22. Nasi goreng

1.8K 135 0
                                    

"Oh iya. Saya tunangan Keysa."

Sontak Keysa langsung menoleh cepat ke Nelsen yang kini tersenyum puas. Ada apa dengannya?

"Be-benar ini tu-tunangan lo, Key?"

Keysa menghela nafas sambil mengigit bibir bawahnya. Bahunya terasa di ketuk beberapa kali oleh Nelsen. Itu pasti kode agar ia menjawab iya. Baiklah.

"Iya. Kenalin ini tunangan gue." Keysa memiringkan tubuhnya merapat pada Nelsen.

"Tadi saya dengar kalian ada bahas reuni SMA, ya?" tanya Nelsen mencoba akrab.

Sarah mengangguk beberapa kali, takut-takut.

"Reuni yang kamu ceritakan kemarin ya, Honey?" Nelsen tersenyum penuh gairah pada Keysa.

"Iya, Sayang."

"Oh begini. Sebenarnya Keysa tidak datang itu bukan karena alasan yang Sarah katakan tadi. Kebetulan hari itu kami berdua pergi liburan ke Singapura, jadi Keysa tidak bisa datang ke acara itu. Maaf ya, Honey. Aku salah atur jadwal liburan waktu itu."

"Nggak papa kok, Sayang. Lagipula aku emang nggak niat datang kesana." Keysa mengelus lengan Nelsen lemah lembut.

"Ah baguslah."

Sarah melotot tajam tak kuasa mendengar pernyataan Keysa yang bak kilatan petir baginya. Rasanya ia tak sanggup bernafas lagi.

Kini tangan kiri Nelsen perlahan turun ke pinggang Keysa. Melingkarkan tangannya dengan indah disana. Benar-benar adegan mesra yang mereka lakukan. Sesekali ia menghadap samping, jarak wajah mereka sangat dekat sekarang. Nelsen dapat melihat dengan jelas binar-binar di kulit mulus Keysa.

"Sayang, dia beneran Direktur Utama kantor kamu? Nggak kan?" Sarah berbicara serius dengan Rendy.

"Iya bener, Sayang. Ini Pimpinan aku." jawab Rendy masih memandang Nelsen dan Keysa.

"Oh nggak mungkin." ujar Sarah memegangi lengannya.

"Jaga sikap kamu." peringat Rendy berbisik.

"Nggak mungkin." ucap Sarah sangat pelan.

"Apa kalian teman dekat dulu sewaktu SMA?" tanya Nelsen lagi.

"Nggak. Kami dulu nggak sedekat itu." jawab Keysa dengan nada ekstra sombongnya.

Sarah meraih tangan suaminya mengajak pria itu untuk segera pergi dari tempat itu. Memilih kabur daripada melawan perkataan Keysa yang jelas-jelas sudah sangat memancing emosi nya. Nyali Sarah langsung ciut seketika.

"Mohon maaf kami sudah menganggu, pak. Kalau begitu kami pergi dulu. Permisi, pak." ujar Rendy kalang kabut.

"Loh? Kenapa langsung pergi? Bukannya kalian baru saja datang? Ayolah kita makan malam sama-sama. Saya yang bayar malam ini. Bagaimana?" Nelsen sengaja melirik Sarah saat mengajukan kata traktiran.

"Tidak usah, Pak Direktur. Saya dan istri saya akan makan ditempat lain saja. Lagipula meja disini sudah penuh semua. Kalau begitu silahkan menikmati makan malamnya. Selamat malam, Pak. Saya permisi."

Belum sempat Nelsen mengatakan apa-apa lagi. Rendy sudah lebih dulu memberikan salam hormat sebelum akhirnya ia menarik paksa tangan Sarah undur diri dari hadapan Keysa dan Nelsen. Mereka memandangi kepergian sepasang suami istri itu seraya menghela nafas.

"Wah~ itu beneran teman kamu? Kenapa dia bersikap begitu?" Nelsen tertawa renyah.

"Bukan. Kami bukan teman." jawab Keysa mendudukan dirinya sambil menatap ke meja.

Keysen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang