42.Seperti roller coaster

22 2 0
                                    

Anin mengeratkan pegangannya ke hoodie yang Alan gunakan,Alan mengendarai motor seperti orang kesetanan.

Alan menghentikan motornya di belakang sebuah motor yang sudah terjatuh, Anin tambah terkejut karena ia menyaksikan satu orang yang sedang di kroyok tiga orang.

"Jangan mendekat"Tanpa menunggu Anin turun,Alan langsung turun dari motornya dan berlari ke arah orang tiga orang itu.

Anin semakin terkejut saat Alan berkelahi dengan tiga orang itu, Alan dapat bertahan walau sebenarnya tampak kewalahan meladeni tiga orang secara bersamaan.

Sebuah mobil menepi dari dalamnya keluar dua orang yang Anin bisa pastikan satu orang diantaranya juga anak SMA Mentari.

Ketika melihat Alan akan mendapatkan bantuan tiga orang itu langsung berlari pergi menuju motornya. Belum sempat terkejar dua motor itu langsung melesat pergi.

Dua laki-laki itu tidak menggubris kepergian tiga orang tadi ia memilih menghampiri Alan yang sudah terduduk kelelahan disamping laki-laki yang sebelumnya sudah terkulai lemas.

Anin segera berlari menghampiri Alan,ia sungguh tidak tega melihat kekasihnya itu.

"Lo gapapa kan lan?"Tanya cowok yang pernah Anin temui di warkop waktu itu.

"Gapapa gimana, lo ga liat tuh mukanya bonyok"Kesal Anin.
Cowok itu terlihat melongo heran mendapat jawaban dari Anin sedangkan Alan terkekeh melihat ke-khawatiran Anin.

"Seenggaknya gue lebih gapapa dari pada Bayu, cepat bawa dia ke rumah sakit"Ucap Alan.

"Lo kuat bawa motor ga lan?"Tanya cowok yang satunya lagi.

"Udah lan biar Irul aja yang bawa motor lo,lo sama gue naik mobil"Ucap cowok yang tadi.

Alan mengangguk membantu membopong Bayu,mereka mendudukan Bayu di depan dan memasangkan sabuk pengaman. Sedangkan Anin dan Alan duduk di bangku belakang.

"Rul jangan lupa telpon anak-anak tuh motornya Bayu jangan di tinggal"Ucap Alan mempringati beberapa saat sebelum mereka berjalam.

Irul mengangguk lantas menujukan jempolnya. "Gue nanti nyusul ke rumah sakit sama anak-anak"

"Gue baik-baik aja nin"Ucap Alan ketika menemukan Anin yang sedang menatapnya khawatir.

Alan tau bahwa Anin terlihat khawatir dengannya, bagaimana tidak beberapa hari yang lalu ia abis terkelahi juga, bagaimana bisa luka yang lama belum sepenuhnya pulih sudah di tambah dengan luka baru.

Sudah satu setengah jam Anin berada di rumah sakit, ia tadi sempat menghantar Alan untuk dibersihkan lukanya dan di obati sebelum akhirnya duduk di depan ruangan tempat Bayu sedang tangani.

Dokter keluar beberapa temannya menghampiri untuk bertanya kondisi Bayu, Alan yang terlihat sedikit lemas memilih tetap duduk saja.

"Kakinya patah dan tangannya yang terluka harus di jait 8 jaitan, pasien masih tidak sadarkan diri mungkin besok dia akan siuman"Ucapan Dokter masih terdengar jelas oleh Alan.

Setelah mengatakan itu dokter pamit"Kita harus bales dendam"Kata salah satu dari teman-temanya Alan.

"Kita bahas nanti jangan bicarakan hal itu di rumah sakit"Cegah Alan cepat, ia takut jika teman-temanya bicara tambah panjang lebar karena sedang ada Anin saat ini.

"Lo ga ngantetin pulang cewek lo lan dah malem? " Tanya yang lainnya.

Alan melirik jam tanganya, sudah jam sepuluh malam ia jadi teringat janjinya ke papah Anin untuk tidak pulang terlalu larut "Anin pulang yu"

Rasa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang