60. Selamat tinggal

1K 69 8
                                    

Keysa sudah menyiapkan tiga koper berukuran besar dan dua kotak berisi barang-barang perintilan. Ia menepuk-nepuk telapak tangannya tanda pekerjaan nya sudah selesai. Keysa berpindah ke sofa sembari melihat ponselnya. Sedari tadi benda itu senyap. Oh ternyata ia menyetelnya dalam mode diam. Keysa mendelik dengan mulut menganga melihat layar kunci ponselnya, daftar panggilan tak terjawab sebanyak 45 kali dari Nelsen tertera jelas disana.

"Nelsen barusan nelfon?" ucapnya dalam hati.

Ibu jarinya bergerak membuka kontak Nelsen, melihat rentetan waktu Nelsen menelfon. Hanya berselang 4 menit yang lalu. Keysa menelan ludah dalam, jarinya hanya bisa mengitari nama Nelsen di layar ponselnya tanpa bisa menelponnya balik.

Kemudian Keysa menelungkup kan ponselnya di atas meja. Mencoba mengabaikan itu. Itu bukan urusan nya lagi kan? Tentu saja bukan.

"Bisa-bisa nya dia cuma nelfon!" cerca Keysa seraya mengeluarkan botol minuman dari kulkas dan meneguknya tanpa gelas.

"Tunggu! Bukan berarti gue berharap dia datang kesini dong." Keysa tergelak bodoh.

Keysa kembali ke ruang utama. Ia melempar pandangan ke setiap sudut ruangan apartemen itu. Belum lama ia tinggal disana, tapi rasanya begitu nyaman dan berat harus meninggalkan tempat itu.

"Apa yang lo lakukan udah benar, Key. Nggak ada lagi yang perlu disesalkan. Kerja bagus, Keysa."

"Kak!" teriak Zalza yang tergesa-gesa masuk tanpa sempat mengenakan sandal rumah dan berhenti di hadapan Keysa.

"Kamu baru pulang?" tanya Keysa sinis.

"Ada kerja kelompok di rumah temen." jawab Zalza sebelum menyampaikan apa yang membuatnya seperti sedang di kejar-kejar.

"Dikejar siapa?" tanya Keysa santai.

"Barusan kak Nelsen kesini?" tanyanya tanpa basa-basi.

Kening Keysa berkerut.

"Nggak. Emang kenapa?"

Zalza menarik nafas panjang kemudian menarik tangan Keysa, menyeret Keysa secara paksa ke jendela. Zalza menarik sedikit gorden dan menyuruh Keysa melihat ke luar.

"Aduh! Ada apa sih, Za?"

"Kakak harus liat!" pintanya memaksa.

Keysa menatap Zalza curiga namun tak sempat bertanya ketika Zalza memaksanya segera melihat keluar. Keysa mencari-cari objek apa yang dimaksud Zalza, lantaran di luar cukup gelap. Awas saja kalau ini hanya akal-akalan Zalza. Keysa tak akan memberi ampun. Keysa seketika diam tak bergeming sesaat setelah ia menemukan objek utama.

"Kenapa kak Nelsen nggak masuk?" tanya Zalza.

"Menurut kamu kenapa?" mata Keysa menyipit.

"Kalian lagi berantem ya? Ih kayak anak ABG aja pake rajuk-rajuk an segala." ledek Zalza asal.

Zalza memandang kaku Keysa dan tangannya yang meremas kain gorden. Zalza mundur selangkah. Ia mendengar suara getaran di atas meja. Ternyata berasal dari ponsel Keysa.

"Kak, hape kakak getar tuh."

Tak ada jawaban dari Keysa. Zalza yang penasaran berlari kecil ke arah meja lalu mengambil ponsel Keysa.

"Dari kak Nelsen." katanya sambil menunjukkan layar ponsel pada Keysa.

"Jangan di angkat."

Keysa beranjak dari jendela ke tempat saklar lampu dan mematikan lampu ruangan itu.

"Kenapa dimatikan?" tanya Zalza yang gelagapan.

"Tidur." suruh Keysa yang menyambar ponselnya kemudian bergegas ke kamar.

Keysen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang