9. Malam hujan

2.9K 196 2
                                    

"Partner?!" teriak Mumu heboh. Suaranya menggema ke seluruh ruangan rumah Keysa yang tak terlalu besar itu.

Keysa mengangguk lemas. Ia menumpukkan dagunya di atas meja bulat di ruang tv nya bak orang hidup tanpa semangat hidup.

"Mendingan gue nggak usah pergi ajakan, Mu? Toh, gue nggak punya partner." ujar Keysa pasrah.

"No! Justru itu lo harus datang, Key. Lo buktikan ke mereka kalo lo udah nggak jomblo lagi." dukung Mumu pada sahabat nya yang sudah terlanjur nyerah.

Keysa mengangkat kepala melirik sinis Mumu yang seenaknya bicara.

"Terus gue datang sendiri gitu? Apa kata mereka nanti!" Keysa merengek seperti anak kecil merutuki kesialan dirinya.

"Nah lo ntar datang sama siapa?" tanya Kesya balik menyadari kalau Mumu juga tidak punya pacar.

"Gue? Ada deh. Nanti juga lo tau."

"Bayar siapa lo? Atau jangan-jangan lo mau ngajak si Vian sepupu lo yang dokter hewan itu kan?" tebak Keysa.

Senyuman bangga Mumu yang kokoh barusan seketika roboh. Matanya memicing tajam ke arah Keysa. Ada pancaran kilat-kilat berapi keluar dari biji matanya.

"Biarin! Nggak ada yang tau juga." ia memainkan rambutnya yang hanya di ikat biasa.

"Kerja sama yang baik antar sepupu ya." puji Keysa seraya menggeleng.

"Elo juga kenapa nggak nyari pacar? Anak-anak mulu yang di urus. Kali-kali nyari bapaknya dulu kek." ledek Mumu geram.

"Nyari bapak-bapak hari gini dima..." tiba-tiba Kesya menggebrak meja sekuat mungkin hingga menumpahkan segelas minuman di depannya.

Mumu pun sampai terlonjak kaget sambil memegangi dadanya. Ia mengerutkan alisnya tak habis pikir melihat apa yang merasuki Keysa sampai mendadak semangat juangnya bangkit.

"Kenapa?" tanya Mumu yang masih di posisi memegangi dadanya.

Jari telunjuk Keysa mengacung tinggi ke langit. "Gue tau siapa orangnya."

"Siapa?"

Keysa menunjukkan senyum misterius pada sahabatnya yang hampir kena serangan jantung untuk kedua kalinya.

******

Nelsen menaruh sebuah miniatur mobilan di dalam lemari kaca yang di buat khusus untuk tempat penyimpanan koleksi nya. Ya, pria itu termasuk seorang kolektor miniatur mobil-mobilan. Segala macam tipe dan bentuk dia punya tapi dalam ukuran yang sama.

"Kayaknya udah cukup. Ini koleksi terakhir ku." ujar Nelsen menepukkan kedua telapak tangannya tanda misinya selesai.

"Permisi, Tuan. Ada tamu di bawah. Katanya guru les Nasya." kata bik Nur. Asisten rumah tangga Nelsen.

"Oh iya, bik."

Pria itu menutup lemari kaca itu sebelum akhirnya ia berlari keluar kamarnya menjumpai Keysa yang sudah menunggu di bawah.

Sekilas Nelsen melihat ke ruang tamu yang tampak dari pinggir pagar lantai dua. Gadis itu sedang duduk tenang di kursi tamu tunggal berbahan jati sambil memainkan ponselnya. Sudut bibir Nelsen terangkat membentuk lekukan sempurna di wajahnya begitu melihat gadis itu ada dirumahnya. Ini untuk pertama kalinya dia menginjakkan kaki dirumah Nelsen. Ia mengira Keysa akan kesulitan menemukan alamat rumahnya. Ternyata tidak.

Nelsen menuruni tangga menyusul Keysa di ruang tamu. Langkahnya berhenti di ujung meja. Keysa masih fokus pada ponselnya.

"Selamat datang, bu Keysa." sapa Nelsen membuyarkan fokus Kesya.

Keysen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang