Tigapuluhdua

26.5K 4.5K 386
                                    


●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●



From
08xxxxxxxxxx : Erlangga~ Aku mampir ke rumahmu, rupanya kau tidak ada.. Oh iya, ngomong ngomong gadis kecil itu manis juga ya..

Erlangga menatap risau dibalik jendela mobil nya. Walau tidak ada nama siapa pengirimnya, tapi dia jelas tau siapa pengirim pesan itu. Dia kehilangan fokus nya tepat saat pesan itu datang memberi tau bahwa seorang anonymous yang jelas dan pasti itu Alia sedang ada dirumahnya. Semua hal buruk muncul dipikirannya, mengingat bagaimana caranya Alia memperlakukan orang lain membuatnya sangat khawatir kalau kalau dia akan melakukan hal buruk pada Meta.

Setiba dirumah, Erlan keluar dari mobil dengan tergesa gesa. Langkahnya begitu cepat, dia tak memperdulikan siapapun yang menyapanya, dipikirannya sekarang hanya tentang Meta yang mungkin saja tidak baik baik saja. Erlangga menggeram, jika sampai wanita satu itu berani menyentuh gadis kecilnya walau hanya seujung rambut saja, akan Erlan pastikan tangannya yang berani melakukan itu akan hilang saat itu juga.

"Dimana Meta?" Erlan bertanya dengan salah satu pelayan yang ia temui

"Nona Meta.., dia.." tanpa mau mendengar lanjutan dari wanita itu, Erlan langsung berjalan sendiri mencari keberadaan sosok gadis kecil itu.

"META!" Panggil Erlan.

"META!" Dia terus berteriak memanggil nama Meta, mencari di setiap tempat
dimana biasa ia tempati.

Erlangga berjalan keluar rumah, ketempat di halaman belakang berada. Erlan mulai memanggil manggil nama Meta kembali.

"BOCAH! DIMANA KAU!?"

Wajahnya berubah menjadi agak pucat, pikiran buruk yang tidak ingin ia pikirkan terus menghantui dirinya, apalagi saat gadis kecil itu tidak kunjung menampakkan tubuhnya di hadapannya.

"METAA!"

Erlan kembali tidak menemukan bocah kecil itu di taman, dengan sedikit frustasi dia kembali masuk kedalam rumah, memanggil nama gadis kecil itu berkali kali, berharap kali ini dia menyauti panggilan nya.

"MET-"

Pandangannya berhenti pada satu sudut dimana seorang gadis kecil dibalik sofa menatapnya dengan wajah pelonga-pelongo. Dengan cepat Erlan berjalan menghampiri nya.

"Papa! Ada ap-?"

Tanpa sempat melanjutkan pertanyaannya, gadis kecil itu langsung menerima sebuah tatapan horor dari orang di depannya.

Erlangga, dia langsung mencengram kedua pundak Meta agak erat, menatap intens kedua bola mata coklat itu.

"Kau tidak apa kan?" tanya Erlan cepat.

"Aku.. tidak papa kok" Jawab Meta agak ragu.

Erlan menatap dengan curiga, diputar putarnya tubuh Meta, diangkatnya kedua tangannya dan melihat serta menebak setiap inci kira kira terjadi sesuatu atau tidak.

Erlan menekan kedua pipi Meta dengan telapak tangannya sampai bibirnya mengerucut. Menatap Meta dengan serius.

"Dengar, jujur saja tidak perlu berbohong. Jika terjadi sesuatu katakan saja." Ucap Erlan mengintimidasi.

Meta yang masih dengan posisi wajah yang sama, menekuk alisnya bingung.
"Tdidak telrjadi apah-apah"

"Huh?" Erlan menekuk alisnya.

"Apa kau tidak berbohong? Kau tidak bertemu seorang wanita dengan tingkah seperti spesies primata langka?"

Wft! Papa?!  |ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang