8. Dia datang lagi!

3.2K 192 0
                                    

(Keysa POV)

Ini ketiga kalinya aku meneguk minuman soda yang hampir membuat perut ku kembung. Sudah kesekian kalinya juga aku bersendawa bebas disini. Teras mini market ini memang menjadi tempat singgah ku kalau lagi suntuk.

Dan kebetulan malam ini, aku sangat-sangat aneh. Bukan. Aku merasa ada keanehan tadi. Auh, kepalaku sakit dan juga bulu kudukku berdiri begitu mengingatnya.

Angin malam berhembus kencang menerpa wajahku. Dari kejauhan rembulan sayup-sayup mulai tertutup awan gelap yang menggeser singgasananya.

Malam sunyi, memang terkadang terlihat bak lembar yang masih kosong. Sebenarnya tidak. Bintang yang menemaniku tetap ada disana, hanya saja bumi sedang berputar atau awan menutupinya.

"Auh perutku." rintihku, memegangi perutku yang begah.

"Apa yang harus aku bilang ke Papanya Nasya waktu ketemu nanti? Masa aku minta maaf. Atau bilang makasih? Aku udah bilang makasih kok."

Aku mendengus sebal sambil menghentakkan kedua kakiku ke tanah. Sungguh itu kejadian gila yang hampir membuatku gila!

Segera kulipat kedua tangan di atas meja dan menenggelamkan kepalaku disana.

Langkahku terhenti beberapa meter dari jarak rumahku ke tempatku berdiri memperhatikan seseorang yang sedang berjongkok di depan sana.

Aku menoleh ke belakang melihat apakah salah pria itu mendatangi rumahku? Aku belum bisa melihat jelas wajah pria itu. Hanya siluet nya saja yang menembus kegelapan malam. Aku menyipitkan mata memperjelas pandanganku terhadapnya.

"Itu siapa sih? Mau apa malam-malam kerumahku?"

Kembali aku melanjutkan langkah yang sempat terhenti. Begitu menyadari kedatangan ku disana. Pria itu lantas bangkit dan mengerang kesakitan karena kedua kakinya keram akibat terlalu lama berjongkok.

"Hanan? Kok disini?" aku terlonjak mengetahui siapa dia.

Hanan masih memegangi kakinya yang keram. Ia tak menjawab dan hanya menunjukkan cengiran tak jelasnya ke arahku.

"Key? Aduh-duh." ia berusaha berdiri tegak namun masih sedikit gelimpangan memegangi pagar rumahku.

"Kok malam-malam kesini? Ada apa ni?" tanya ku tak sabar seraya membantunya berdiri.

"Gue kira lo ada di dalam. Barangkali lagi mandi kan jadi gue tunggu disini. Ternyata lo di luar ya." jelasnya.

Aku mengangguk. "Iya, gue tadi ada urusan di luar. Jadi baru pulang. Jadi, lo udah nunggu lama disini? Ya ampun, Hanan. Sampe kaki lo keram gitu."

"Lumayan." tawa Hanan pecah melihatku memicingkan mata padanya.

"Yaudah masuk dulu, yuk. Lurusin dulu tuh kaki lo. Gimana mau nginjak pedal kalo masih keram."

Tanganku merogoh kedalam tas mencari kunci pagar yang terselip disana.

"Nggak usah, Key. Gue mau langsung pulang kok. Cuman mau bilang aja minggu depan ada reunian dari SMA kita. Yang ngajak si Ardhu. Lo nggak baca chat gue?"

Kedua alis ku terangkat, teringat akan benda itu entah dimana wujudnya. Tanganku berhenti mencari kunci dan menarik ponsel di kantong belakang celanaku. Ternyata low bat. Pantas saja dari tadi tidak ada suara. Aku menghela nafas panjang meratapi kematian ponselku yang malang.

"Hp gue lobet ternyata." aku tertawa sumbang seraya menepukk-nepukkan ponsel ke telapak tangan.

"Datang ya. Hari sabtu jam delapan malam." Hanan menjetikkan jarinya, lantas berjalan ke mobilnya yang terparkir tak jauh dari rumah Keysa.

Keysen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang