55. SEBUAH KEPUTUSAN AKHIR

8.2K 1.2K 174
                                    


"Menangis lah, kan, kau juga manusia.
Mana ada yang bisa, berlarut-larut, berpura-pura sempurna."
-Jiwa Yang Bersalah

[Dengerin pakai lagu ini ya!~]

•••

Helloo! Absen dulu, asal mana aja!!~

●⁠ᴥ⁠●●⁠ᴥ⁠●●⁠ᴥ⁠●

"

Sudah ku putuskan,"

"Aku memilih Perusahaan."

"Erlangga..?"

Erlangga berbalik kaget, mendengar suara pelan dari belakangnya.

Erlan yang masih mendengarkan seseorang berbicara dibalik telpon, mendelikkan matanya kaget saat melihat seseorang yang memanggilnya itu adalah, ibunya.

Erlan mematikan telponnya sepihak, menatap wajah yang sudah melihatnya dengan tatapan penuh tanya.

"Mom-"

"Apa yang baru ku dengar Erlangga?"

Erlan menghela napas kecil.
"Ayo kita bicara."

•• •• • •• •

"Apa yang terjadi pada lengan mu?"

Wanita paruh baya itu langsung menghampiri cemas, meraba Langan atas Erlan yang terluka karena tertembak tadi sore.

"Bukan apa-apa, hanya sedikit tergores."

"Apanya yang tergores! Ku pikir ini bekas jahitan yang terbuka, apa yang terjadi Erlan? Sejak kapan kau terluka seperti ini, huh?"

Erlan memegang pergelangan tangan ibunya yang berada di lengan atasnya, menyingkirkan nya dengan lembut.

"Mom, ini bukan apa-apa. Percayalah." Erlan menatap ibunya lalu tersenyum lembut.

Wanita paruh baya itu menghela napas pasrah lalu mengangguk pelan.

"Lalu, apa yang mommy dengar tadi Erlangga?" Wanita paruh baya itu memulai pembicaraan.

"Seberapa banyak yang mommy dengar?" Tanya Erlan kembali.

Wanita itu mengeryitkan dahinya.

"Kau membuat sebuah keputusan, dan memilih perusahaan mu. Apa aku salah?"

Erlan tersenyum simpul.
"Tidak~"

"Keputusan apa itu Erlangga? Tentang perusaha-kau tau bahwa mommy mu ini tau tentang rumor itu kan, apa itu berkaitan?"

Angin berhembus dibalkon, tempat mereka berdua berbincang sekarang.

Wanita paruh baya itu sedikit curiga tentang apa yang terjadi.

Erlangga masih diam, menghela napas panjang lalu menatap lurus kedapan langit diatas balkon.

"Iya, rumor itu benar. Aku membunuh banyak orang untuk kepentingan penelitian."

"Aku membayar mereka sangat besar untuk menjadi bahan percobaan dan mereka setuju, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa itu adalah sebuah kesalahan."

"Erlan.. untuk apa?" Wanita itu bertanya dengan nada lara.

"Untuk tujuan ku. Untuk bisa menjadi teratas. Untuk bisa menjadi yang terpuncak."

"Nak.. Kau membuat alat yang mengeringkan."

Wft! Papa?!  |ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang