32.Menyetir

1.5K 91 1
                                    

Ny. Emma mengambil duduk di sofa utama ruang tamu nya sambil berbincang ria dengan lawan bicara nya di telfon. Sepertinya obrolan mereka sangat asik sekali sampai tak hentinya Ny. Emma tertawa girang.

"Tapi kamu masih ingat alamat rumah Mami kan, Elena? Atau kalau nggak nanti Mami suruh Nelsen jemput kamu ya."

[...]

"Kejutan? Kamu mau kasih kejutan kedatangan kamu. Oh iya-iya Mami janji deh nggak akan bilang ke Nelsen. Jadi sekarang kamu dimana? Keliling? Yasudah nanti kalau udah capek kelilingnya kamu langsung pulang kesini ya, Sayang. Hati-hati ya."

[...]

Panggilan berakhir. Ny. Emma menjauhkan layar ponselnya seraya tersenyum puas. Diletakannya benda persegi panjang itu ke atas meja lalu ia melanjutkan kembali kegiatan bersantai nya.

*****

Karena mengurus Hanan yang mabuk berat tadi malam. Mumu terpaksa bermalam di apartemen Hanan karena tidak ada lagi angkutan umum yang beroperasi tengah malam. Sebenarnya ada, tapi ia juga tidak berani pulang sendirian.

Mumu tidak mau mengungkit saat Hanan meminta nya untuk tetap tinggal. Bagi Mumu alasan utama ia bermalam adalah tidak ada angkutan untuknya pulang kerumah.

"Wah~ ini sih terlalu luas untuk ditempati satu orang." ujar Mumu sambil melempar pandangannya ke penjuru interior apartemen Hanan yang nampak elit.

"Pasti biaya sewa nya mahal banget. Gila sih ini." puji Mumu yang terus berdecak kagum.

Mumu mengambil sebuah foto di antara jejeran banyak foto di atas meja panjang ruang utama. Foto seorang anak laki-laki yang masih kecil sedang di rangkul oleh seorang pria sambil melebarkan senyum. Keduanya nampak sangat dekat.

"Ini pasti Papanya Hanan."

"Btw, Hanan kecil kok beda ya sama yang sekarang. Disini dia keliatan anak yang ceria. Tapi sekarang dingin dan kelam." Mumu kembali menaruh bingkai foto itu ke tempatnya, meringis heran.

"Lo masih disini." tiba-tiba suara tak asing itu terdengar mengudara.

"Oh aku terkejut!"

Mumu terpelonjak kaget dan cepat-cepat menoleh ke asal suara. Ia memegangi dadanya berharap jantungnya tidak mencelos keluar. Di tatap nya sinis sosok pemuda yang kini bersandar di depan pintu kamarnya sambil melipat tangan di depan dada.

"Kirain lo udah pulang." celetuk Hanan enteng.

"Oh jadi lo ngusir gue?" sindir Mumu dengan nada tak suka.

"Gue nggak bilang gitu." sahut Hanan datar.

"Sama aja."

Hanan berjalan ke dapur mencari segelas air. Tangannya menarik gagang kulkas dan mengambil sebotol air mineral dan langsung meneguknya sampai habis.

"Itu gue udah buatin bubur pereda pengar. Dimakan!" suruh Mumu sama sekali tidak ada ramahnya.

Hanan melempar botol yang sudah kosong itu ke tempat sampah sekalian jalan ke meja makan. Ia membuka penutup makanan itu dan melihat makanan yang sudah di siapkan Mumu disana. Sepertinya enak. Aroma jahe nya yang khas terasa sudah menghangatkan. Nafsu makannya langsung melonjak naik.

"Ini apa?" tanya Hanan heran.

"Bubur jahe. Buruan dimakan mumpung masih hangat. Ntar nggak enak kalo dingin."

"Bisa dimakan?"

"Bisa lah!"

"Perasaan gue nggak pernah beli jahe." ucap Hanan pelan sambil menarik kursi dan mendaratkan bokongnya disana.

Keysen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang