Sakit..

68.5K 7K 1.6K
                                    


●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●

"Tuan, nona Meta terkena deman"

Erlan bangkit dari kursinya, menatap dokter wanita itu dengan mata tajamnya yang sekarang sedikit sayu.

"Kalau begitu, aku akan bawa ke Rumah Sakit saja--Miky siapkan mobilnya!" Erlan bicara dengan cepat dari suaranya, dapat terdengar pria besar itu sekarang agak panik.

"Tidak perlu tuan, demam nona Meta tidak terlalu parah. Dia bisa dirawat di rumah saja. Ini obat penurun panasnya, nona Meta bisa di kompres aja lalu jika demam nya makin parah tolong langsung bawa kerumah sakit ya tuan Erlan" ucap dokter itu sambil mengeluarkan beberapa obat di tas miliknya.

"Kalau begitu saja ijin pamit, Mari semuanya~"

Dokter itu melangkah pergi dengan di temani beberapa pelayan untuk keluar. Ngomong ngomong itu dokter pribadi tuan Erlan.

Loh, bagaimana bisa dokter ada di rumah Erlan saat ini? Tenang, ini bukan karna mereka benar benar kecelakaan. Ya, walau awalnya Erlan memang berkendara seperti sedang mempermainkan Malaika Izrail.

Dicabut belum waktunya, engga di cabut bikin emosi.

Ini hanya tentang ke panikan Erlan yang melihat Meta masih memejamkan matanya dengan tubuh bergetar walau mereka sudah sampai di rumah sekalipun.

Dengan emosi yang masih menggebu, Erlan pulang dengan menggendong Meta dalam keadaan yang sangat membingung kan. Kejadian ini cukup membuat keributan di tengah malam dalam rumah monoton itu.

Meta menatap sayu pria yang sedang sibuk mengurusi tumpukan dokumen yang entah bagaimana caranya bisa berakhir disofa kamarnya.

Dia bangun saat matahari sudah ada diatas kepala. Meta merasakan sakit kepala yang luar biasa, badannya sangat lemas, bahkan untuk duduk pun sulit. Rasanya semua makanan yang diberikan tidak ada gunanya, hanya berakhir di muntahkan kembali atau dengan sangat terpaksa di telan walau rasanya sangat pait.

Meta tidak sangka dia sakit untuk ke dua kalinya dan parahnya ia sakit tepat saat berada di depan mata seorang Erlan. Meta bertanya tanya bagaimana bisa sekarang ia selemah ini?

Padahal dia termasuk salah satu orang yang jarang sekali terkena penyakit, tapi sekalinya sakit Meta seperti sedang diantara keputusan malaikat Izrail untuk mencabut nyawa atau tidak.

Ya begitulah, haha.

"Kenapa disini?" Meta bertanya dengan suara lemah seraknya.

Sedari awal Meta bangun yang ia lihat pertama memang wajah Erlan, tapi setelah itu Erlan sama sekali tidak mengeluarkan sepatah katapun dengannya dan hanya duduk disana mengurusi semua dokumen di depannya sampai sekarang.

"Apanya?" Datar Erlan dengan masih fokus mengetik di laptop nya.

"Kerja kok disini sih? Pergi kekantor lah" Kata Meta masih dalam selimut tebalnya.

"Kenapa memangnya, suka suka lah" Sewot Erlan tanpa melihat kearah Meta.

"Tapi kan ini kamarku" Ucap Meta judes, dengan lemas.

"Tapi ini rumah ku, jadi terserah lah mau kemana juga." Jawab Erlan tak kalah judesnya.

Meta menatap sinis pria besar itu. Erlan tetaplah Erlan, entah bagaimana pun keadaan Meta bahkan keadaannya yang hanya bisa terbaring lemas di kasur seperti sekarang, pria itu tetap saja memiliki ego nomer satu.

Wft! Papa?!  |ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang