63. Hari terburuk

889 68 3
                                    

"Gue nunggu di ruangan ya. Selesai ketemu Nelsen langsung ke ruangan gue, oke? Tahu kan ruangan gue dimana." pesan Mumu.

"Tau dong. Oke ntar gue ke ruangan lo. Bye. Hanan, makasih tumpangannya." Keysa turun lebih dulu dari mobil Hanan.

"No problem." sahut Hanan.

Mumu masih menatap Keysa yang berjalan menuju lift basment sampai sosok gadis itu menghilang. Mumu menghela nafas berat yang langsung mendapat elusan hangat di puncak kepalanya. Ia melihat juga tangannya di genggam Hanan seraya pemuda itu mengangguk.

"Semua akan baik-baik aja." ujar Hanan dengan tatapan tenangnya.

"Aku harap begitu." jawab Mumu.

****

Keysa hampir berpapasan dengan Audrey yang baru saja keluar melewati lobi lift. Untungnya Airin saat itu memanggil Keysa dari ujung lorong yang langsung mengalihkan perhatian Keysa. Pemilihan waktu yang tepat sekali.

Audrey berjalan cepat ke arah ruangan Nelsen lalu masuk tanpa mengetuk.Terlihat wanita itu memang sedang tergesa-gesa hingga setiap langkahnya hampir seperti berlari.

"Tumben lo pagi-pagi kesini, Key?" tanya Airin yang langsung menyelipkan tangannya di lengan Keysa.

"Hmm. Gue ada urusan sedikit." jawabnya mengangguk pelan.

"Mau ketemu Nelsen kan? Iya kan? Ehmm, makanya kesini pagi-pagi. Pasti tadi malam Nelsen sibuk ya sampai nggak ngabarin." goda Airin sambil memainkan lengan Keysa.

"Bukan gitu kok."

"Hmm. Eh tapi Nelsen kayaknya belum datang deh." Airin melihat arloji nya sebelum melanjutkan. "Dia katanya hari ini datang jam 9. Berarti 30 menit lagi dia disini." jelas Airin.

"Oh iya? Gue kecepatan dong berarti." Keysa memajukan bibirnya.

Mereka sampai di depan ruangan fotokopi yang merangkap sebagai tempat bersantai dan juga pantry. Airin menarik gagang pintu mengajak Keysa masuk. Dan meminta Keysa duduk.

"Kecepatan? Emang lo nggak bilang mau kesini?" tanya Airin heran.

"Hmm. Gue..." Keysa meremas tangannya di pangkuan.

"Mau kopi?" tawar Airin yang menjeda obrolan mereka.

"Boleh deh."

Airin melipat tangan di depan dada sambil berdiri bersandar di mini bar.

"Key, gue mau nanya sama lo."

"Hmm? Tanya apa, Ai?"

Airin mengulum bibirnya sambil membenarkan posisi berdirinya.

"Ini mungkin cuma perasaan gue aja ya, Key. Bentar-bentar gue harus atur kata-katanya dulu. Begini, ehmm." Airin berpikir keras memacu otaknya mencari kalimat yang tepat.

"Kenapa mantan tunangan Nelsen sering datang kesini? Kenapa mereka sering ketemu belakangan ini? Lo mau nanya itu kan?" tebak Keysa.

Airin membelalak kaget dan seketika tersedak liurnya sendiri. Matanya berulang kali mengerjap-ngerjap tak percaya. Apa wajahnya memampangkan pertanyaan yang mau ia tanyakan? Ah yang benar saja.

"I-iya. Lo udah tau? Atau pura-pura nggak tahu nih?" kaget Airin masih setengah syok.

"Gue tau. Makanya gue datang kesini." jawab Keysa mantap.

Mulut Airin mendadak membentuk huruf o.

"Seriusan?"

"Hmm." Keysa memberikan seulas senyum.

Keysen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang