual lagi kalungnya, gue tau motor lo butuh perawatan ekstra setiap bulannya. Uangnya buat servis motor aja gih"

Ah Alan tersenyum mendengar penuturan Anin yang begitu tulus. Perempuan ini kenapa selalu membuatnya jatuh cinta setiap hari?

"Anin mau kado apa?"Tanya Alan.

"Doa"

"Udah. Yang lain? "

"Ga ada"

"Harus ada"

"Hmm"Anin berdeham panjang sambil berfikir "Buku"Lanjutnya.

"Lagi?"

Anin tersenyum penuh arti "Kanvas dan cat air"Katanya senang.

Alan berdiri dari duduknya"Ayo berangkat"

"Ayo kita jual lagi kalungnya dan beli buku,cat air dan kanvas"Jelas Alan karena Anin seperti orang bingung.

"Ah iya, gue ganti baju dulu"Anin berdiri lalu naik menuju kamarnya.

Alan mengangguk dan kembali duduk. Ia paham Anin ingin ganti baju karena pakaian yang ia pakai saat ini hanya celana pendek dan kaos hitam tipis.

.........

Rasa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang