Audrey dan Keysa sudah duduk berhadapan di sofa. Keysa agak penasaran bagaimana Audrey bisa mengetahui Keysa dirawat di rumah sakit mana dan juga ketepatan kamar rawatnya. Entahlah, bukan Audrey namanya jika tidak mendapatkan informasi apapun yang ia mau. Keysa baru menyadari itu.
Mereka saling bertatapan untuk beberapa waktu. Audrey memandangi penampilan Keysa sejenak sebelum ia membuka suara. Bagi Audrey Keysa masih tampak menawan walau mengenakan pakaian rumah sakit.
"Kamar nya bagus banget ya, Keysa."
"Ada apa Anda datang kesini?" tanya Keysa tak mau mendengar basa basi Audrey lagi.
Audrey tertawa sumbang sambil mendecak kan lidah beberapa kali.
"Ups! Rupanya aku lupa bawa buah tangan. Gimana dong? Kamu nggak marah kan? Ah, karena aku terlalu khawatir sama keadaan kamu nih, jadinya lupa."
Keysa hanya berdeham mengiyakan. Toh ia pun tak pernah mengharapkan wanita itu membawakannya buah tangan. Kedatangannya yang bak jelangkung saja membuat Keysa seakan tertimpa kesialan.
"Untuk pasien yang habis operasi usus buntu kayaknya tidur di kamar ini terlalu mewah. Kamu nggak ngerasa gitu, Keysa?" tanya Audrey masih mengamati sudut-sudut ruangan.
"Iya saya rasa pun begitu." jawab Keysa seadanya.
"Pasti mahal banget deh biaya menginap satu malam disini?Oh iya, setahuku semua kamar inap yang ada di lantai ini hanya bisa ditempati oleh orang-orang tertentu. Benar kan?"
"Ah iya aku lupa. Pasti kamu bisa nginap disini atas nama Nelsen kan? Kalau nggak mana mungkin bisa semudah itu." celetuk Audrey sembari membenarkan tatanan rambutnya.
Keysa meliriknya tipis dan membuang nafas berulang kali. Keysa sedang menyakinkan dirinya kalau yang ada di depannya ini hanyalah dinding yang berbicara. Tak perlu mendengarkan omong kosongnya. Biarkan dia meluapkan emosi nya sebentar. Keysa akan menunggu.
"Tapi apa masalahnya juga toh Nelsen yang tanggung semuanya." tawa sinis Audrey terdengar membahana.
"Iya Anda benar. Pak Nelsen yang membiayai semuanya." Keysa menaikkan bahunya seolah pasrah.
Celotehan santai Keysa berhasil membuat Audrey naik darah hingga menatapnya tajam. Keysa tersenyum lebar.
"Oh jadi kamu senang? Senang-senang ya bisa menikmati uang dan koneksi Nelsen semudah itu. Bukankah kamu terkesan nggak tahu malu?"
"Ya? Nggak tahu malu? Kayaknya bicara Anda sudah keterlaluan."
"Keterlaluan kamu bilang? Hei, dengar ya. Kamu itu harusnya sadar diri. Seberapa pantas kamu memiliki hubungan itu. Kenapa ya orang-orang seperti kalian ini selalu datang menganggu!" tekan Audrey.
Keysa merasa ucapan Audrey sudah sangat kelewatan kali ini. Tapi untuk apa ia melawani ocehan bernaluri menjatuhkan Audrey.
"Saya minta maaf kalau memang keberadaan saya membuat Anda resah. Tapi yang harus Anda ketahui lagi, saya tidak pernah memikirkan apapun selama saya berada di sekitar pak Nelsen selain saya hanya sebagai pengajar putrinya. Saya memang sangat dekat dengan putri pak Nelsen, tapi bukan berarti niat saya kotor ingin mencampuri urusan pribadi nya yang lain." bela Keysa.
"Apa? Pandai sekali kamu bicara. Memangnya hubungan apa yang sedang kalian jalin?"
"Entahlah. Saya sedang memikirikan hubungan kami." Keysa berpura-pura berpikir.
"Lalu, apa jawabannya?" Audrey tak sabar.
"Hmm. Saya butuh waktu untuk memikirkannya." jawab Keysa enteng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keysen
RomanceHanya cerita klasik tentang kisah cinta seorang pria (duda) bertemu dengan seorang gadis. Don't forget to follow my wattpad first 👆👆 XD Story by: fannyvinia ©Februari 2020