Nelsen membuka pintu ruangan kerja dirumahnya. Sebentar ia berhenti sebelum menutup pintunya kembali.
Tak lama kemudian, Nelsen merasakan jari jemarinya di genggam tangan kecil dari samping. Ia menoleh ke Nasya yang sudah berdiri di sampingnya.
"Nasya?" katanya.
Nasya tersenyum merekah sembari menyodorkan satu kue cokelat pada Nelsen.
"Papa mau kue cokelat buatan Oma?" tanya Nasya.
Nelsen mengangkat satu alis menahan senyumnya di bibir yang akan selalu tergambar untuk putri tercinta.
"Mau dong." jawabnya lalu berjongkok di depan Nasya membiarkan gadis kecil itu menyuapkan satu kue ke mulutnya.
"Enak kan?"
"Enak ya."
"Oma gitu loh!" Nasya tersenyum lebar menampakkan semua deretan giginya yang putih bersih.
Nelsen pun mengusap puncak kepala Nasya dengan lembut. Ia memandang Nasya yang berlari keluar dari ruangan kerja Nelsen. Teringat dengan pertanyaan Ny. Emma beberapa menit setelah ia sampai dirumah tadi membuatnya sedikit gelimpangan. Perihal pertanyaan Nasya yang ingin tahu apa itu mama tiri. Entah bagaimana Nasya bisa tau istilah itu.
"Nelsen?" panggil Ny. Emma dari ambang pintu.
"Iya, Ma?"
"Mama mau ngomong bentar bisa?"
Nelsen melepaskan kacamata nya lalu menopangkan dagu di atas punggung tangannya. Ia duduk di meja kerjanya seraya memperhatikan ibunya yang menunggu jawaban dari nya di ambang pintu.
"Silahkan masuk Ny. Emma." goda Nelsen pada ibunya.
Seketika senyum Ny. Emma mengembang di wajah yang sudah mulai nampak kerutan tipis di sekitaran kelopak matanya.
"Kamu itu ya mirip banget sama Papa kamu." ujar Ny. Emma pada Nelsen yang berjalan dan mengambil duduk di sofa di samping nya.
Nelsen hanya mengangkat sudut bibirnya menanggapi guyonan Ny. Emma barusan.
"Kenapa, Ma?" tanya Nelsen.
"Mama mau ngomong serius sama kamu."
Nelsen menatap Ny. Emma dari ekor matanya dengan satu alis yang terangkat. Pria satu ini memang suka sekali menjahili sang Mama.
"Bicara, Ma." suruh nya lagi.
"Mama ngerasa Nasya itu butuh seorang ibu, Nak. Pertanyaan dia tadi bikin jantung Mama tuh hampir copot tau. Ya ampun. Dia tau kata-kata itu dari mana coba?" Ny. Emma mengusap keningnyabyang terasa berat sekarang.
Nelsen memainkan sandal di kaki jenjangnya yang disilangkan seraya berpikir apa yang harus ia jawab sekarang.
Ny. Emma memukul pelan paha Nelsen seraya menatap manik mata Nelsen yang juga nampak bingung harus berbuat apa untuk Nasya.
"Mama pengen dong ketemu sama guru Nasya yang namanya Keysa itu. Nasya sering banget cerita tentang gurunya. Dia bilang..." omongan Ny. Emma terhenti saat bibirnya tak mampu mengatakan kata-kata kelu itu.
"Bilang apa, Ma?"
"Gurunya itu mirip banget sama Adel, Nelsen." lanjut Ny. Emma lagi.
"Iya, Ma. Nasya itu memang dekat banget sama bu Keysa. Nasya juga nggak mau les lagi kalau bukan bu Keysa yang ngajar. Aku juga bingung kalau Nasya sampai sering menanyakan hal-hal itu." jelas Nelsen.
"Dari cerita Nasya sepertinya dia gadis yang baik kan? Kalau nggak, mana mungkin Nasya bisa suka sekali kan sama dia. Sesekali ajak dia kerumah ya?" pinta Ny. Emma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keysen
RomanceHanya cerita klasik tentang kisah cinta seorang pria (duda) bertemu dengan seorang gadis. Don't forget to follow my wattpad first 👆👆 XD Story by: fannyvinia ©Februari 2020