Menjadi Dirgantara

58.4K 7.5K 399
                                        

Bagi Meta 5 tahun lebih ia hidup adalah suatu perjalan yang amat amat panjang. Ia tak pernah bisa menolak apa yang semesta berikan padanya pada saat itu. Apapun itu, sekalipun itu menyakitkan, sekalipun itu menderitakan atau sekalipun itu banyak mengeluarkan air mata. Meta hanya akan menjalankannya tanpa penolakan.

Kehidupan yang dijalaninya membuat Meta berfikir yang tak seharusnya di pikirkan oleh anak seumurnya.

Jadi semakin lama Meta sadar bahwa hidupnya tak bisa seperti ini terus. Dihina, dicaci, dimaki, dan disepelkan, dia tak bisa seperti ini terus.

Gadis kecil itu mencoba melawan kenyatan. Kenyataan yang dibuat masyarakat tentang kehidupanya yang tak diharapkan.

Mungkin bertemu dengan pria mengerikan yang awalnya ingin menjadikan Meta bahan percobaan adalah sebuah awal harapan besar bagi Meta.

Erlan.

Pria itu, ya walaupun dia kasar, mulutnya pedas, dan bisa dibilang tak berperasaan entah mengapa Meta merasa dia berharga jika didekat Erlan.

"Hoaaaa"

Sinar matahari pagi mulai menyelip nakal diantara hordeng kamar gadis kecil. Suara kicauan burung dan dan angin sepoy sepoy masuk dari fentilasi kamar.

"Selamat pagi Nona" Melisa datang menyapa gadis kecil itu.

"Pagi" serak Meta--khas anak baru bangun tidur, ya gadis kecil itu adalah Meta. Bocah yang sekarang resmi menyandang nama Dirgantara. Walaupun dia sendiripun belum tau.

Mari kita lihat bagaimana reaksi Meta jika dia tau hal ini? Hahaha

Meta tersenyum melihat Melisa yang sedang membuka Hordeng kamar itu.

"Ada apa nona? Sepertinya anda bahagia sekali, hahaha" Melisa bertanya, ia bingung sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada apa nona? Sepertinya anda bahagia sekali, hahaha" Melisa bertanya, ia bingung sendiri. Meta tarus menatapnya dengan senyum mengembang menampakan deretan gigi nya.

Sangat imut.

"Bibi baik sekali. Aku bisa melakukanya sendiri kok."

"Melakukan apa Nona?"

"Itu, membuka hordeng dan jendela" Tunjuk Meta yang sekarang sudah dalam posisi duduk.

"Ya ampun, hahaha. Ini sudah tugas saya nona"

Hanya memberitahuan saja, Meta tak pernah diperlakukan seperti ini. Suatu Hal kecil yang membuat dia bahagia--Sangat bahkan, hal yang selalu ia mimpikan selama ini. Apalagi kalau bukan,

Ucapan selamat pagi.

Simpel? Ya itu salah satu mimpi kecil dari gadis kecil itu. Dan lihatlah sedikit demi sedikit tuhan mewujudkan mimpi gadis kecil itu.

Meta bangkit, mencoba untuk melipat selimutnya. Masalahnya selimutnya kali ini sangat besar, sulit untuk dilipat untuk anak sebesar dirinya.

Melisa melihat dan senyumnya mengembang.
"Kemari, biar saya saja yang melempatnya." Melisa mencoba untuk mengambil selimut yang berusaha keras untuk dilipat sendiri dengan Meta.

Wft! Papa?!  |ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang