44. PESTA YA?

16.9K 3.2K 310
                                    


●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●

Plak

Plak

Plak

Terlihat satu pria tulen yang sibuk sendiri menepuk angin kosong, tentu saja pelakunya adalah nyamuk. Dengan barang bawaan yang cukup banyak, termasuk balon yang sekarang sedang ia dekap di keteknya. Terlihat sangat jelas aura kesal dari wajahnya yang bahkan masih tertutup rapat oleh masker dan topi.

Pria yang terus mendumel di hatinya dan mengumpat jelas tentang betapa pelosoknya dan sialannya tempat ini, dia Erlangga. Pria yang bahkan tidak pernah membawa uang cast di dompetnya itu sekarang malah membawa banyak kantung plastik, mulai dari yang isinya boneka, makanan, sampai hal yang tidak perlu seperti batu pinggir sungai tempat itu. Meta bilang itu untuk kenang-kenangan.

"KENANG-KENANGAN LOBANG IDUNG MU!"

Erlangga kesal sekali, tapi karena Meta terlihat sangat menginginkan itu Erlangga akhirnya hanya bisa menghela napas dan lagi-lagi mengalah.

Dan setelah berdebat sepajang jalan tentang batu kali itu, akhirnya mereka sampai disini, di halte bus yang penuh dengan nyamuk kurang akhlak.

Erlangga sungguh tidak tahan dengan ini, dia benar-benar terlihat konyol dengan mengeteki balon dan membawa banyak kantung plastik serta di tambah dengan nenek-nenek yang terus mengajak nya bicara tanpa henti. Jika saja Erlangga tidak memikirkan kalau mengumpat di depan wajah seorang nenek-nenek bukanlah sesuatu yang baik untuk di lihat anak-anak, dia sudah pasti mengumpat tepat di depan wajah wanita tua ini sampai air liur nya memenuhi wajahnya itu, dan kalau bisa sampai jigongnya juga. Sungguh, nenek ini tidak tau ya apa kalau wajah Erlangga itu sudah sangat sangat tidak ingin di ajak bicara?!

"Ini masih lama tidak ya?"

Erlangga akhirnya mencoba bertanya pada nenek itu.

"Kayanya masih lama lho, memangnya nak ini tinggal dimana? Nenek bisalah mampir kalau dekat hihihi~"

Erlangga tertawa hambar, setelahnya dia menghela napas lelah. Sampai kapan dia harus berdiri disini dengan para nyamuk ini, huh?

Dengan sedikit harapan yang dia punya, Erlangga membuka handphone nya. Dia melebarkan matanya dengan wajah agak berseri-seri.

Bagus, disini ada sinyal!

Erlangga akhirnya mencoba menghubungi nomor Miky dan nomer rumahnya, tapi rupanya sinyalnya putus-putus sampai tidak bisa terhubung ke nomer yang ingin dituju.

Erlangga benar-benar tidak ingin lebih lama di tempat ini, dia akhirnya memilih untuk menitipkan Meta sebentar pada nenek itu, dia ingin mencari sinyal lebih banyak lagi.

Erlangga berjalan agak menjauh dari halte sambil menaikkan handphone nya mencari sinyal. Ah! Dapat!

Erlangga langsung menghubungi Miky, dia menunggu Miky mengangkat nya dengan tidak sabar.

"Hallo, tuan?"

"Miky, aku di perdesaan dipinggiran kota. Halte 16, cepat da-"

"Papa, bus nya datang!"

Erlangga langsung melihat suara bocah kecil yang memanggilnya itu, dia terdiam sejenak.

Wft! Papa?!  |ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang