●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●
Lagi dan lagi, sosok yang sama yang sedari pagi hanya duduk di kursi dengan tumpukan kertas tepat di atas mejanya, bahkan seluruh kertas itu hampir menutupi separuh tubuh pria itu, Erlangga.
Ya, itu dia. Pria yang sedari tadi terlihat sangat fokus melakukan semua pekerjaan nya, bahkan beberapa makanan yang ditinggalkan oleh pelayan rumahnya di meja tamunya terlihat mulai merasa tidak dianggap dan menyedihkan.
"Hufttt.."
Erlan menghela napas lelah, bokong nya seperti mati rasa.
Ini hari minggu, waktu yang seharusnya ia habiskan untuk berleha-leha, tapi Erlan malah harus mengurusi semua tumpukan dokumen yang rasanya tidak ada habisnya.
Sulit untuk mengakuinya, tapi sepertinya Meta benar soal Erlan yang semakin tua dan rapuh, pria tulen itu benar benar terlihat mudah lelah akhir akhir ini.
Satu dokumen ditangannya sudah selesai dia baca, sekarang dia sudah mulai mengganti dokumen yang baru, berharap ini semua cepat selesai dan dia bisa cepat cepat istirahat.
"Helloo~ Lagi ngapain hehe~"
Erlan cukup terkejut, melihat sosok tuyul yang tiba tiba yang ada si sebelahnya. Saking fokus nya dengan semua pekerjaan nya, Erlan bahkan sampai tidak bisa menyadari kehadiran sosok itu.
"Heh? Ngapain kesini? Tidak mengetuk pintu dulu lagi" Erlan berkata sewot.
"Udah kok, sampe rasanya telapak tangan ku kapalan. Papanya aja yang ga buka buka, jadi aku masuk aja deh hehe"
"Hihihi" sebal Erlan mengikuti cengengesan Meta. "Terus mau ngapain kesini?" Erlan bertanya kesal.
Mata Meta berbinar sambil mengeluarkan sebuah surat dari kantung celananya lalu menaruhnya di pinggir meja.
"Papa dapat surat dari sekolah loh."
Erlan yang tadi sempat kembali melanjutkan pekerjaannya, dibuat melotot kaget dengan ucapan Meta barusan.
"Hah?! Kamu ngelakuin apa?" Panik Erlan.
"Eh? Aku ga ngelakuin apa-apa." Meta juga panik. "Makanya dibaca dulu sobatt~" lanjutnya gemas.
Erlan berdecak, dia pikir awalnya itu surat panggilan tidak mengenakan atau semacamnya. Erlan sempat berfikir kalau Meta membuat seseorang menangis karena mulutnya yang pedas itu, tapi untungnya bukan seperti itu.
Erlan kembali pada pekerjaannya.
"Ohh, terus apa?" Datarnya."Dibacaaa papaaaa~" Meta gemas.
"Aku lagi sibuk Meta, apa kau tidak lihat? Jadi katakan saja inti dari surat itu." Ucapnya datar.
Meta menghembuskan napasnya agak sebal.
"Aku bakal pergi ke kebun bunga" jutek Meta."Kapan?"
"Besok."
"Ohh, ya udah. Silahkan" datar Erlan.
Meta yang melihat jawaban singkat itu menekuk alis nya bingung, tidak ada pertanyaan lanjutan perihal besok, padahal putrinya ini bakal pergi jauh dari rumah untuk pertama kalinya.
Meta berkecak pinggang.
"Aku bakal PERGI ke kebun bunga" ia menekan jelas kata pergi di kalimatnya."Iya aku dengar, pergi saja."
"Aku bakal pergi lohh~, Pergiii"
Erlan menutup matanya, menarik napas lalu membuangnya perlahan.
"Iyaaaaaa akuuuu dengarrrrr, jadiiii pergiii ajaaaaa"

KAMU SEDANG MEMBACA
Wft! Papa?! |END
Fiksi Remaja[TERBIT] "Bagaimana bisa pria iblis itu mengadopsi seorang putri?!" Begitulah Dunia mengatakan tentang keputusan gila seorang pria yang sangat berpengaruh didunia. Erlangga Saputra Dirgantara seorang pria kaya dan tampan tetapi memiliki sifat yang s...