36. Berbelanja

1.3K 64 0
                                    

Suara wara wiri keramaian supermarket terbesar di kota itu memang tidak perlu diragukan lagi. Lengkap barang yang dijualnya dan banyak pula pelanggan setianya. Nelsen dan Keysa contohnya. Dari banyaknya super market yang ada mereka lebih memilih super market yang jauh ketimbang yang dekat tempat tinggal Keysa.

Nelsen berjalan beriringan dengan Keysa sambil mendorong troly belanjaan. Sedangkan Keysa disebalahnya hanya meneliti barang-barang disana tanpa punya niatan membeli. Sempat terjadi perlawanan memperebutkan kereta sorong itu tapi akhirnya Nelsen yang menang.

"Coba kita lihat apa yang kamu butuhkan dirumah." ujar Nelsen mencari-cari barang keperluan untuk kekasihnya.

"Aku butuh mie instan." ucap Keysa mengecap-ngecap seolah ingin sekali memakannya.

"Eit!" desis Nelsen yang berhenti tiba-tiba berhasil membuat Keysa mengurung niatnya.

Gadis itu berhenti sejenak membiarkan Nelsen terus melangkah tanpanya. Dari tempatnya Keysa terdiam memandangi punggung Nelsen yang belum menyadari. Keysa menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan.

Tangannya mengerat ke tali tas samping yang dibawanya. Entah apa yang terjadi pada perasaanta tapi Keysa mulai merasa tak nyaman. Seperti ada yang menaruh beban batin di hatinya. Dalam hati Keysa berusaha menyemangati dirinya sendiri meyakinkan bahwa dirinya tidak salah memiliki Nelsen.

Nelsen tersadar gadis itu sudah tidak ada di sampingnya. Ia pun lantas berhenti dan perlahan menoleh ke belakang.

"Keysa?"

Benar. Keysa masih berdiri tidak terlalu jauh di belakangnya. Gadis itu hanya diam dan menatapnya lekat seraya menyunggingkan senyuman untuknya.

"Sedang apa?" tanya Nelsen yang mendekati Keysa meninggalkan troly-nya.

Gadis itu menggeleng dan segera melangkah menghampiri Nelsen.

"Nggak. Ayo." Keysa merangkul pinggang Nelsen dan menarik pria itu agar cepat melangkah.

"Apa-apaan ini? Kirain kamu ketemu barang yang mau dibeli." lirik Nelsen heran.

"Kamu janji kan mau ganti semua mie instan aku. Janji adalah hutang dan hutang harus di bayar. Dua kali lipat!" tekan Keysa di ujung kalimat.

"Wah~ apa aku baru aja di peras?"

"Hmm! Aku bakal benar-benar minta ganti rugi sama Direktur Nelsen. Ayo!"

Nelsen hanya tertawa puas merasa baru pertama kalinya ia merasa senang ada yang ingin memeras isi dompetnya hingga surut. Tak masalah. Ia menyukainya.

Sekarang Nelsen malah asik sendiri memilih bahan makanan tanpa meminta pendapat Keysa seolah dirinya tidak diharapkan ikut. Keysa sedari tadi mengikuti langkah Nelsen tanpa bersuara. Didalam hati ia sudah bersumpah serapah mengakui Nelsen memang aneh.

"Mendingan nggak usah ikut. Toh, dia bisa belanja sendiri." batin Keysa kesal.

Tangannya tak pindah terlipat di depan dada dengan wajah ekstra kusut terus membuntuti Nelsen kemana pun pria itu pergi.

Dari mulai mengambil daging pun Nelsen bahkan tidak menanyakan apakah Keysa suka bagian daging yang itu. Uh menyebalkan sekali. Tapi sejenak langkah Keysa terhenti di belakang Nelsen yang sedang berhenti memilih sayuran.

Disamping Nelsen seorang wanita yang juga sedang memilah sayur tak disadari ternyata ia fokus memperhatikan gerak-gerik Nelsen. Matanya menyorot halus otot-otot yang menonjol di lengan Nelsen yang membuatnya nampak seksi. Keysa mengangkat ujung bibirnya dan lantas terkekeh pelan. Dasar!

Tatapan Keysa berpindah dari Nelsen dan wanita itu bergantian. Nelsen tidak tahu dirinya menjadi objek penelitian wanita di sampingnya. Terlihat betapa populernya Nelsen.

Keysen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang