Kunjungan Wisata 02

21.9K 4K 331
                                    

●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●

Meta, gadis kecil itu turun dari mobil. Melambaikan tangan untuk kepergian paman supir tersayangnya, ya mereka sudah jadi teman sejoli sekarang.

Gadis kecil itu berjalan menjauh ketika mobil mulai pergi, ia menghirup udara pagi yang segar lalu tersenyum lebar menyambut hari.

Tidak masalah, apa yang terjadi semalam sekarang sudah tidak dipikirkan oleh Meta sama sekali. Soal Melisa? Dia akan datang menyusul sebentar lagi, tadi dia tidak sempat ikut bersama karena ada beberapa hal yang harus dia lakukan. Contohnya, menyiapkan bekal jalan-jalan yang mendadak ini.

Meta berjalan sendirian melewati gerbang sekolah, beberapa temannya menyapa dan mengajak bicara dengan senyum cerah. Lihatkan, yang di ucapkan Meta tentang dirinya yang akan baik baik saja benar adanya.

Tapi tiba tiba ada yang merubah fokusnya pada satu hal, sosok pria aneh yang tanpa malu berdiri sendirian di tengah tangah jalan.

Tapi setelah di lihat-lihat kembali, pria aneh itu terlihat seperti.. papa nya?

Meta penasaran, tanpa ragu dia berjalan mendekati pria yang hanya berdiri diam.

Langkahnya yang awalnya pasti, mulai meragu saat jarak diantara mereka mulai menipis. Mata Meta melebar teguh, apa dia sedang berhayal sekarang? Pria itu jelas sekali mirip dengan, papa nya. Yaitu pria yang jelas jelas bilang tidak akan datang semalam.

"Pa..pa?"

Meta bertanya ragu, dia takut kalau dia salah orang. Tapi tiba tiba pria itu mengalihkan pandanganya ke Meta, dia tersenyum kecil.

"Kejutan, Tuan Putri~"

"HEHHHH!?"

◍•ᴗ•◍◍•ᴗ•◍◍•ᴗ•◍

Meta tersenyum manis disepanjang jalan. Sepertinya hatinya menyuruh tulang pipi untuk terus terangkat walaupun sudah kebas.

"Berhentilah tersenyum seperti itu, kau seperti kerasukan" Erlangga mulai mengangkat bicara tentang Meta yang terus memancarkan kilauan dari wajahnya tanpa henti.

Bahkan pernyataan Erlan saja belum cukup untuk membuat hati Meta yang sedang sangat bahagia luluh.

"Hihihi, papa dateng nih yee~"

Meta menjawab dengan sangat antusias, tapi Erlangga hanya bedehem lalu menguap ngantuk. Meta tidak peduli dengan jawaban itu, rasa bahagia nya yang tau bahwa Erlan datang, lebih besar dari rasa sakit hati oleh mulut pedas pria itu.

"Papa, kita kenapa ga ikut naik bus aja? Kan jadi kita sendirian yang naik mobil" Tanya Meta penasaran.

Pasalnya, waktu tau bahwa mereka akan berangkat dengan menggunakan Bus, wajah Erlangga langsung menggidik ngeri. Dia memutuskan untuk memakai mobil pribadinya ketimbang menaiki bus itu. Padahal, kalau dilihat pun, bus itu salah satu bus VIP terbaik yang dimiliki oleh sekolah itu.

"Aku tidak bisa naik menggunakan kendaraan rakyat jelata, itu cukup mengerikan."

"Huh? Bagaimana kau bisa mengatakan hal semacam itu?!"

Erlan menaikkan alisnya acuh.
"Bisa saja, karena menurut ku berdempetan dengan orang yang tidak dikenal adalah hal yang menyebalkan."

"Dasar aneh, padahal kalau kita naik bus bareng bareng, kita bisa sambil nyanyi loh~"

"Disini juga bisa nyanyi, karoke, bahkan kalau kau mau kau bisa sekalian bersemedi." Jawab Erlangga datar.

Meta manatap Erlan dengan wajah penuh tanya.
"Sungguh boleh bernyanyi?!"

Wft! Papa?!  |ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang