20. Berkunjung

1.8K 141 3
                                    

Cahaya matahari mulai merambat masuk melalui celah-celah ventilasi udara yang terbuka tipis di bagian pantry kantor. Tempat paling dicari karyawan saat stres melanda.

Tangan Airin bergerak membuka bungkus kopi lalu menuangkannya ke gelas berbahan keramik berwarna putih. Setelah menyeduhnya dengan air panas. Ia mengangkat gelas itu seraya menghirup aroma dari kopi buatannya itu. Kopi di pagi memang tepat.

Karena harus selalu berangkat kerja di waktu pagi, Airin bahkan tak pernah sempat meminum segelas kopi hangat dirumahnya sendiri. Makanya ia menikmati kopi di pantry kantor.

Mengingat betapa ia sangat mendedikasikan dirinya pada perusahaan ini. Sebaiknya mari lihat apa yang diberikan perusahaan ini pada karyawan taatnya.

"Buatkan saya satu gelas juga ya. Saya mau yang banyak gulanya."

Airin hampir dibuat menjatuhkan gelasnya karena terkejut mendengar suara Nelsen bak hantu yang muncul tiba-tiba entah darimana. Airin menatap Nelsen sambil mengerutkan alisnya.

"Sepertinya bapak datang kepagian ya." celetuk Airin lantas berbalik.

"Kepagian apanya. Saya bahkan belum sempat pulang kerumah." Nelsen tertawa sumbang.

"Apa, pak? Jadi bapak belum pulang kerumah dari kemarin?"

"Kurang lebih." Nelsen mengangguk sambil menyandarkan sebelah bahunya di ambang pintu.

"Bukannya bapak bilang kerjaan itu sudah selesai ya?"

"Oh ada beberapa yang belum ternyata. Tapi sekarang sudah aman."

"Begitu ya, pak. Saya minta maaf ya, pak. Saya pikir sudah selesai makanya saya pulang deluan."

"Kamu pulang karena apa?" tanya Nelsen.

"Ehm, karena bapak menyuruh saya pulang."

"Yasudah kenapa minta maaf ke saya." Nelsen menyeringai lalu berbalik kembali ke ruangannya.

Airin terpaku mendengar ucapan balik Nelsen yang membuatnya bimbang harus merasa bersalah atau tidak. Pria itu selalu menyebalkan. Bibir Airin berguman tak menentu mengucapkan sumpah serampah tertuju pada Nelsen. Tangannya meremas gelas itu sekuat tenaga.

*****

Entah apa yang membangkitkan jiwa Keysa hingga siang ini memutuskan ingin berkunjung ke perusahaan Won and Food. Ia tadi mendengar curhatan Airin kalau gadis itu harus selalu datang sepagi mungkin ke kantor. Tak sadar Airin menyebutkan betapa kesalnya ia harus lembur bersama bos nya itu. Nelsen.

Otomatis Keysa tahu kalau Nelsen pasti juga tidak sempat pulang kerumah dan mungkin dia absen makan. Dengan begitu ia akan datang membawakan makan siang untuknya.

Kotak makan tingkat sudah ia susun untuk segera diisi beberapa lauk yang sudah ia masak. Telur dadar gulung, sosis goreng yang disiram saus, daging asam manis dan sayur tumis-tumisan.

"Akhirnya siap juga. Sekarang jam berapa?" ia menengok ke jam dinding di dapurnya.

"Oke waktunya pas!"

Masih ada 30 menit lagi sampai tiba di jam makan siang. Cukup untuknya menempuh perjalanan ke Won and Food. Ia pun segera bersiap-siap.

*****

Sekali lagi Keysa melirik arloji hitam yang melingkar manis di pergelengan tangan kirinya. Senyumnya mengembang seraya memantapkan percaya dirinya. Keysa berdiri di depan gedung Won and Food yang amat tinggi menjulang itu. Kepalanya mengadah menjangkau puncak gedung yang kalah dengan sinar matahari. Sungguh gedung pencakar langit.

Keysen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang