62. Penguntit amatir

876 58 2
                                    

Keysa menaruh buket bunga di atas meja makan sembari menuangkan air ke gelas lalu meneguknya sampai habis. Punggung tangan kirinya menyeka mulut yang bersisa bercak air. Sekali lagi Keysa melirik bunga itu sebelum ia beranjak ke kamar.

Tanpa disadari Keysa ternyata membawa bunga itu pulang dan secara tidak langsung artinya ia menerima permintaan maaf Nelsen.

"Udah puas nyari anginnya?" tanya Mumu dengan suara seperti ditahan.

Keysa menoleh dan mendapati Mumu sedang bermaskeran. Pantes saja suaranya tertahan ternyata takut masker nya retak. Keysa menghembuskan nafas panjang lalu mendaratkan bokong nya ke sofa empuk.

"Udah." jawab Keysa singkat.

"Hmm! Ada bunga? Lo beli bunga, Key?" tanya Mumu yang terkesima melihat bunga cantik itu.

"Bunga? Oh itu, bukan gue yang beli."

Mumu terpelonjak dan langsung menaruh kembali bunga itu seakan haram menyentuhnya setelah menghirup aroma wanginya. Gadis itu terpelongo ke arah bunga itu.

"Bukan lo yang beli? Terus ini bunga datangnya darimana? Lo..." tatapan Mumu memicing sinis.

"Dari..." Keysa menggantung ucapannya.

Bola matanya bergerak tak pasti seraya membasahi bibirnya yang mendadak kering. Sebentar ia mencuri pandang ke arah Mumu, lidahnya terasa kelu.

"Darimana?" sahut Mumu curiga.

Mumu menghampiri Keysa. Kedua tangannya bergerak pelan di bahu Keysa hingga Keysa terpaku di tempat.

"Lo dikasih bunga sama cowok di taman tadi?" Mumu memainkan suaranya di telinga Keysa.

"Jangan yang enggak-enggak deh, Mu!" Keysa bergerak menjauh dari Mumu.

"Iya terus? Darimana dong? Jatuh dari langit kan nggak mungkin." gumam Mumu.

Alis Keysa terangkat melihat Mumu yang berlari kecil ke meja makan, tepatnya mengambil bunga itu dan kembali menghirup aromanya. Wajah Mumu menunjukkan betapa jatuh cintanya ia pada bunga itu.

"Harumnya." Mumu sampai merem melek menikmati nya berulang kali.

Keysa menelan ludah dalam. Membayangkan respon Mumu saat tahu bunga itu pemberian dari Nelsen akan seperti apa, seketika tenggorokan Keysa terasa tercekat. Ia tidak siap menerima makian Mumu yang bisa sekaligus dari berbagai bahasa.

"Bunga itu..." ucapan Keysa bak angin.

"Gue pindahin ke vas ya. Bentar vas kosong nya ada di kamar gue." gadis itu buru-buru ke kamarnya.

Keysa meremas rambutnya, ujung-ujungnya ia frustasi sendiri. Kenapa tinggal bilang bunga itu dari Nelsen aja susahnya kayak mau minta tambahan waktu bayar utang. Bagaimana ini?

"Bagusnya taruh di ruang tamu atau ruang tv?" tanya Mumu yang mulai memindahkan bunga itu ke vas.

"Mu. Bunga itu..bunganya..bu- bunganya..." Keysa mengigit bibir seraya mengepalkan kedua tangannya.

"Hmm?"

"Bunganya dari Nelsen!" pekik Keysa sambil memejamkan matanya.

Detik itu juga bunga tak bersalah itu meluncur dengan cantiknya ke lantai dan berakhir berserakan disana. Mumu berkacak pinggang menatap tajam ke arah Keysa. Sorot matanya memantulkan kilatan-kilatan api yang siap menyerang.

"Sorry." Keysa gugup dan hanya bisa nyengir.

"Sini." panggil Mumu santai.

Keysa tahu sebenarnya itu bukan panggilan santai. Daripada ia dipecat jadi sahabat dan diusir paksa dari sini. Keysa pun memilih menyambar tas nya dan melesat keluar tanpa pamit.

Keysen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang