11. Tidak sengaja

2.7K 189 3
                                    

Karena Nelsen mengetahui kalau ternyata pengganti sekretarisnya adalah Keysa. Ia tidak jadi menyuruh gadis itu mengendarai mobilnya. Kini ia sendiri yang menyetir mobil itu sedangkan Keysa duduk di sebelahnya.

Kecapatan mobil itu normal sesuai batas kecepatan yang ada karena kebetulan jalan tol yang mereka lalui sepi dari para pengendara. Jalanan yang hanya terbentang lurus sepanjang 100 KM.

"Saya nggak nyangka kalo bu Keysa yang bakal gantikan sekretaris saya." ujar Nelsen disela fokusnya.

"Iya karna Airin itu teman baik saya, jadi saya nggak bisa nolak permintaan dia. Tapi maaf juga ya, pak. Nggak ngomong dari awal."

"Oh jadi gitu. Iya nggak masalah sih. Toh, itu lebih baik juga karna saya udah kenal sama ibu kan?"

"Iya, pak."

"Jadi karna ada tugas baru ini kamu nggak ngajar dong ya?" tanya Nelsen tanpa sadar mengganti kata ganti Keysa menjadi 'kamu'.

"Hah?"

Nelsen terdiam seraya memejamkan matanya sejenak. Sangkin banyaknya ia bicara sampai ia tak sadar mulutnya salah berucap.

"Kayaknya lebih nyaman gitu ya?" ralat Nelsen seraya terkekeh renyah.

"Bisa juga, pak." jawab Keysa seadanya.

Nelsen menoleh tipis ke Keysa lalu kembali menatap ke depan. Gadis itu tak berkutik dan hanya diam larut dalam angannya. Keadaan berubah canggung di segala sisi.

"Tapi.." Keysa membuka suara. "Pak Nelsen boleh kok nyebut saya kamu atau nama saya. Nggak masalah." tambah Keysa memberanikan diri.

"Oh iya? Saya kira kamu bakal nggak nyaman." kali ini Nelsen benar-benar mantap mengucapkannya.

Keysa hanya memberikan anggukan bermakna ganda. Terdengar Nelsen tertawa kecil sambil memindahkan tangannya ke pangkuan tangan di sebalah bangkunya.

*****

Nasya membuka tempat makan yang dibawakan Ny. Emma untuknya. Tempat makan berbentuk persegi berwarna merah muda itu ia letakkan di atas meja makan, di kantin sekolahnya. Ia sendirian memperhatikan sekelilingnya.

"Bu Keysa kemana ya?" katanya termenung.

Semua orang sibuk kesana kemari membeli jajanan kemudian kembali berkumpul dengan teman mereka masing-masing.

Nasya tidak mudah bergaul dengan banyak orang dan ia lebih banyak diam memandangi mereka yang bermain, tertawa dan kadang bertengkar. Biasanya ia selalu ditemani Keysa saat makan siang dan pulang sekolah Keysa selalu bersamanya.

"Nasya kok sendirian? Nggak gabung sama temen-temen yang lain?" seseorang datang dan mengambil duduk di bangku kosong di sebelah Nasya.

"Nggak, Tante Airin. Keysa lagi nungguin bu Keysa dari tadi kok belum datang ya."

"Nasya. Hari ini bu Keysa nya nggak masuk. Lagi ada kerjaan lain katanya. Bu Keysa kan perginya sama papa Nasya." tangan Airin membelai lembut rambut panjang Nasya.

Karena ada urusan lain. Keysa menitipkan Nasya pada Airin. Ia sangat tahu pasti Nasya akan kemanapun sendirian jika dirinya tidak ada di sekolah. Sebagai gantinya, Airin yang datang ke sekolah untuk menemani Nasya dan sekalian menjemputnya pulang.

"Kan biasanya Papa perginya sama tante Airin?"

Airin menyunggingkan senyumnya.

"Iya kamu bener. Tapi kali ini tante Airin lagi ada urusan jadi nggak bisa pergi."

"Oh gitu ya, Tante. Menurut tante Papa sama bu Keysa itu pacaran?"

Tangan Airin berhenti membelai rambut Nasya dan kembali mendarat di atas pangkuannya.

Keysen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang