37. Tempat tinggal baru?

1.2K 68 4
                                    

Suasana pagi di Won and Food yang tadinya berjalan normal seperti biasa mendadak berubah saat sebuah mobil mewah baru saja berhenti di lobi perusahaan. Para petugas penjaga pintu pun sesegera mungkin membukakan pintu penumpang di mobil itu dan menyambutnya dengan sopan.

Sesaat setelah dua orang wanita berpakaian formal anggun turun dari mobil, semua orang yang ada di bagian lobi perusahaan langsung mengambil posisi masing-masing dan memberikan penghormatan pada mereka berdua. Iya dua wanita itu adalah Ny. Emma dan Elena.

Ny. Emma berjalan beriringan bersama Elena yang diikuti asisten Ny. Emma menuju lift. Semua pasang mata baru bisa melihat mereka setelah keduanya sudah menghilang dari hadapan mereka. Itu pun paling hanya melirik tipis.

Semua orang terpana dengan kecantikan yang dimiliki Elena dan gaya busana nya yang mirip wanita dari kalangan bangsawan. Gaun mewah berwarna merah maroon ala era Victoria itu terlihat sangat cocok terpasang di tubuhnya. Topi bertepi lebar pun tak pernah ketinggalan.

Tatapan mata Elena yang sendu sangat menunjukan betapa melimpah inner beauty yang ia miliki. Begitupun Ny. Emma kecantikan alaminya tidak pernah habis termakan usia. Bahkan bisa dibilang hampir sama mudanya dari Elena.

"Siapa ya wanita itu?" tanya wanita di resepsionis.

"Nggak tau tuh. Tapi kok dekat banget ya sama Nyonya besar. Apa mungkin calon istri pak Dirut?" sahut wanita di sebelahnya.

"Mungkin iya. Cantik banget loh. Anggun lihat deh gaya pakaian nya. Glamour." puji mereka tak henti.

"Iya cantik. Di zaman sekarang mana ada sih yang masih tetap pakai baju-baju begitu."

Hanan yang baru saja melewati pintu utama perusahaan Won and Food pun terkejut saat melihat kerumunan orang yang saling berbisik sambil menatap ke arah lift khusus yang ada di pojok samping.

Ia menarik kembali id card yang baru akan ia tempelkan di scanner palang masuk. Dirinya tertarik untuk ikut melihat apa yang menjadi pusat perhatian mereka disana. Melihat sebentar kan tidak masalah.

******

Keysa menghentikan aktivitasnya begitu ponselnya di atas meja itu berdering ada panggilan masuk. Senyum nya seketika mengembang lebar mendapat panggilan dari orang itu. Ia perlahan melirik Sari yang sudah melempar tatapan jail ke arahnya.

Sari yang duduk bersebalahan dengan Keysa diruang guru itu pun langsung menyenggol lengan Keysa mencoba menggoda nya. Tangan Keysa melambai-lambai meminta Sari biasa saja. Untunglah diruangan itu hanya ada mereka berdua.

"Bentar ya." katanya pamit.

"Iya silahkan Nona Keysa." ledek Sari.

Keysa bangkit dari duduknya menjauh dari ruang guru agar bisa lebih leluasa mengobrol dengan Nelsen di telfon.

"Halo, Nelsen?"

[Iya sayang. Sedang apa?]

"Apa? Sa-sayang? Hmm, a-aku la-lagi ngoreksi tugas anak-anak. Kamu di kantor?"

Terdengar Nelsen terkekeh geli mendapati suara Keysa berubah kaget. Di bayangan Nelsen saat ini pasti Keysa mendadak gugup. Sayang sekali Nelsen tidak bisa melihat ekspresi gugup Keysa yang menggemaskan itu.

[Oh iya sayang ini aku masih di kantor. Nanti pulangnya aku nggak bisa jemput kamu nggak apa-apa? Soalnya aku harus ngadain rapat mingguan sama tim pemasaran. Nggak lama sih tapi kalo nanti selesainya cepat aku usahakan jemput ya.]

"Yaudah nggak masalah kok. Aku kan bisa minta di jemput sama Hanan. Jangan dipaksain kalo nggak bisa ya."

Nelsen sontak bangkit dari kursi kebesarannya dan langsung menaruh satu tangan lainnya di pinggang. Emosinya secara tiba-tiba terpanggil kala nama Hanan terdengar.

Keysen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang