Erlan

62.5K 7.6K 449
                                    


Kamu memang tidak bisa memilih dari mana kamu lahir.
Tapi kamu bisa menentukan jadi apa kamu setelah lahir.

❤❤❤


"APA INI!?" Erlan berteriak keras. Rahangnya mengeras. Ruangan tempatnya berkerja sekarang dipenuhi dengan Aura membunuh pria itu.

"In ini Data yang anda minta tu tuan." Gagap seorang wanita yang dengan name teks yang tertulis bekerja sebagai sekertaris Erlan. Terlihat jelas wanita itu ketakutan dengan hanya mendengar suara serak dalam yang dikeluarkan Erlan. Ia tak berani menatap mata Elran. Mungkin Om Limbat juga bakal menciut kalau disitu.

"Tuan,ini Data Keuangan Perusahan untuk satu tahun terakhir yang anda minta. Apa ada yang salah dengan Data itu tuan?" tanya Miky tenang. Ia tau pasti mood dari tuanya akhir akhir ini benar benar sedang tidak mendukung.

"Kenapa kau malah bertanya kembali Miky!?"

"Maaf tuan" Miky menunduk. Erlan memijat batang hidungnya. Kepalanya rasanya ingin meledak sekarang.

"Kau. Pergi dari hadapan ku sekarang." Erlan memandang sekertaris wanita nya. Miky mengkode wanita itu dengan dagunya untuk segera keluar.

Wanita itu langsung pergi dengan kecepatan cahaya yang entah bagaimana caranya. Ia Bersukur Erlan masih ada hati kali ini. Walau ia tidak tau apa salahnya. Yang penting selamat.

"Tuan?"

"Heum."

"Apa anda ingin dipanggilkan dokter? Sepertinya anda sedang tidak enak badan sekarang" saran Miky.

Benar saja,muka Erlan bagai seorang gelandangan. Walau ia memakai setelan jas yang mahal tapi wajahnya benar benar seperti seorang jomlo yang tertekan karna ditanyain terus 'kapan nikah'.

Kantung mata nya terlihat jelas. Rambutnya yang biasanya klimis sekarang kusut tak terawat.

Yang lebih parah dari pria tiran ini adalah mood nya yang beberapa hari ini seperti wanita yang sedang PMS. Semuanya dia marahi. Bahkan hal tidak penting pun ia marahi. Intinya apapun yang menurutnya menggangu di matanya, dia akan marah dan menyuruh untuk menyingkirkannya.

Dia marah saat melihat kariawan wanita di kantornya menggunakan rok diatas lutut. Hingga sampai saat ini tak ada yang berani memakai rok seperti itu lagi. Kemarin lusa ia marah saat ruangan kerjanya panas dan akhirnya sekarang ruang kerjanya bagai di kutup selatan. Penuh AC. Bahkan ia sampai memarahi Miky karna dia menulis menggunakan tangan.

Orang bodoh mana yang marah karna hal kek gitu?!

"Tidak perlu dokter. Bawakan aku kopi saja--- jangan pakai gula." Miky tersenyum dan langsung pergi meninggalkan Erlan untuk melakukan perintah tuanya itu.

Bahaya kalau nanya nanya lagi!

Semenjak kepergian Erlan dari Panti Asuhan itu, otaknya terus dipenuhi banyak pertanyaan yang membuatnya tidak bisa tidur, dan tentu saja mambuat moodnya hancur tak terkendali.

Wft! Papa?!  |ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang