3. Permintaan

4.5K 248 4
                                    

Keysa berhenti di depan rumahnya yang tidak berpagar. Mendadak ia tertawa sumbang mengingat lagi apa salah nya hingga orang tua murid sampai mau bertemu dengannya.

"Mungkin mau konsultasi kali ya." ucap Keysa berpikir positif.

Ia masuk dan mengganti sepatu pantofelnya dengan sandal rumah berwarna pink muda lalu menghidupkan lampu. Dan seketika itu pula teriakkan nya pecah bak memecahkan gendang telinga. Keysa terdiam dengan mata yang membelalak sempurna ke arah meja kerjanya.

Seorang gadis tengah duduk sambil melipat tangan di depan dada menatap sadis ke arahnya. Zalza.

"Sialann!!!" pekik Keysa emosi.

Zalza menaikkan sudut bibirnya menerima cibiran santai itu dengan santai. Kedatangannya secara misterius sukses membuat jantung kakaknya hampir mencelos keluar.

"Datang tuh bilang dulu kek! Kayak hantu aja sih! Ngapain lagi duduk gelap-gelap? Bikin kaget tau nggak!!" omel Keysa tanpa jeda.

"Lama banget kakak pulang? Keburu laper kami nungguin dari tadi."

Keysa melempar tasnya ke atas sofa berjalan mendekati Zalza yang masih duduk. Ia mengangkat sebelah tangannya dan memukul pelan lengan Zalza karena geram.

"Sakit tau!" rengek Zalza.

"Biar tau rasa!"

Zalza hanya meringis kesakitan sembari mengusap-usap lengannya yang terasa pedas.

"Tunggu. Kamu tadi bilang apa? Kami? Kamu nggak sendirian dari tadi, Zalza?"

Zalza mengangkat kedua bahunya seraya menggeleng polos.

"Kamu sama siapa?"

Pintu kamar mandi terbuka. Keluar seorang gadis lainnya memakai seragam rapi ala orang kantoran, rok sepan di atas lutut dan berambut hitam panjang bergelombang.

"Mumu?" sebut Keysa terkejut.

"Apaan sih, Kekey? Biasa aja kali kaget nya."

Pandangan mata Keysa mengikuti dua manusia yang kini sudah duduk di karpet sambil menghidangkan makanan yang sudah mereka beli.

"Wah~ kalian ini ya." Keysa berkacak pinggang menyadari dirinya kini di acuhkan oleh adik dan sahabatnya.

"Udah ayo makan. Nanti ayamnya keburu dingin jadi lembek loh, Key." ajak Mumu yang sibuk menuangkan soda ke masing-masing gelas.

"Kak? Nggak mau makan ni?"

"Iya ganti baju dulu."

"Oh yaudah aku deluan deh. Laper banget." sahut Zalza tanpa beban kemudian mengigit bagian paha ayam miliknya.

Mumu menggeleng pasrah melihat ocehan adik kakak di hadapannya ini. Tak pernah akur tapi tidak juga bertengkar hebat.

Zalza membantu Mumu mengangkat piring dan gelas kotor ke wastafel untuk dicuci Keysa.

"Kata Bunda kakak kapan tidur di rumah?" tanya Zalza di sela-sela kerjanya.

Keysa berpikir sejenak.

"Minggu depan, deh. Eh bunda aja deh yang nginap disini."

"Mana bisa. Kedai kan nggak mungkin tutup gara-gara bunda cuman mau nginap dirumah Kakak." celetuk Zalza.

Keysa mematikan keran air sejenak.

"Kenapa nggak? Kan nggak setiap hari orang makan ayam." balas Keysa tak mau kalah.

"Jadi anak durhaka entar, nggak mau silaturahmi kerumah orang tua."

"Iya-iya lusa kakak pulang. Bawel amat! Heran gue."

Keysen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang