Alan memukul setirnya berkali-kali, lalu menjedotkan kepalanya ke setir yang menimbulkan bunyi keras klakson.Jalan sepi tetapi mobil Alan terus mengeluarkan suara klakson membuat pengguna jalan lainnya menatap mobil Alan heran.
Setelah merasa kepalanya cukup sakit Alan menengok ke kiri jalan melihat sebuah warung kopi sederhana yang sangat tertutup serta sedikit kumuh. Alan ingin sekali mampir ke sana meminum kopi pahit dan merokok hingga hatinya tenang. Namun, niatnya harus diurungkan karena ia tengah mencoba menghilangkan kebiasaannya merokok.
Saat di perempatan jalan Alan melihat sebuah kedai es krim yang dulu sering ia kunjungi,ia berniat mampir kesana.Setelah memarkir mobil dan memesan lima cup es krim coklat Alan duduk di meja dekat kaca.
"Masih mengalihkan candu dengan es krim? "Alan mengangkat kepalanya melihat perempuan berhijab yang tengah tersenyum manis melihatkan dua lesung pipinya."Boleh duduk? "Tanyanya.
"Duduk aja"Jawab Alan tanpa berhenti memakan es krim secara membabi buta.
"Apa kabar?"Tanya perempuan itu. "Udah lama ga ketemu hehehe," Katanya sambil terkekeh kecil.
"Yang seperti lo liat"Kata Alan acuh sembari mengangkat kedua bahunya.
"Yang gue liat kalau lo makan es krim sebanyak ini lagi mengalihkan biar ga merokok, kalau lagi merokok biasanya lo lagi banyak masalah" Jelasnya seolah mengisyaratkan ia mengerti jelas tentang Alan.
"Ga banyak masalah"Alibi Alan. Tetapi perempuan di depannya menatap Alan tidak percaya.
"Ageh atuh cerita!"Suruhnya.
"Mong.""Alan kalau udah cerita tuh rasanya tenang,"Kata perempuan itu memberi nasehat.
"Bisa jamin?"Tantang Alan.
"Bisa jamin apanya?"
Alan berdecak perempuan di depannya masih sama seperti dulu.Telmi."Bisa jamin kalau gue udah cerita gue bisa tenang? ""Ga sih"Katanya sambil tertawa."Yaudah kalau ga mau cerita gue duluan"Pamitnya "Semoga bisa ketemu lagi lain waktu."Alan hanya mengangguk membalas ucapan perempuan itu.
Alan menatap kepergian perempuan itu lewat jendela.Ina Arina. Perempuan manis di masa lalunya.Yang biasa disebut mantan pacar.Jika mengingat Ina,Alan dipaksa mengingat alasan Ina meminta putus.Alasan yang sampai sekarang belum bisa Alan pahami.
............
"Kemarin dicariin pak Hila,kenapa ga ikut latihan basket katanya"Begitu Alan memasuki kelas ia sudah dilempari pertanyaan oleh Risky.
"Kemaren gue nganterin Anin pulang" Jawab Alan tanpa melihat Risky.
"Terus kenapa ga balik lagi? "Tanya Risky lagi.
"Ga mood"Saut Alan seadanya,sebenarnya ia males menanggapi Risky yang menurutnya sedikit bawel.
"Tumben. Biasanya ga mau lewatin yang namanya latihan basket."Risky hanya bingung,tumben saja seorang Alan melewatkan latihan basket."Jangan banyak nanya deh"Tuntut Alan, ingin sekali Alan menjahit mulut Risky supaya tidak banyak bicara.
"Lo kenapa sih? "Bukannya diam, Risky justru kembali bertanya. Ia hanya heran kenapa Alan tidak seperti biasanya.
"Kemaren gue bilang sama Anin,kalau gue suka dia"Alan bercerita yang langsung mendapatkan respons penasaran dari Risky.Selanjutnya Alan bercerita semuanya sama Risky mulai dari Alan pulang sama Anin sampai Alan yang bertemu Ina,mantannya.
"Menurut lo gue harus gimana? Perjuangin Anin apa gimana? "Tanya Alan meminta pendapat kepada Risky. Sebenarnya Alan sedikit malas bertanya sama Risky karena menurutnya Risky bukan tipekal orang yang suka memberi solusi yang tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa [Selesai]
Teen FictionDitulis sejak 2018 dan selesai pada 2021 * Bercerita tentang seorang gadis cantik dan pintar Gadis yang jarang berbicara,tak mudah bergaul dan sangat tertutup Hari-hari yang ia lalui sangat lah datar Sekolah,rumah,tidur,makan,belajar dan terus saja...