55. Tak disangka 2

799 64 11
                                    

Masih di restoran yang sama. Hanan memainkan ponselnya sembari menunggu Mumu selesai ke toilet. Seperti sikap Hanan biasanya ia tidak memperdulikan keadaan sekitarnya dan hanya fokus pada benda di tangannya. Sampai akhirnya...

Audrey tidak sengaja menjatuhkan sendok dari meja makan nya yang ada di belakang Hanan. Suara dentingan nya mengejutkan hingga Hanan di buat tersentak dan menoleh sedikit.

Hanan langsung tergerak melihat Audrey kesulitan mencari sendok nya yang ternyata ada di bawah kursi Hanan. Hanan maupun Audrey tidak menyadari keberadaan satu sama lain. Termasuk Nelsen. Hanan menaruh ponselnya lalu membungkuk menjangkau sendok di bawah bangkunya.

"Ini sendok nya." ujar Hanan seraya memberikan sendok itu tanpa melihat orangnya.

"Oh iya terima kasih." jawab Audrey.

Hanan hanya mengangguki. Sesaat sebelum ia kembali ke posisi awalnya Hanan terkejut melihat siapa yang duduk di depan Audrey. Seorang yang begitu familiar. Nelsen.

"Pak Nelsen?"

Nelsen meletakkan ponselnya lalu beralih pada Hanan yang keheranan melihat nya. Tak ubahnya Nelsen pun demikian terkejutnya.

"Hanan?"

Hanan bangkit dan menunduk sopan. Nelsen membalasnya dengan anggukan singkat. Begitupun raut wajah Nelsen tetap terlintas kepanikan. Hanan mulai bingung dengan apa yang ia lihat sekarang. Apakah ini hanya kebetulan? Atau..

Sebisa mungkin Hanan bersikap biasa saja untuk menghindari masalah diluar akal sehat.

"Kamu kenal?" tanya Audrey santai.

"Iya. Dia karyawan kantor." jawab Nelsen.

"Kamu makan dengan siapa?" tanya Nelsen yang diketahui Hanan merupakan basa basi belaka.

"Rekan saya, Pak."

"Oh begitu. Yasudah silahkan dilanjutkan." pinta Nelsen.

Hanan mengangguk lalu kembali duduk. Sekali lagi ia menoleh sebelum membelakangi mereka. Tapi sungguh ia tidak bisa berpura-pura seakan tidak terjadi apa-apa sedangkan mata kepalanya sendiri sudah jelas mendapati hal tak masuk akal itu. Hanan berdiri dan berjalan ke sisi Nelsen.

"Permisi, Pak. Maaf saya mengganggu sebentar." ujar Hanan tanpa menoleh pada Audrey.

Nelsen meletakkan alat makannya lalu melihat ke Hanan. Nelsen pun demikian nampak tidak tenang dan lumayan cemas.

"Silahkan."

"Maaf kalau saya terkesan ikut campur urusan pribadi bapak."

"Hanan, bisa kita bicara di luar?" pinta Nelsen yang langsung bangkit. Ia tahu betul kemana arah pembicaraan Hanan.

"Bicara aja disini. Memangnya ada yang perlu disembunyikan dari aku?" tanya Audrey.

"Bisa?" ulang Nelsen tanpa memperdulikan Audrey.

"Saya akan bicara disini saja. Yang mau saya sampaikan tidak banyak, Pak. Hanya saja.."

Nelsen mengusap wajahnya lalu menatap Hanan dengan penuh harap tidak membahas itu sekarang.

"Saya akan jelaskan yang sebenarnya terjadi. Jadi kita bicara di luar ya?" potong Nelsen cepat.

Hanan tertawa sumbang seraya menyelipkan tangan ke saku. Sikap sopannya hangus seketika.

"Tidak perlu, Pak. Bapak tidak perlu repot-repot menjelaskan apapun ke saya. Karena saya sama sekali tidak perduli dengan siapa bapak makan malam. Termasuk orang ini. Tapi tolong jangan sampai terlihat oleh saya ataupun orang terdekat Keysa lainnya. Dan juga tolong gunakan cara yang lebih bijaksana, Pak. Sepertinya teman saya sudah cukup bermain peran di antara kalian. Apa tidak sebaiknya segera di akhiri? Permisi, Pak."

Keysen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang