Aku turun dari mobil Nelsen seraya membantu Nasya pindah duduk ke depan.
"Makasih banyak ya, pak." kataku sembari menutup pintu mobilnya dan mundur selangkah.
Pria itu menghidupkan lampu didalam mobil. Kini aku bisa melihat wajahnya yang kini sedang tersenyum tenang ke arahku. Ia mengangguk santai.
"Sama-sama bu, Keysa. Terima kasih juga ya sudah repot jagain Nasya hari ini. Lain kali saya usahakan tepat waktu menjemput Nasya." jelasnya merasa bersalah.
"Iya, pak. Nggak apa-apa. Saya justru senang bersama Nasya." jawabku jujur.
"Bu Keysa makasih ya udah bawa Nasya jalan-jalan kerumah nenek sama kakek. Nasya seneng banget. Pengen kesana lagi deh nanti." ucap Nasya yang nampak membayangkan kesenangan yang ia dapat beberapa jam lalu.
"Boleh kok. Nanti kita main-main kesana lagi ya." aku melambaikan tangan seraya ikut tertawa bersamanya.
*****
Lobi perusahaan Won and Food yang dipimpin oleh Wonelsen Jeremias sejak tahun 2010 yang bergerak di bidang industri makanan kini diramaikan para staff dan karyawan lainnya karena sudah memasuki jam makan siang.
Terutama kantin kantor yang selalu jadi pusat keramaian di gedung kantor itu. Bertempat di lantai tiga dan merupakan kantin utama yang ada disana.
Mumu dan rekan kerjanya sengaja makan siang di kantor karena mereka tak menemukan menu baru yang ingin mereka coba. Mendadak saja mereka rindu dengan rasa masakan koki profesional di kantor.
Mumu mendaratkan bokongnya di bangku kosong di samping Airin. Ia menaruh nampan berisi nasi dan lauk pauk di atas meja.
"Kamu diet lagi?" tanya Airin pada Mumu.
Mumu melihat nasinya yang lebih sedikit dari takaran sebenarnya. Lalu terkekeh hambar.
"Sedikit." katanya sambil mengapit jari telunjuk dan jempolnya.
"Mumu. Kamu kan udah kurus. Bagian mana lagi yang mau di kurusin?" tanya Delia tak habis pikir.
Mumu menaikkan lengannya ke atas meja memperlihatkan pada tiga temannya lemak yang tak terlihat itu di lengan kurusnya.
"Nampak nggak? Banyak lemaknya kan?" ujarnya memelas.
"Ya tuhan, Mumu. Kamu mau mirip sama orang-orangan sawah? Orang-orangan sawah aja kepengen punya daging. Nah kamu?" ledek Eli gadis berambut coklat bergelombang.
Airin mendesah kasar seraya menggeleng.
"Lalu ini apa-apaan? Kamu mau gemuk?" tanya Mumu balik melihat tumpukan nasi di piring Airin yang hampir menyerupai gunung.
"Ini untuk perbaikan gizi! Bisa-bisa aku kena gizi buruk ni kalau lama-lama ngadepin bos super arogan itu." Kedua tangan Airin mengepal sekuat tenaga.
Mumu mengerutkan alisnya merasa heran. Setahu dirinya pekerjaan Airin sebagai sekretaris direktur utama mereka adalah tempat yang paling diinginkan semua karyawan wanita disini. Termasuk dirinya.
Siapa yang tidak mau? Bisa bertatap muka langsung dengan pria sempurna sepertinya bukan kesempatan yang bisa di dapatkan semua karyawannya. Apalagi Airin selalu ada di sisinya kemana pun dia pergi. Sekalipun pergi bisnis ke luar negeri. Kenikmatan luar biasa bukan. Wajah tampan dan kesuksesan yang dia punya seketika menggeser semua sifat negatif nya.
"Seberat itukah?" tanya Mumu merendahkan suaranya.
"Apa dia pernah nyiksa kamu, Rin?"
"Kalo aku sih rela satu harian nggak pulang asalkan selalu di samping pak Nelsen." Eli membayangkan hal romantis terjadi padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keysen
RomanceHanya cerita klasik tentang kisah cinta seorang pria (duda) bertemu dengan seorang gadis. Don't forget to follow my wattpad first 👆👆 XD Story by: fannyvinia ©Februari 2020