50. MASALAH BESAR

18.4K 2.9K 317
                                        

●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●

"Sekarang aku, punya dia."

Erlangga terdiam di depan layar komputer yang masih berwarna hitam. Menampilkan sosok dirinya yang sekarang terlihat jelas sedang memikirkan sebuah kalimat mengigau yang seorang bocah katakan tadi malam.

Tanpa sadar bibir nya tertarik, menunjukkan senyum kecil yang saat Erlan sadar, dia langsung mengagembalikan wajah datar nya yang menyebalkan.

Ngomong-ngomong Erlangga kembali ke rumah saat ibunya datang lagi kerumah sakit tepat jam 3 subuh. Tunggu, dia tidak bercanda. Nyonya Sandra benar-benar datang tepat jam 3 subuh dengan keadaan wajah full makeup dan cetar membahana! Erlangga bahkan masih memikirkan bagaimana ibunya itu bisa bersiap dan berdandan pada pagi-pagi buta. Apa dia tidak mengantuk huh?

Dan sekarang dia ada di kantornya, menikmati pagi hari dengan tumpukan berkas yang harus dia tandatangani hari ini. Ah, Erlan terus pergi ke rumah sakit dan meninggalkan cukup banyak pekerjaan di kantor yang membuatnya harus sering berlembur sekarang.

Tapi tidak masalah, sekarang sudah ada ibunya jadi Erlan bisa meninggalkan Meta disana dengan tenang dan mengerjakan seluruh pekerjaan nya yang tertinggal.

Tok tok..

Suara ketukan membuayarkan lamunan Erlan, Miky masuk setelahnya.

Pria itu masuk dengan mambawa satu dekumen yang cukup tebal. Dia berjalan sampai berhenti tepat di depan meja Erlan, menyerahkan dokumen itu ke Erlangga.

Erlan mengangkat alisnya, mempertanyakan dokumen apa itu.

"Tuan, itu biodata Juna Abirata, seperti yang anda mau." Miky menjelaskan sebelum Erlan mengeluarkan kata-kata nya.

"Jelaskan." Dinginnya, sambil mengambil dokumen itu untuk di buka dan dilihat.

"Baik. Namanya Juna Abirata." Miky mulai menjelaskan dengan tegas dan lugas.

"Seorang pria berusia 26 tahun, lahir pada tanggal 23 April 199-, zodiaknya Taurus. Dia lahir di sebuah kota kecil yang menghasilkan danging dan susu, kota itu ada di pinggiran barat daya. Orang tua nya adalah seorang peternak didaerah itu, dan dia adalah anak tunggal. Dia memulai bisnis nya pada umur 20 tahun, bisnis kain sutra yang lima tahun belakangan melejit hingga bisa mengekspor sampai ke lebih dari 30 negara di dunia. Sekarang, dia punya 3 pabrik yang selalu siap untuk mengimpor kain-kain nya."

"Pria ini cukup dermawan, dia membuat 10 panti asuhan, 2 rumah hebilitasi anak penyakit kanker, 1 layangan kesehatan gratis untuk masyarakat, hanya dalam waktu 4 tahun belakangan."

"Apa kau menemukan informasi tentang dia yang mengenal bocah itu?" Erlangga bertanya dengan suara serius.

"Tidak banyak yang bisa saya cari, tapi dari beberapa pencarian, pria ini dan nona Meta adalah seorang teman dekat. Pria itu membantu nona Meta saat dia kehilangan barangnya dan akhirnya mereka berkenalan."

"Apa yang dia lakukan disekolah bocah itu?"

"Pria itu sedang datang untuk acara amal, dia membagikan susu kotak untuk setiap anak di sekolah. Saya rasa mereka bertemu secara tidak sengaja."

Erlangga mengangguk mengerti, melihat foto segerombolan orang yang tersenyum manis membagikan susu kotak kesetiap anak didalam dokumen, dan didalam foto itu jelas ada pria itu disana.

"Ada lagi?"

"Dan, saya mencari tahu bahwa rupanya pria yang menelepon supir nona Meta yang kehujanan untuk menjemput nya di bukit hari itu adalah.. dia."

Erlangga terdiam.

Kedua alisnya menekuk tidak suka. Dia tidak salah dengar kan? Kenapa pria itu ada di semua tempat yang selalu berhubungan dengan Meta? Pesta di rooftop, sekolah, dan sekarang dibukit itu?! Ada apa ini? Firasat Erlangga tidak enak.

Wft! Papa?!  |ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang