Anin mengerjapkan matanya, segera bangun dari tidurnya yang berada di sofa. Dilihat seorang pria yang tadi,berada di depannya.
"Udah bangun? Mau makan? Laper ga? Tanya laki-laki itu sambil tersenyum. Senyum manis tapi bagi Anin itu menyeramkan.
"Gue mau pulang"Ucapnya tegas.
"Pulang? Ga mau tinggal disini aja?"
Anin melihat sekeliling ia seperti tengah berada di ruang tamu sebuah rumah yang sangat besar. Disekelilingnya ada banyak orang berjas yang terus memperhatikan Anin.
"Gue Dirgan, panggil sayang juga boleh"Anin menatap lekat Dirgan"Lo pacarnya Alan ya?"
Anin segera memalingkan wajahnya. "Bukan"Jawabnya singkat.
Dirgan tertawa "Alan pinter banget ya emang kalau nyari cewek cantik banget,gue denger-denger lo juga ketos ya? Juga pemimpin misi penyelidikan warkop"Deg.Jantung Anin semakin berpacu lebih cepat. Bagaimana mungkin Dirgan bisa tau semuanya. Sebenarnya siapa dia ini?
"Udah malem, Alan belum datang. Kayanya memang dia ga sayang sama lo"Cerocos Dirga lagi.
Alan datang? Berharap saja rasanya Anin tidak bisa.
"Bi Mar"Teriak Dirgan dan tidak lama kemudian seorang wanita tua menghampiri Dirgan lalu menunduk.
"Tolong anterin dia mandi dan ganti baju, itu bajunya"Ujar Dirgan sambil mengarahkan matanya ke sebuah paper bag. "Lalu siapin dia makan"Lanjutnya.
"Nak Dirgan juga belum makan malam, apa mau sekalian?"
Dirga menggeleng "Nanti aja, saya ada urusan"Tadinya Dirgan ingin sekali makan malam bareng Anin sekalian bertanya banyak hal lagi tapi harus ia tunda karena urusan mendesak.
"Pak pastiin dia ga keluar rumah"Ujar Dirgan kepada pengawalnya sesaat sebelum pergi ke sebuah ruangan.
"Mari saya antar"Mendengar suara itu Anin mengangguk lantas berdiri, ia lalu tersadar bahwa dirinya masih berseragam sekolah.
Setelah mandi Anin diajak ke ruang makan. Di meja besar itu sudah terlihat banyak sekali menu makanan. Karena dirinya sangat lapar tentu saja Anin menikmati hidangan tersebut.
Sehabis makan Anin diajak ke sebuah kamar di lantai empat rumah ini. "Malam ini kamu beristirahat di kamar ini, seperti yang kamu tau kamar ini berada di lantai empat, jangan coba-coba untuk kabur karena kamar ini dikawal ketat. Saya dan yang laiinya akan berjaga sepanjang malam di depan sini, silahkan keluar jika ada yang diperlukan"
Anin mengganggu, lalu masuk ke kamar tersebut. Karena takut ada yang masuk dan tersedia kunci yang menggantung,Anin memutuskan untuk mengunci kamar tersebut.
Melihat ada sebuah pintu kaca yang mengarah ke balkon,Anin memilih untuk kesana. Udara malam yang dingin. Ia tersenyum melihat langit walau tidak ada bintang malam ini.
Setelah puas melihat langit Anin menundukkan kepala untuk melihat kebawah dan betapa terkejutnya ia saat melihat bahwa banyak orang dibawah yang seperti tengah mengawasinya. Menjaga-jaga jika Anin benar-benar nekat untuk lompat dari lantai empat.
"Apaan si"Jenuh karena merasa terus diliatin Anin memilih masuk kembali ke kamar lalu menutup pintu kaca tersebut.
'silahkan keluar jika ada yang di perlukan'
Anin tersenyum ketika mengingat kalimat tersebut, ia segera membuka pintu lalu segera di hampiri oleh orang yang tadi mengantarnya.
"Ada yang dibutuhkan?"Tanyanya.
"Saya butuh ponsel,kembalikan ponsel saya"Ucap Anin mantap,karena ia curiga ponselnya diambil.
"Maaf saya tidak bisa memberikannya"Ujar laki-laki tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa [Selesai]
Teen FictionDitulis sejak 2018 dan selesai pada 2021 * Bercerita tentang seorang gadis cantik dan pintar Gadis yang jarang berbicara,tak mudah bergaul dan sangat tertutup Hari-hari yang ia lalui sangat lah datar Sekolah,rumah,tidur,makan,belajar dan terus saja...