65. Jawaban kesalahpahaman

1K 78 2
                                    

Keysa menjentikkan jarinya di atas deretan lipstik. Setelah memilih, ia memoleskan lipstik nude ke bibir nya sembari merapikan rambutnya yang tergerai rapi. Penampilannya sempurna. Ia tampak cantik dengan pakaian formal yang rapi.

"Jadi kakak beneran mau pindah kesini?" tanya Zalza yang kesekian kalinya.

"Iya."

Terdengar dengusan kesal dari Zalza seraya menyentakkan kedua kakinya.

"Terus aku sekolahnya gimana?"

"Iya kamu tetap sekolah kayak biasa, Za."

"Terus aku tinggalnya dimana?" tanya Zalza kian jengah.

Keysa berbalik dan bersandar di meja riasnya, melipat kedua tangan di depan dada.

"Kakak udah bilang sama Mumu kamu akan tinggal sementara dirumah dia. Kayak dulu kan? Nanti kalau uang kakak udah terkumpul lagi, baru kakak sewakan kamu tempat tinggal." jelas Keysa kemudian melanjutkan berhiasnya.

"Kan nggak enak kalau lama-lama numpang sama kak Mumu." rengek Zalza.

"Yaudah kamu pindah juga kesini. Sekolah disini." intonasi Keysa berubah tegas.

Zalza memajukan bibirnya dengan wajah ditekuk.

"Terserah kakak deh." rajuknya kemudian bangkit.

"Eh besok kamu harus balik ya, Za. Jangan enak-enakan aja bolos terus."

Zalza memicingkan matanya sebelum benar-benar menutup pintu kamar Keysa. Ia sengaja membanting pintu nya.

Keysa masih mematut dirinya di depan cermin. Memperhatikan lagi pantulan dirinya disana. Meneliti apa masih ada yang kurang atau justru berlebihan. Karena kesan pertama itu lebih penting daripada pengalaman kerja yang ia punya.

****

"Sarapan dulu, Key." ajak Bu Dina yang masih menata lauk pauk di atas meja.

"Nanti aja sarapan di luar. Aku berangkat dulu ya, Bun."ujarnya kemudian bergegas ke rak sepatu.

"Makan dulu sedikit."

"Nggak, Bun. Nanti aja, takut telat. Aku berangkat ya. Sampai nanti." sedetik kemudian Keysa sudah menghilang di balik pintu.

Keysa berlari kecil lalu memeluk Pak Herman yang sedang menyapu halaman dari belakang hingga pria paruh baya itu tersentak kaget.

"Ayah, aku berangkat dulu ya. Sampai nanti."

"Oh-oh iya, Key. Semangat anak Ayah!" serunya sambil menunjukkan tinjunya.

"Siap, Ayah." Keysa tersenyum lebar.

Pak Herman yang masih setengah terkejut hanya bisa melambai sambil tertawa puas melihat anak gadisnya tengah dipenuhi semangat juang.

****

Keysa berjalan menyusuri jalanan kecil yang akan membawanya ke halte bis. Rumahnya berada di area pemukiman yang terpencil. Sangat sedikit kendaraan roda empat yang bisa melewati jalan itu kecuali sepeda motor karena akses jalan yang terbatas dan sempit.

Langkah Keysa terhenti. Ia menebarkan pandangannya ke seluruh bagian sisa jalan di depannya. Senyumnya mengembang. Ia ingat saat melewati jalan itu bersama Nasya. Mereka saling bergandengan tangan sambil bercanda dan tertawa ria. Keysa merindukan gadis kecil yang selalu memberikan aura ceria untuknya.

"Hmm. Nasya lagi apa ya sekarang?" tanya nya lalu tertawa kecil.

"Sangking cerobohnya gue sampai lupa pamitan sama Nasya. Kira-kira hari ini dia masuk sekolah nggak ya? Ah, bahkan gue nggak bisa dengar suara dia."

Keysen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang