Ulang Tahun itu tidak penting!

35.5K 4.6K 166
                                    


●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●

Pagi yang tenang, dengan matahari masih belum timbul sempurna. Satu sosok pria bertelanjang dada keluar dari kamar mandi dengan hanya melilitkan handuk di pinggangnya, sambil mengusap usap rambut basahnya dengan handuk kecil pria itu keluar ke balkon untuk melihat suasana pagi yang jarang ia pedulikan. Dia meletakkan handuk kecil di kursi rotan lalu mengambil secangkir kopi yang sudah di sajikan, menyeruputnya sambil menghirup udara pagi yang segar.

Ahh, sungguh menenangkan.

Andai itu yang terjadi di pagi buta ini dia pasti akan sangat bersyukur. Tapi kenyataan sedang tidak bersedia untuk mengabulkannya.

Jika kemarin adalah hari yang agak ramai, maka hari ini rumah Erlangga Dirgantara sangat sangat ramai. Bisa dibilang suasana ramai ini yang paling Erlan benci.

Mimpinya tentang pagi yang damai hancur begitu saja. Entah apa yang para pelayannya pikirkan, lantai bawah rumah Erlan yang sangat elegan berubah menjadi sebuah taman kanak kanak ceria. Dengan berbagai pernak pernik berwarna cerah ditempel di setiap sudut, tidak lupa dengan balon warna warni berbentuk muka Erlan yang  dipasang dimana mana, bahkan di tangga untuk turun. Ya, Jangan lupakan spanduk segede gede gaban yang ditaruh di tengah tengah ruangan. Spanduk yang bertuliskan;

Happy Birthday Bubu ku sayang~
Yang terbaik untuk mu, muawah~

Dari Calon Istri mu tercinta

Erlan menghela napas tidak percaya. Okey, sekarang dia tau siapa orang yang sangat berani menumpahkan ide yang segila ini pada rumahnya.

Saking shock nya tiba tiba kakinya lemas untuk turun ke lantai bawah, wajahnya pun berubah menjadi sangat merah. Saking marah nya Erlan sampai lupa untuk berbicara selama beberapa saat.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN PADA RUMAH KU?!!!"

Akhirnya Erlan menemukan kesadarannya, bentak nya tadi sukses membuat seisi rumah terdiam mematung. Para orang orang itu langsung menatap seseorang dengan ekspresi wajah yang sangat shock ada di lantai dua.

Orang orang itu mematung, menelan ludah dan beberapa kali berkedip kedip memastikan pria di atas sana yang tubuhnya seperti diselubungi hawa hitam bukanlah Tuan nya.

Tapi harapan mereka benar benar tidak bisa dikabulkan.

Erlan berjalan turun, sembari berjalan di tangga ia memecahkan seluruh wajahnya- ralat balon bergambar wajahnya.

Sialan! Ini kenapa wajahku dibuat kepalanya besar sekali sih!

Aura hitam itu sama sekali tidak memudar dari tubuh Erlan, malah semakin ia mendekat semakin mencekam suasana saat itu.

Erlan berhenti di depan sepanduk besar, menatapnya lalu tertawa pelan. Tawanya sukses membuat bulu kuduk para pelayan bergoyang goyang asoy.

"Siapa yang berani melakukan ini?"

Erlan bertanya tanpa menatap siapa siapa, pandangan datar nya masih terpaku pada sepanduk dan balon balon ria itu.

Beberapa detik tidak ada jawaban dari semua orang, Erlan berusaha untuk sabar. Ia menarik napas pelan lalu menatap ke arah Melisa, pandangan datar mencekam yang di buat Erlan membuat Melisa sedikit kerepotan.

"Siapa?"

Erlan yang asli telah kembali, dingin tanpa tersentuh sedikit pun. Sosok yang bahkan untuk menatap matanya saja mereka tidak berani.

Wft! Papa?!  |ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang