57. Are you okay?

792 61 5
                                    

Masih ada dua puluh menit lagi sampai jam tujuh malam. Sejak dua jam yang lalu berbaring Keysa belum sedetik pun meninggalkan kasur nya. Tadi Nelsen dan Nasya tidak langsung pulang setelah mengantarnya. Nasya menolak di ajak pulang dan meminta Nelsen lebih lama di apartemen. Nelsen pun tak punya pilihan dan mengiyakan saja. Memberikan Nasya ruang menikmati kebersamaan lebih lama dengan Keysa. Membiarkan mereka bercerita, bercanda, tertawa dan membangun kedekatan lebih.

Sembari menunggu Nasya mau beranjak. Nelsen membuatkan Keysa bubur jamur dan menghangatkan susu yang ada di dalam kulkas dan meletakkan nya di meja makan. Sedari Nelsen meninggalkan apartemen dan menyuruhnya makan sampai detik ini Keysa belum sempat melihat makanan apa yang Nelsen buat kan untuknya.

Sekarang Keysa teringat lagi suruhan Nelsen. Gadis itu mendudukan dirinya, mengikat rambutnya, menyingkirkan selimut lalu berjalan ke luar kamar. Sebentar ia menebar pandangan ke sudut apartemen. Perhatiannya teralihkan pada tudung saji putih di meja makan. Keysa menghampiri nya.

Keysa mengangkat tudung saji berbentuk segi lima itu dan terdiam sejenak melihat sebuah panci kecil berisi bubur dan sebotol susu yang biasanya di antarkan langsung setiap paginya. Nafsu makannya tidak berkembang dan ia menutupnya lagi.

Bukan buburnya yang tidak sesuai selera. Tapi orang yang memasak bubur itu menjauhkan Keysa dari rasa lapar. Keysa hanya mengambil susu itu lalu beranjak ke sofa.

"Dasar, Mumu! Bahkan dia nggak nelfon gue balik." cerca Keysa menatap ponselnya sinis.

Keysa meneguk susu hingga tersisa setengah. Kemudian menyalakan tv dan menyelipkan kedua tangannya di saku hoodie kuning nya.

****

Mobil Hanan berhenti di halaman parkir apartemen Keysa. Hari perlahan-lahan kian meredup menyisakan tugas untuk rembulan menerangi seluruh semesta.

Mumu turun dari mobil Hanan sambil bergerak cepat membuka pintu bagasi belakang mengeluarkan keranjang buah, sebuket bunga segar dan tiga kantung plastik ukuran sedang berisi penuh makanan ringan.

Airin membantunya membawakan buket bunga. Hanan menyusul turun dan membantu Mumu mengeluarkan barang-barang yang mereka bawa.

"Udah semua nya?" tanya Hanan sebelum menutup bagasi mobilnya.

"Coba periksa lagi, Mu. Siapa tahu ada yang ketinggalan." ujar Airin.

Mumu memeriksa lagi beberapa kantung plastik itu lalu mengangguk mantap.

"Udah kok."

"Tinggal aja plastik-plastik itu biar aku yang bawa." pinta Hanan ketika Mumu berusaha memenuhi kedua tangan nya.

"Makasih, Beib."

Mereka bertiga melangkah masuk ke gedung apartemen. Melewati lobi, menaiki lift, menyusuri lorong dan sampai di depan unit apartemen Keysa. Kegugupan mulai terasa menghinggap lagi. Mumu melirik Hanan dengan waspada.

"Tekan aja bel nya. Aku yakin Keysa ada di dalam." ujar Hanan tanpa curiga.

Mumu mengulum bibirnya melirik Airin dan memainkan matanya memberi kode. Hanan mengangkat alis heran dengan kelakuan dua gadis itu.

"Ada apa?" tanya Hanan.

"Nggak. Nggak ada apa-apa kok." sambar Mumu cepat.

"Oh iya? Yaudah coba tekan belnya." uji Hanan.

"Aku?" ulang Mumu sambil mengarahkan telunjuk ke wajahnya.

"Iya."

"Kenapa nggak kamu aja?" Mumu menujuk Hanan.

Keysen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang