2. Usulan Nasya

5.6K 284 1
                                    

Setelah sarapan dan makan siang bersama Hanan. Lebih tepatnya setengah hari ini aku banyak menghabiskan waktu bersama Hanan. Aku kembali kerumah. Gara-gara hujan tadi pagi dan juga aku bangun kesiangan, rumah pun tidak sempat lagi aku bereskan. Rumah kontrakan kecil yang aku huni sendirian ini mirip sekali kapal pecah. Banyak sekali benda-benda berserakan di lantai. Terutama kertas.

Hasil karya mewarnai anak-anak kemarin belum sempat aku nilai semuanya. Melelahkan. Sekarang rasanya aku ingin merebahkan tubuh ku yang hampir remuk ini. Perut sudah terisi penuh kini rasa kantuk mulai mengambil alih diriku.

"Tidur bentar deh."

"Auh ya ampun. Pinggang gue mau patah rasanya."

Aku pun merangkak naik ke atas tempat tidur yang sudah memanggilku sedari tadi. Melepaskan kaus kaki dan menarik selimut sampai batas dada. Perlahan namun pasti, kesadaran ku menurun dan mulai memasuki alam bawah sadar.

******

Ny. Emma meletakkan sepiring roti tawar dan segelas susu hangat di depan Nasya. Ya, Ny. Emma adalah ibunda Nelsen. Oma Nasya.

Pagi ini cuacanya sangat cerah. Syukurlah tidak hujan seperti kemarin. Cahaya matahari pun mulai terlihat menyusup melewati celah jendela rumah yang cukup besar.

"Minum susunya, Nasya. Makan rotinya ya? Mau pake selai rasa apa?" tanya Ny. Emma seraya menarik kursi makan di samping Nasya lalu mendudukkan dirinya disana.

Sejak kepergian Mama Nasya satu tahun yang lalu karena kanker payudara, Nasya di urus dan di besarkan oleh Papa dan Oma nya. Hari-harinya selalu ia habiskan bersama Oma nya. Ny. Emma.

"Iya, Oma. Hmmm..selai rasa..." Nasya berpikir sebentar sambil meletakkan jari telunjuknya di dagu.

Ny. Emma dengan sabar menunggu cucunya memilih beragam macam selai di hadapannya.

"Strawberry deh!"

"Boleh." jawab Ny. Emma antusias.

"Pagi, Mi. Pagi sayang." sapa Nelsen yang baru turun dari kamarnya di lantai dua.

"Sarapan dulu, Nelsen." suruh Ny. Emma sambil menyodorkan segelas kopi.

"Pagi, Papa." sahut Nasya dengan mulutnya yang bercelemotan susu.

Nelsen terkejut dan sontak terkekeh melihat wajah Nasya yang penuh bercak susu di sekeliling bibirnya.

"Kok mukanya celemotan susu, Mi." ujar Nelsen yang langsung menarik selembar tisu dan bangkit berdiri mengusap noda di wajah putrinya.

Nasya hanya tertawa menyadari dirinya sangat lucu. Begitupun, Nelsen dan Ny. Emma yang ikut tertawa melihat tingkah menggemaskan Nasya.

"Loh pelan-pelan minumnya, cantik. Nanti kena seragamnya." ujar Ny. Emma memperingatkan.

"Iya Oma." Nasya mengusap pipinya merasa bersalah.

"Pintar cucu kesayangan Oma ini." puji Ny. Emma sambil mencolek pipi mungil Nasya.

"Oma." panggil Nasya lalu ia mengigit tepi roti di tangannya.

"Iya?"

"Nanti siang Nasya sama Papa mau ke toko mainan, Oma. Nasya mau beli barbie yang kayak di tv tadi malam."

"Oh ya? Yaudah nggak papa. Perginya sama Papa kan?"

"Iya, Mi. Nanti pas pulang makan siang. Aku jemput Nasya sekalian singgah ke toko mainan." Nelsen melahap roti lalu melihat ke Nasya yang kegirangan.

Lagi-lagi Nelsen merasakan ada rasa yang seperti menghantam dadanya begitu ia melihat senyum ceria Nasya. Sudah lama sekali ia tidak melihat gambaran senyum di wajah Nasya. Terbilang sangat jarang, Nasya tersenyum untuk beberapa waktu.

Keysen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang