50. Sembunyi di lemari

1K 67 1
                                    

Keysa berdiri di depan lobi rumah sakit menunggu Mumu yang berjanji akan menjemputnya. Sepertinya taksi online yang di tumpangi Mumu terjebak kemacetan yang entah di bagian mana. Sekali lagi Keysa melirik arloji putih di pergelangan tangan kirinya sembari menghela jenuh.

Sedetik kemudian, sebuah mobil berjenis suv hitam memasuki area jalur khusus ambulans dan berhenti tepat di depan Keysa. Keysa memundurkan langkahnya mengira ada paisen gawat yang hendak masuk ke IGD. Ia pun dengan polosnya menjauh memberikan akses jalan. Namun bukannya pasien yang turun, melainkan seorang pria tampan yang membuat fokus Keysa memusat.

Kedua matanya reflek melebar melihat sosok Nelsen yang baru saja turun dari mobilnya. Nelsen melangkah cepat mendatangi Keysa yang mematung di tempat menatap dirinya.

Beberapa pasang mata pengunjung rumah sakit itu memperhatikan Nelsen dan Keysa bergantian. Mereka bingung harus menganggap kejadian itu baik atau buruk karena melihat respon Keysa yang amat buruk.

Tanpa berlama-lama seraya tersenyum lebar Nelsen meraih tas berukuran sedang dari tangan Keysa lalu beralih menarik pergelangan tangan Keysa.

"Ayo."

"Kamu kok bisa...?"

"Aku jawab itu nanti. Kamu lihat? Mobilku berhenti di jalur ambulans secara ilegal nanti bisa di denda kalo melebihi batas waktu. Kita pergi sekarang ya?" ajak Nelsen sambil menarik tangan Keysa agar mengikutinya.

"Iya." Keysa mengangguk kaku dan tanpa penjelasan lagi ia menaiki mobil Nelsen.

Setelah memastikan posisi Keysa aman. Nelsen berlari kecil buru-buru masuk ke dalam mobilnya agar tak di anggap melanggar aturan. Walaupun sebenarnya ia sudah melanggar.

Keysa tak henti-hentinya menatap Nelsen dengan tatapan elang. Bibirnya bergerak-gerak tak menentu seolah sedang meracau dalam hati. Nelsen yang akhirnya merasa tak nyaman pun menoleh cepat.

" Ada yang aneh? Kamu mau nanya apa tadi?" sahut Nelsen yang bisa kehilangan fokusnya menyetir jika ditatap lebih lama.

Keysa mendengus sebal sembari melipat tangan di depan dada.

"Mumu kan?"

"Mumu? Kenapa Mumu?"

"Pasti Mumu ya yang bilang aku bisa pulang hari ini." tebak Keysa.

Nelsen tak bergeming sebentar lalu kembali menyahut.

"Hmm. Jadi benar 'benda itu' keluarnya pas aku disana." tanya Nelsen balik.

Mulut Keysa terbuka setengah. Keysa tak menyangka dengan apa yang baru saja ia dengar bak jantungnya telah ditusuk pedang. Kenapa ucapan Nelsen terdengar begitu menohok hingga membuatnya ingin lompat keluar dari mobil sekarang. Kenapa pria itu tanpa beban mengatakan hal yang sama sekali tidak ingin Keysa dengar dari mulut Nelsen.

Seharusnya Nelsen tetap bersikap tidak tahu apa-apa walau sebenarnya ia tahu. Keysa memejamkan matanya sembari merutuki dirinya sendiri.

"Oh kamu dengar rupanya." gumam Keysa berpura-pura biasa saja.

"Aku kesal." celetuk Nelsen tanpa memalingkan wajahnya dari depan.

"Kesal kenapa? Harusnya kan aku yang kesal."

"Karna kamu jauh lebih milih Mumu dibandingkan aku. Kamu pikir aku nggak bisa jemput kamu?" Nelsen menyeringai.

Keysa terkekeh pelan sembari menyibak rambutnya ke belakang. Tangannya bergerak cepat mengambil tangan Nelsen dari atas tuas persneling. Menggenggamnya nya erat. Bibir Keysa tak bisa diam melihat ekspresi merajuk Nelsen yang sangat menggemaskan.

Keysen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang