43. Menginap

1K 75 0
                                    

Halo👋👋

Apa kabar semuanya? Semoga selalu dalam keadaan baik

Akhirnya cerita KEYSEN bisa up kembali. Tapi walaupun update nya terlalu lama tidak seperti biasanya. 

Aku minta maaf ya teman-teman sekalian karena belum mahir membagi waktu antara ngejar waktu update dan nyelesaikan tugas-tugas kuliah😢

Jadinya update ini diundur terus sanpai kejauhan. Tapi aku selalu usahakan bisa update secepatnya kok.

Semoga kalian suka KEYSEN selalu. Terima kasih banyak yang masih menunggu cerita KEYSEN update. Vote kalian semakin nambah semangat aku. Sekali lagi terima kasih banyak❤❤

Selamat membaca...

*****

Keysa mengambil duduk di tepi kasur nya sambil membawakan wadah kecil berisikan air hangat dan handuk kecil. Nelsen masih belum tidur. Pria itu sedari tadi mengamati Keysa menggunakan dua mata sayu yang hanya tersisa beberapa watt saja.

Keysa sengaja memberinya banyak bantal agar Nelsen bisa setengah duduk sambil meluruskan badannya.

"Aku bantu bersihin ya." izin Keysa sembari menarik dasi Nelsen.

"Makasih, Sayang." ujar Nelsen seraya memejamkan matanya.

Tangan Keysa berhenti menarik dasi Nelsen. Perlahan ia melirik Nelsen yang sudah memejam mata. Keysa mengigit bibir bawahnya. Entah kenapa ia merasa dadanya sesak tapi bukan karena khawatir melainkan sesuatu yang bahagia tapi membuatnya takut.

'Aku masih nggak percaya. Ini bukan mimpi kan!' batin Keysa.

"Ini bukan mimpi, Keysa." sahut Nelsen yang langsung bisa membaca pikiran Keysa.

Gadis itu tersentak kaget. Seketika tangannya berhenti bekerja. Ia mendesis pelan seraya mengalihkan wajahnya ke arah lain berusaha menarik masuk semua oksigen yang tersisa disana. Kenapa Nelsen bisa sejitu itu? Oh sial.

Keysa memeras handuk kecil itu lalu mulai menyapu bagian dahi Nelsen yang terlihat berkeringat. Keysa terkejut sekali begitu tangannya menyentuh kening Nelsen. Suhu badan nya panas. Sekali lagi Keysa menempelkan tangannya di atas kening Nelsen.

"Uh? Kamu demam! Badan kamu panas banget, Nelsen!" panik Keysa.

Nelsen membuka matanya sedikit, ia menyentuh tangan Keysa dan menurunkan tangan gadis itu dari keningnya, menggenggamnya erat.

"Jangan panik." jawab Nelsen pelan. Bahkan hampir tidak terdengar.

"Gimana nggak panik! Badan kamu tuh panas banget! Aku-aku cari obatnya dulu ya. Kamu tunggu disini. Ya?" Keysa buru-buru menaruh kembali handuk itu dan berniat beranjak.

Dengan cepat Nelsen menahan tangan Keysa. Gadis itu berhenti dan langsung menoleh, memberikan tatapan bingung.

"Jangan pergi. Tetaplah disini." Nelsen memaksa Keysa agar kembali duduk.

"Maksud kamu? Kamu mau biarin demam kamu makin parah!" omel Keysa.

Nelsen menggeleng lemah. "Aku nggak butuh obat." pinta Nelsen serius.

"Nelsen. Aku janji akan carikan obat yang nggak pahit buat kamu. Jadi, kamu bisa tunggu sebentar aja kan? Ya?" Keysa membujuk.

"Kamu tau selama aku lembur aku udah terlalu banyak minum berbagai jenis vitamin dari Ibuku. Sampai setiap aku makan apapun rasa obat-obatan itu masih terasa. Hmm? Sekarang aku bener-bener nggak butuh obat, Keysa."

Keysa menurut. Gadis itu mendekat ke Nelsen mengusap tangan Nelsen yang menggenggamnya erat.

"Iya. Iya aku nggak akan kasih kamu obat. Tapi demam kamu. Aku nggak mau makin parah."

Keysen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang