68. The best ending!

2.1K 91 3
                                    

"Hari ini Nasya boleh nggak manggil Bu Keysa Mama?"

"Tentu, Nasya. Izinkan Bu Keysa hari ini menjadi Mama kamu ya."

"Iya. Nasya seneng banget, Mama."

Keysa tak tahu harus bereaksi seperti apa. Satu yang paling ketara di detik itu adalah rasa bahagia yang bergelimang di dadanya. Ia memilih memeluk Nasya seraya menyembunyikan matanya yang mulai memerah.

****

Keysa bahkan tak pernah menyangka ada kursi khusus yang di sediakan untuknya. Tepat di sebelah Nelsen. Ia tidak tahu kapan itu direncanakan. Keysa merasa kupu-kupu berterbangan di perutnya. Tak henti-hentinya ia menahan senyum yang hendak mengembang.

Ia bahkan tidak pernah membayangkan akan duduk di kursi itu. Disamping seorang pria yang berhasil mengenalkan padanya apa itu kebahagian. Sekarang, saat ini, hari ini, Keysa duduk disana sebagai salah satu wali murid. Rasa bahagianya tak bisa di utarakan dengan kata-kata. Hari ini ia menjadi seorang Ibu kan?

"Gimana tadi reaksi Nasya?" tanya Nelsen.

"Dia seneng banget. Aku sampai ikut terharu jadinya. Dan..."

"Hmm?"

Keysa menggantung ucapannya dan langsung mendapat tatapan heran dari Nelsen. Soal Nasya ingin memanggilnya 'Mama' sebaiknya dirahasiakan dulu. Itu pasti akan menjadi kabar bahagia juga bagi Nelsen.

"Oh acaranya udah dimulai." Keysa mengalihkan nya buru-buru.

Rangkaian acara satu persatu tersaji di atas panggung. Sesekali candaan MC terdengar mengudara menciptakan suara tawa yang menggema di aula. Keysa mencuri pandang ke arah Nelsen yang samar-samar tertawa. Pemandangan yang sangat indah sekali. Keysa bahkan tak ingin memindahkan pandangannya dari sosok itu.

Keysa tidak bisa mengidahkan lagi, Nelsen benar-benar tampan. Lekukan wajahnya begitu sempurna tergambar, rahang tegasnya penyempurna penampilannya. Keysa tersentak dan reflek menyentuh kedua pipinya. Apa ia barusan terkesima?

"Kamu kenapa?" tanya Nelsen melihat Keysa kelimpungan.

"Oh nggak. Nggak kenapa-napa." cengir Keysa malu.

Ia merasa panas menyengat di kedua belah pipinya. Pasti pipinya kini tengah merah merona bak kepiting rebus.

Yang di tunggu-tunggu akhirnya muncul. Penampilan paduan suara Nasya dan teman-temannya. Satu persatu murid berjalan keluar dari balik tirai panggung. Saling berpegangan tangan begitu gemasnya membentuk barisan rapi di tengah panggung. Seketika suara sorakan orang tua sahut menyahut meramaikan suasana.

Masing-masing orang tua memberikan sorakan semangat ke anak mereka. Wajah mereka memang tidak bisa dibohongi. Terlihat anak-anak itu sangat kebingungan karena keramaian menyambut mereka meriah.

"Itu Nasya!" teriak Keysa heboh sambil menepuk-nepuk paha Nelsen.

"Yang mana?" Nelsen menyipitkan matanya.

"Itu yang di tengah. Keliatan?"

"Oh iya! Nasya. Kamu cantik banget, Sayang." gumam Nelsen yang ikut terharu.

"Cantik banget sih kamu, Nak." sahut Keysa masih terpesona melihat kepolosan Nasya.

Gadis kecil itu tampak berusaha mencari keberadaan Nelsen dan Keysa. Karena terlalu ramai ia belum bisa menemukan mereka. Sampai akhirnya, Nelsen dan Keysa kompak mengangkat tangan mereka lalu terkekeh bersama menyadari kekompakan manis itu.

Detik itulah Nasya mengenali sosok mereka. Senyum Nasya mengembang lebar seketika. Dengan polosnya, Nasya melepas tangan temannya dan sibuk membalas ke Nelsen dan Keysa. Raut wajah Nasya menampilkan harapannya yang akhirnya terwujud. Kedatangan Nelsen dan Keysa langsung mengisi penuh energi beraninya.

Keysen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang