29. Kencan!

1.6K 107 1
                                    

Nelsen dan Keysa berjalan beriringan menyusuri jalan setapak disebuah taman wisata alam yang sekelilingnya di tanami banyak pepohonan hias. Pemandangan luas hijau nan menyejukkan mata.

Keysa menebar pandangannya ke seluruh penjuru tempat itu. Seluruhnya tampak bersih dan rapi. Semua tertata rapi pada tempatnya.

Nelsen membasahi bibirnya yang kian mengering, terlalu lama diam sejak tadi. Pandangannya seketika turun melihat tangannya yang bersebalahan dengan tangan Keysa. Ingin sekali ia menggenggam tangan itu. Perlahan Nelsen melirik Keysa yang masih terpukau pada keindahan alam tempat itu. Tangan kanannya bergerak pasti menuju tangan Keysa.

Grep!

Ia mendapatkan tangan Keysa tepat dalan genggaman nya. Nelsen diam sesaat sampai Keysa bereaksi. Gadis itu berhenti melangkah membuat Nelsen merasa khawatir takut Keysa tidak suka aksinya. Keysa menatap terkejut tangannya yang tiba-tiba di genggam Nelsen lalu beralih memandangi Nelsen.

"Aku suka." katanya penuh keceriaan.

Keysa memposisikan jemarinya di sela-sela jari Nelsen, menguncinya dengan benar. Nelsen mengeratkan jarinya seraya tersenyum lebar.

"Suka?"

"Hmm. Banget." jawab Keysa geregetan.

Mereka melanjutkan petualangan yang sempat tertunda. Kali ini perjalanan terasa lebih berwarna karena saling bergandengan tangan.

"Nelsen."

"Hmm?"

"Sepulang dari sini aku pengen ketemu Tante Emma ya. Mau bilang makasih banyak udah bawain aku hadiah mewah ini."

"Iya boleh."

"Tapi tunggu."

"Hmm?"

Nelsen memandangi keysa dari puncak kepalanya sampai ke ij

******

Hanan duduk bersandar di kursi putar ruangan kerja rumahnya sambil memainkan pulpen di tangannya. Matanya menatap kosong ke jendela yang masih ia buka setengah. Cahaya matahari yang masuk pun tidak terlalu menerangi ruangan bernuansa abu-abu putih itu.

"Mantan tunagan ya?" ucap Hanan lebih ke dirinya sendiri.

Tidak mau ambil pusing soal masalah yang sama sekali bukan urusannya, Hanan memilih kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Jemarinya mulai menari-nari di atas keyboard laptopnya.

******

Nelsen masih memegang erat tangan Keysa sembari terus berjalan menyusuri tempat itu. Sampai akhirnya mereka sampai ke ujung terowongan yang terbuat dari rangkaian bunga kertas. Disana ramai sekali para pengunjung lainnya. Mungkin ini tempat utama dari wisata ini. Inilah titik kumpulnya. Ada banyak sekali pedagang makanan ringan, dan macam-macam jenis sepeda yang di sewakan.

Perhatian Nelsen seketika beralih ke deretan sepeda ontel yang dihias unik tidak jauh dari mereka.

"Mau naik sepeda?" tawarnya pada Keysa.

"Kita coba?"

"Ayo."

Setelah mendapatkan sepeda yang disewa, pemiliknya menyarankan mereka mengendarai sepeda itu di sepanjang rute sepeda yang dibuat menyerupai jembatan layang yang saling bersambung-sambung. Disana tempatnya luas dan juga berlantai halus. Cocok dengan sepeda itu.

Keysa memegangi sepeda itu seraya menunggu Nelsen menggulung lengan kemejanya sampai sebatas siku. Dengan percaya diri Nelsen pun menaiki sepeda itu memposisikan dirinya sebaik mungkin bak atlet sepeda profesional.

Keysen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang